Bukti Surat Petunjuk Terorisme Revolusioner yaitu penggunaan kekerasan secara sistematis dengan Terorisme Subrevolusioner yaitu penggunaan kekerasan teroristik untuk Terorisme Represif yaitu penggunaan kekerasan teroristik untuk menekan atau Tindak Pidana

j. Bahwa yang dimaksud dengan bom adalah sejenis bahan peledak yang dikemas dalam kontener tertentu dan dilengkapi dengan pencetus dan system penyalaannya yang disebut fius; k. Benar bom di Medan Plaza sudah terjadi peledakan dan bom Medan Mall, secara teknis laboratories kriminalistik yang lebih mengetahui adalah pihak Labfor yang menangani TKP dan saksi sebagai tim Jihandak hanya memastikan bahwa yang ditemukan di Medan Mall tersebut adalah bnear-benar bom; l. Bahwa saksi membenarkan dampak dari akibat bom secara umum dapat menimbulkan keresahan dan ketakutan bagi setiap orang, sehingga tempat yang biasa ramai dikunjungi masyarakat umum akan menjadi sepi.

4. Bukti Surat

NIHIL

5. Petunjuk

Dalam perkara ini terdapat persesuaian antara keterangan saksi yang satu dengan keterangan saksi yang lainnya, juga dengan keterangan terdakwa yang diberikan sehingga diperoleh petunjuk berupa perbuatan, kejadian atau keadaan yang menandakan bahwa benar telah terjadi “ Tindak Pidana Terorisme “ dan Pelakunya adalah benar RIDWAN Bin MUHAMMAD THAIB alias IWAN.

6. Keterangan Terdakwa

Universitas Sumatera Utara Menimbang, bahwa selanjutnya telah pula didengar keterangan Terdakwa yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: a. Bahwa terdakwa tidak bersedia diajukan dalam persidangan di Indonesia terutama di Pengadilan Negeri Medan karena persidangan tidak adil; b. Bahwa terdakwa hanya mau diajukan di persidangan Mahkamah Internasional; c. Bahwa terdakwa tidak bersedia memberi keterangan di persidangan; d. Bahwa terdakwa memberikan keterangannya dipenyidik antara lain; e. Bahwa terdakwa sejak tahun 1997 sd 1999 bekerja sebagai tukang ojek di Kota Idi Rayeuk Aceh Timur dan di suruh anggota GAM bernama Nahuen untuk mengantar ikan kemarkas GAM di Hutan Idi Rayeuk Aceh Timur; f. Bahwa terdakwa pada bulan Februari 2004 setelah lebaran haji, ibu terdakwa datang kerumah kontrakan terdawka di Jl. Madio Santoso Medan dan sewaktu berkumpul di rumah ibu terdakwa menegur terdakwa melihat RAJU alias AZHAR ada dirumah terdakwa dan ibu terdakwa mengatakan pada terdakwa, kenapa kau terima dia, karena dia Raju alias Azhar anggota GAM, dari mana biaya makannya kadang uang makannya saja tidak cukup, lalu terdakwa menjawab, bu…terdakwa tidak berani melarang dia untuk tinggal dirumah kontrakan ini; g. Bahwa terdakwa sudah kenal dengan Raju alias Azhar yang terdakwa kenal sewaktu terdakwa menarik ojek di Idi Rayeuk dimana sama-sama satu Universitas Sumatera Utara Kecamatan di Idi Rayeuk, jarak rumah terdakwa dengan rumahnya 5 km dan pernah tidur bersma di sekolah SD Inpres Paya Bili I Idi Rayeuk dan dia mau tidur bersama terdakwa di sekolah adalah karena Raju alias Azhar berteman dengan M. Nur penjaga sekolah sekarang ini M. Nur tinggal di Kota Kisaran masuk kampong dan telah menikah dengan wanita bernama tidak tahu suku jawa; h. Bahwa sewaktu terdakwa berbicara dengan ibunya diruang tamu pada saat itu Raju alias Azhar berada didepan kedai terdakwa; i. Bahwa terdakwa segan melarang Raju alias Azhar karena mempunyai hubungan keluarga dan pernah dipinjamkan uang sebanyak Rp. 5.000.000,- dan takut ditagih dari terdakwa; j. Bahwa benar saksi Ismail bin Ali sudah 2 tahun tinggal bersama terdakwa dirumah kontrakannya dan selain Raju alias Azhar pernah datang menginap dirumah terdakwa adalah saksi Wahyu namun tidak menginap; k. Bahwa pemilik rumah yang dikontrak terdakwa adalah saksi Alung dan yang dikontrakannya adalah bagian garasi saja dan telah membayar uang sewa rumah 1 tahun sebesar Rp. 3.500.000,-; l. Bahwa adapun bagian depan garasi berukuran panjang 7 meter, lebar 4 meter dan garasi itu di bagi dua bagian depan kurang lebih 4 ½ meter untuk jualan dan kelontong dan sayur mayor dan bagian belakang 2 ½ meter untuk ruangan tidur sekaligus untuk ruangan TV sedangkan lantai di bawah dekat TV untuk tempat Universitas Sumatera Utara tidur saksi Raju als Azhar dan tempat tidur Ismail bin Ali dibuat papan dibagian depan ditempat jualan; m. Bahwa bulan Februari 2004 saksi Raju als Azhar pergi keluar rumah dan sore harinya pulang kerumah dengan naik becak membawa satu kantongan plastic warna hitam dan pada malamnya sekira pukul 22.00 WIB terdakwa menutup kedai dan melihat saksi Raju als Azhar membuka isi kantongan plastic yang berisi antara lain: 2. 4 emapt buah weaker ukuran kecil 3. 1 satu buah soulder 4. 1 satu alat multi tester 5. 1 satu gulungan lakban warna kuning 6. Gulungan wayar kecil berwarna pembalut hijau dan biru 7. 1 satu set obeng 8. Baterai kering ukuran kecil merk ABC sebanyak 8 delapan buah 9. 8 delapan buah detonatorfius n. Bahwa pada akhir Februari dan Maret 2004 sekira pukul 22.00 WIB terdakwa melihat saksi Raju als Azhar didepan TV membongkar pasang barang-barang tersebut diatas dirakitnya dengan cara menggosok-gosokmenyolder ujung baterai kering tersebut dengan menggunakan solder dan obeng, kemudian Universitas Sumatera Utara menyambungkan wayar ke jam weaker dengan ke 8 baterai kering tersebut dan kemudian dengan menggunakan lakban melilitkanmembalutnya, lalu terdakwa mempertanyakan kepada Raju als Azhar, bang apa barang-barang itu tidak membahayakan, selanjutnya barang-bbarang itu dimasukkan lagi ke Louds Speaker dekat TV yang terletak disamping ruangan kamar tdur sekaligus ruang makan dan tempat masak garasi rumah kontrakan terdakwa; o. Bahwa seminggu kemudian Raju als Azhar kembali ke rumah dan tidak membawa tas warna hitam yang sebelumnya dibawanya dan terdakwa lihat hanya membawa tas kecil warna agak kekuningan dan sekira 2 hari kemudian oleh Raju als Azhar bersama-sama dengan terdakwa menyembunyikan relay 3 buah dan 8 buah fius atau detonator berikut dengan satu barang rakitan terdiri dari satu jam weaker yang telah disambungkan dengan wayar ke satu relay serta disambungkan denga wayar ke satu relay serta disambungkan dengan 8 buah baterai kecil ke dalam kotak VCD dan ke dalam kotak Louds Speaker di kamar terdakwa tersebut; p. Bahwa selanjutnya Raju als Azhar selalu dirumah dan tidak pernah keluar dari rumah dan hanya menonton TV dan kemudian pada hari minggu tanggal 28 Maret 2004 istri Raju als Azhar datang dari Aceh Timur kerumah kontrakan terdakwa dan terdakwa dengan dari pembicaraan mereka bahwa sehabis Pemilu Raju als Azhar mau berangkat ke Malaysia dan kemudian pada hari Selasa tanggal 30 Maret 2004 Raju als Azhar bersama istrinya pergi dari rumah mau jumpai temannya dan tak lama kemudian Raju als Azhar bersama istrinya ditangkap petugas Poltabes Medan dengan alasan terlibat bom di Medan Mall Universitas Sumatera Utara Kota Medan dan bersamaan itu juga terdakwa ikut ditangkap dan kemudian setelah tedakwa dan Raju als Azhar di bawa rumahgarasi kontrakan terdakwa tersebut untuk menunjukkan dan penyitaan sisa barang-barang rakitan bom tersebut.

d. Barang Bukti

Menimbang, bahwa selain itu oleh Penuntut Umum juga telah diajukan barang bukti berupa: 1. 1 satu buah multitester, 2. 1 satu buah wayar sambung, 3. Potongan lakban warna kuning, 4. 1 satu buah sepeda, 5. 1 satu buah soulder, 6. 1 satu set obeng, 7. 8 delapan detonator, 8. 3 tiga relay, 9. 1 satu buah VCD, 10. 1 satu buah Louds Speaker, Universitas Sumatera Utara 11. Komponen bom yang sudah dirakitdisolder antara lain: a. satu jam weaker, b. satu relay, c. delapan baterai kecil wayar halus warna biru, putih dan hijau.

e. Tuntutan Pidana

Telah mempelajari tuntutan pidana dari Penuntut Umum tertanggal 07 Februari 2005 yang pada pokoknya menurut agar Majelis Hakim yang mengadili perkara ini memutuskan: 1. Menyatakan terdakwa RIDWAN BIN MUHAMMAD THAIB alias IWAN telah secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “telah melakukan pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme yaitu dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat missal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik atau fasilitas internasional”, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 15 Jo. Pasal 7 PERPU Nomor 1 Tahun 2002 jo. Pasal 1 UU RI No. 15 Tahun 2003 dalam dakwaan Primair; 2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa RIDWAN BIN MUHAMMAD THAIB alias IWAN selama 6 enam tahun, dikurangi tahanan sementara yang telah dijalan terdakwa; Universitas Sumatera Utara 3. Menetapkan barang bukti berupa 1 satu buah multitestermal, 1 satu buah wayar sambung, potongan lakban warna kuning, 1 satu buah sepeda, 1 satu buah soulder, 1 satu set obeng, 8 delapan detonator, 3 tiga relay, 1 satu buah VCD, 1 satu buah Louds Speaker, komponen bom yang sudah dirakitdisolder antara lain: a. satu jam weaker, b. satu relay, c. delapan baterai kecil wayar halus warna biru, putih dan hijau dipergunakan dalam perkara MUHAMMAD NUR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN; 4. Menetapkan agar terdakwa RIDWAN BIN MUHAMMAD THAIB alias IWAN, supaya dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- seribu rupiah.

B. Analisis Kasus

Berdasarkan kasus yang penulis dapat di Pengadilan Negeri Medan tentang kasus Tindak Pidana Terorisme dengan membantu melakukan, berdasarkan putusan No. 2280Pid. B2004PN-Mdn, maka dalam hal ini penulis akan menganalisa kasus tersebut sebagai berikut. Pasal 15 jo Pasal 7 Perpu No. 1 Tahun 2002 jo Pasal 1 UU No. 15 Tahun 2003. Menyatakan Terdakwa RIDWAN Bin MUHAMMAD THAIB alias IWAN tersebut diatas, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Membantu Terorisme”; Universitas Sumatera Utara Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap Terdakwa tersebut diatas dengan pidana penjara selama : 3 tiga Tahun. Memerintahkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dikurangkan seluruhnya dari lamanya pemidanaan tersebut; Pengadilan Negeri Medan yang mengadili perkara-perkara Pidana pada Peradilan tingkat pertama, dengan pemeriksaan acara biasa, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa: Nama lengkap : RIDWAN Bin MUHAMMAD THAIB alias IWAN, Tempat lahir : Desa Meunasah Krueng Peudawa Rayeuk Aceh Timur, Umurtanggal lahir : 28 Tahun31 Desember 1976, Jenis kelamin : Laki-laki, Kebangsaan : Indonesia, Tempat tinggal : Jl. Madio Santoso No. 103-C Medan, Agama : Islam, Pekerjaan : Jualan, Pendidikan: SMP.

a. Dakwaan Primair

Dakwaan Primair Terdakwa didakwa melanggar Pasal 15 jo Pasal 7 Perpu No. 1 tahun 2002 jo Pasal 1 UU No. 15 Tahun 2003, maka unsure-unsurnya yang harus dipertimbangkan adalah: a. Unsur Setiap Orang. b. Unsur Melakukan Pembantuan. c. Unsur Untuk Melakukan Tindak Pidana Terorisme. Universitas Sumatera Utara Ad.1. Unsur Setiap Orang Menimbang, bahwa unsure setiap orang dalam Perpu ini adalah sama dengan unsure barang siapa dalam KUHP yang berarti adalah orang perseorangan, kelompok orang baik sipil, militer, maupun polisi yang bertanggung jawab secara individual, atau korporasi. Pasal 1 butir 2 PERPU No. 1 Tahun 2002. Menimbang, bahwa setiap orang barang siapa apakah dia laki-laki atau perempuan yang memenuhi semua unsure tindak pidana yang terdapat di dalam rumusan pasal undang-undang yang dilanggar orang tersebut dapat dipertanggungjawabkan menurut KUHP. Dari fakta-fakta di persidangan yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi maupun terdakwa sendiri serta dikuatkan dengan adanya barang bukti maka sebagai setiap orangbarang siapapelaku tindak pidana dalam perkara ini adalah terdakwa dengan identitas tersebut diatas. Menimbang, bahwa unsure setiap orangbarang siapa dalam KUHP, dalam praktik Peradilan hingga kini masih diperdebatkan apakah unsure “Setiap OrangBarang Siapa”, merupakan suatu unsure atau bukan dalam suatu rumusan tindak pidana, namun lepas dari perdebatan juridis tersebut, menurut Majelis Hakim walaupun dalam KUHP tidak dijelaskan apakah yang dimaksud dengan unsure barang siapa, namun dalam kebiasaan praktik peradilan dan ataupun memorie van toelichting jelas yang dimaksud dengan unsure setiap orangbarang siapa adalah manusia sebagai subjek hukum. Menimbang, bahwa Terdakwa dipersidangan pada pokoknya telah menerangkan bahwa keseluruhan identitas yang tercantum dalam dakwaan Penuntut Universitas Sumatera Utara Umum adalah benar diri Terdakwa, demikian pula keseluruhan saksi-saksi pada pokoknya telah menerangkan bahwa yang dimaksud dengan RIDWAN Bin MUHAMMAD THAIB alias IWAN adalah benar diri Terdakwa, yang saat ini dihadapkan dan diperiksa di persidangan umum Pengadilan Negeri Medan. Menimbang, bahwa dengan demikian menjadi jelas bahwa yang dimaksud dengan unsure setiap orangbarang siapa dalam hal ini adalah diri Terdakwa, sedangkan apakah benar ia dapat dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan suatu tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum, tentunya akan dipertimbangkan terlebih dahulu apakah keseluruhan unsure-unsur dari pasal yang didakwakan kepadanya, telah terbukti secara sah dan meyakinkan dalam perbuatannya, sehingga Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum maupun Penasehat hukum Terdakwa yang langsung berpendapat bahwa unsure setiap orangbarang siapa ini telah dipenuhi, tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan keseluruhan unsure-unsur yang lain, oleh karena itulah walaupun unsure setiap orangbarang siapa ini terletak di bagian awal dari rumusan tindak pidana yang didakwakan, namun pembahasan terhadap unsure setiap orangbarang siapa ini akan dipertimbangkan lebih lanjut dalam bagian akhir putusan ini nanti, setelah keseluruhan unsure-unsur dalam rumusan tindak pidana yang didakwakan atas diri Terdakwa tersebut dipertimbangkan. Ad.2. Melakukan Pembantuan Yang dimaksud dengan “Pembantuan” adalah pembantuan sebelum, selama, dan setelah kejahatan dilakukan Penjelasan Pasal 5 Perpu No. 1 Tahun 2002. Universitas Sumatera Utara Pengertian “Pemabantuan” tidak jelas diartikan dalam Pasal 15 maupun dalam penjelasan Pasal 15 Perpu No. 1 Tahun 2002. “Pemabantuan” dalam pasal 15 hampir sama pengertiannya dengan “Bantuan” dalam Pasal 13. Untuk memudahkan memahami pengertian “Pembantuan” kami mengutip pendapat dari S. R. Sianturi, SH dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Penerbit Alumni AHAEM-PETEHAEM, Jakarta, 1996 halaman 362 dan 363 bahwa jika ada pembantuan tentu ada yang dibantu yang disebut sebagai pelaku utama atau petindak. Hubungan antara pembantu dengan petindak atau pelau utama adalah pembantuan, sehingga pemberi bantuan sudah harus mengetahui sejak awal bantuan yang diberikannya kepada pelaku utama. Dari keterangan saksi-saksi dan terdakwa, baik yang diberikan dipersidangan maupun yang diberikan dihadapan Penyidik yang dituangkan dalam berkas perkara, dihubungkan dengan alat bukti surat dan alat bukti petunjuk serta dikuatkan dengan barang bukti sehingga perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dapat disimpulkan dari fakta-fakta sebagai berikut: a. Bahwa sejak bulan Januari 2004 saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN tinggal serumah dengan terdakwa di rumah kontrakannya yang terletak di Jalan Media Santoso No. 103 C Medan; b.Bahwa pada akhir bulan Pebruari 2004 sekira pukul 20.00 Wib bertempat di lantai II Mini Market MACAN YOAHAN SENTOSA Jalan KL. Yos Sudarso Pulo Brayan Medan, terdakwa menemani saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN menerima uang sebesar Rp. 2.500.000,- dua juta lima ratus ribu rupiah dari saksi MARZUKI alias UDIN alias SAIFUL, uang Universitas Sumatera Utara tersebut akan digunakan oleh saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN membeli komponen bom dan biaya perakitan bom; c. Bahwa pada hari senin tanggal 1 Maret 2004 sekira pukul 22.00 Wib, terdakwa dan saksi ISMAIL alias IS bin M. ALI yang sedang menonton acara TV melihat saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN membuka tas kantongan plastik, ternyata tas kantongan tersebut berisi komponen- komponen bom berupa 4 emapt buah jam weaker ukuran kecil, 1 satu buah soulder, 1 satu alat multi tester, 1 satu gulungan lak ban warna kuning, gulungan wayar kecil berwarna pembalut hijau dan biru, 1 satu set obeng, baterai kering ukuran kecil merk ABC sebanyak 8 delapan buah, Relay berbentuk kotak 4 segi sebanyak 4 empat buah dan 8 delapan buah detonatorfius; d. Bahwa pada hari senin tanggal 1 Maret 2004 sekira pukul 22.00 Wib juga, terdakwa melihat dan memperhatikan saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN meminta tolong kepada saksi ISMAIL alias IS bin M. ALI membeli 10 sepuluh buah baterai kering ukuran kecil dengan menyerahkan uang sebesar Rp. 10.000,- sepuluh ribu rupiah, kemudian saksi ISMAIL alias IS bin M. ALI mengambil baterai dari kedai milik terdakwa namun baterai yang tersisa tinggal 8 delapan buah baterai merk ABC sehingga saksi ISMAIL alias IS bin M. ALI membeli dari kedai orang lain dan terdakwa meminjamkan sepeda dayung miliknya kepada saksi ISMAIL alias IS bin M. ALI untuk membeli baterai tersebut dan baterai tersebut dibeli saksi ISMAIL alias IS bin M. ALI dari kedai milik saksi BASIR; Universitas Sumatera Utara e. Pada hari selasa tanggal 2 Maret 2003 pukul 22.00 Wib sd hari Rabu tanggal 3 Maret 2004 pukul 02.00 Wib, terdakwa dan saksi ISMAIL alias IS bin M. ALI menyaksikan saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN merakit bom dengan cara membongkar pasang komponen-komponen bom dengan menggosok-gosokmenyolder ujung baterai kering tersebut dengan menggunakan soulder dan obeng, lalu menyambungkan wayar ke jam weaker dengan ke 8 delapan baterai kering tersebut lalu melilitkanmembalutnya dengan lak ban, pada saat perakitan tersebut terdakwa bertanya kepada saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN tentang barang-barang yang dirakitkannya dengan menanyakan “apa barang itu tidak berbahaya”, oleh saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN menjelaskan “ini berbahaya dan ini adalah bom, jangan kasih tahu sama siapapun” dan saksi ISMAIL alias IS bin M. ALI juga bertanya “dimana mau abang ledakkan”, oleh MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN mengatakan “mau ledakkan di Medan Mal”, selanjutnya saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN memasukkan barang-barang yang dirakitnya ke dalam bungkusan kantongan plastic hitam lalu diletakkan disamping Louds Speaker dekat rak TV dirumah terdakwa; f. Bahwa pada hari Rabu tanggal 3 Maret 2004 terdakwa melihat saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN keluar dari rumah dengan membawa tas warna hitam yang berisi bom yang telah dirakit dirumah terdakwa; Universitas Sumatera Utara g. Bahwa pada hari Rabu tanggal 3 Maret 2004 sekira pukul 16.00 Wib bertempat di rumah saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU di Jalan PeloporTeladan I Medan, saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN menyerahkan bom yang dirakitnya kepada saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU dan ADI alias BEUREUJUK untuk diletakkan di Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA lantai II MEDAN MAL Jalan MT. Haryono No. 1 Medan; h. Bahwa pada hari kamis tanggal 4 Maret 2004 sekira pukul 19.30 Wib, saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU dan ADI alias BEUREUJUK meletakkan bom yang diperkirakan akan meledak sekira pukul 20.30 Wib di Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA lantai II MEDAN MAL dengan cara menitipkan tas berisi bom tersebut kepada pegawai Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA bernama saksi REKIN br SEMBIRING; 1. Bahwa pada hari Selasa tanggal 09 Maret 2004 sekira pukul 09.30 Wib, pegawai Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA bernama saksi SUPRIADI NASUTION alias IAN berhasil menemukan tas berisi bom yang tidak meledak; j. Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Maret 2004, terdakwa dan saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN secara bersama-sama menyembunyikan komponen bom yang tersisa antara lain 8 delapan buah fius detonator, 3 tiga buah Relay, 1 satu jam weaker yang sudah tersambung dengan 8 delapan baterai kering dengan 1 satu Relay bekas disoulder dengan menggunakan wayar penyambung ke dalam kotak VCD dan ke dalam kotak Louds Speaker milik terdakwa, saksi MUHAMMAD NOR alias Universitas Sumatera Utara AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN memberitahukan kepada terdakwa bahwa komponen bom tersebut disembunyikan dengan maksud bilamana saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN ditangkap polisi maka barang bukti bom tidak dapat ditemukan. Menimbang, bahwa dari fakta-fakta t ersebut diatas terdakwa telah “Memberikan pembantuan sebelum, selama, dan setelah kejahatan dilakukan” peletakan bom di Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA lantai II MEDAN MALL Jl. MT. Haryono No. 1 Medan, pada hari kamis tanggal 4 Maret 2004 sekira pukul 19.30 WIB yang dilakukan oleh saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU dan ADI alias BEUREUJUK. Menimbang, bahwa Pembantuan yang dilakukan oleh terdakwa sebelum, selama dan setelah kejahatan dilakukan yaitu : 1. Bahwa Terdakwa telah bersedia menampung saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN tinggal dirumahnya sebelum perakitan bom dan sampai bom diletakkan di Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA lantai II MEDAN MALL Jl. MT. Haryono No. 1 Medan. 2. Bahwa terdakwa telah menyediakan rumahnya dipakai oleh saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN sebagai tempat komponen-komponen bom sebelum dirakit, tempat perakitan bom dan penyimpanan bom yang telah dirakit. Universitas Sumatera Utara 3. Bahwa terdakwa memberikan sepeda dayung miliknya kepada saksi ISMAIL alias IS Bin M. ALI untuk membeli baterai untuk komponen bom atas permintaan dari saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN; 4. Bahwa terdakwa memberikan VCD dan Louds Speaker miliknya sebagai tempat penyembunyian komponen-komponen bom yang tersisa; 5. Bahwa terdakwa dan saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN secara bersama-sama menyembunyikan komponen bom tersisa ke dalam kotak VCD dan ke dalam kotak Louds Speaker milik terdakwa dengan maksud bilamana saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN ditangkap polisi maka barang bukti bom tidak dapat ditemuka n. Dengan demikian unsure “Pembantuan” telah terbukti secara sah dan meyakinkan. Ad. 3. Untuk melakukan Tindak Pidana Terorisme Menimbang, bahwa Tindak Pidana Terorisme ialah segala perbuatan yang memenuhi unsure-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini. Menimbang, bahwa Tindak Pidana Terorisme yang dimaksud adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 7, dengan unsure-unsur sebagai berikut: 3.1 Dengan sengaja Universitas Sumatera Utara 3.2 Menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik atau fasilitas Internasional. Ad.3.1 Dengan Sengaja Opzetteijk Menimbang, bahwa kata “Opzet” menurut doktrin mengandung arti “Willens en wetens” menghendaki atau menginginkan atau bermaksud dan mengetahui atau menginsafi atau patut mengetahui. “Opzet” adalah suatu sikap bathin seseorang yang sempurna yang diproyeksikan ke luar menjadi serangkaian tingkah laku dan perbuatan tertentu. Karena merupakan sikap bathin yang diwujudkan menjadi serangkaian perbuatan maka unsure “dengan sengaja” hanya dapat disimpulkan dari cara-cara melakukan perbuatan yang formulasinya tergantung kepada kasusnya. Menimbang, bahwa untuk membuktikan unsure “Opzettelijk” dengan sengaja tersebut si pelaku harus benar-benar: - Telah menghendaki atau menginginkan atau bermaksud Gewild. - Menginsafi atau mengetahui atau patut mengetahui Geweten. Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap dipersidnagan yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi dan terdakwa baik yang diberikan Universitas Sumatera Utara dipersidangan maupun yang diberikan dihadapan Penyidik yang dituangkan dalam berkas perkara, dihubungkan dengan alat bukti surat dan alat bukti petunjuk serta dikuatkan dengan barang bukti, bahwa saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN, saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU dan ADI “menghendaki atau menginginkan atau bermaksud” dan “menginsafi atau mengetahui atau patut mengetahui” terjadinya peledakan bom di Super Market MACAN YOAHAN SENTOSA lantai II MEDAN MALL Jl. MT. Haryono No. 1 Medan, yaitu: - RUSLI ABDUL GANI alias WAK LI sebagai Panglima Operasi GAM Wilayah Medan Deli sengaja meminta saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN tinggal di Kota Medan dengan tujuan untuk merakit dan meledakkan bom dibeberapa tempat di Kota Medan sehingga saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN tinggal dirumah kontrakan terdakwa Jalan Madio Santoso No. 103 C Medan Timur; - Pada akhir bulan Pebruari 2004 sekira pukul 20.00 Wib bertempat di lantai II Mini Market MACAN YOAHAN SENTOSA Pulo Brayan Medan, terdakwa menemani saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN meneerima uang sebesar Rp. 2.500.000,- dua juta lima ratus ribu rupiah dari saksi MARZUKI alias UDIN alias SAIFUL untuk pembelian komponen bom dan biaya perakitan bom; - bahwa pada hari Senin tanggal 1 Maret 2004 sekira pukul 18.00 WIB saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU dan ADI alias BEUREUJUK Universitas Sumatera Utara menyerahkan bom yang dibawa oleh ADI dari Aceh kepada saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN di dalam salah satu wartel di Simpang Jalan Sei Sikambing Medan, kemudian bom tersebut dibawanya keerumah terdakwa; - bahwa pada hari Senin tanggal 1 Maret 2004 sekira pukul 22.00 WIB sd hingga hari Rabu tanggal 3 Maret 2004 pukul 02.00 WIB bertempat dirumah terdakwa, saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN merakit bom yang disaksikan oleh terdakwa dan saksi ISMAIL alias IS Bin M. ALI an terdakwa mengetahui barang-barang yang dirakit oleh saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN adalah bom dan akan diledakkan di Medan Mall; - Pada hari Rabu tanggal 3 Maret 2004 sekira pukul 16.00 Wib bertempat di rumah saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU di jalan PeloporTeladan I Medan belakang ASTRA Internasional, saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN menyerahkan bom tersebut kepada saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU dan ADI alias BEUREUJUK untuk diletakkan di Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA dilantai II MEDAN MALN Jalan MT. Haryono No. 1 Medan; - Pada kamis tanggal 4 Maret 2004 sekira pukul 19.30 Wib, saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU dan ADI alias BEUREUJUK menitipkan tas yang berisi bom yang diperkirakan akan meledak sekitar pukul 20.30 Wib ke tempat Universitas Sumatera Utara penitipan barang di Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA yang diterima oleh saksi REKIN br SEMBIRING; - Pada hari Selasa tanggal 09 Maret 2004 sekira pukul 09.30 Wib saksi SUPRIADI NASUTION alias IAN membuka tas tersebut ternyata berisi bom yang belum meledak. Ad.3.2. Menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik atau fasilitas Internasional. Menimbang, bahwa unsure ini mempunyai sub unsure yaitu kekerasan dan ancaman kekerasan yang bersifat alternative artinya jika salah satu sub unsure terpenuhi maka sub unsure lain tidak perlu dibuktikan. Menimbang, bahwa kekerasan adalah setiap perbuatan penyalahgunaan kekuatan fisik dengan atau tanpa menggunakan sarana secara melawan hukum dan menimbulkan bahya bagi badan, nyawa, dan kemerdekaan orang, termasuk menjadikan orang pingsan atau tidak berdaya. pasal 1 butir 2 Perpu No. 4 Tahun 2002. Universitas Sumatera Utara Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan yang dengan sengaja dilakukan untuk memberikan pertanda atau peringatan mengenai rasa takut terhadap orang atau masyarakat secara luas. Pasal 1 butir 5 Perpu No. 1 tahun 2002. Menimbang, bahwa penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan itu dimaksudkan atau dengan tujuan untuk: - Menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas, atau - Menimbulkan korban yang bersifat missal dengan cara merampas kemerdekaan, atau - Hilanynya nyawa, atau harta benda orang lain, atau - Menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas Internasional. Menimbang, bahwa harta kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidak bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Pasal 1 butir 9 Perpu No. 1 Tahun 2002. Menimbang, bahwa obyek vital yang strategis adalah tempat, lokasi atau bangunan yang mempunyai nilai ekonomis, politis, social, budaya dan pertahanan serta keamanan yang sangat tinggi, termasuk fasilitas Internasional. Pasal 1 butir 10 Perpu No. 1 Tahun 2002. Menimbang, bahwa fasilitas publik adalah tempat yang dipergunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Pasal 1 butir 11 Perpu No. 1 Tahun 2002. Universitas Sumatera Utara Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dengan diperoleh dari keterangan saksi-saksi dan terdakwa baik yang diberikan dipersidangan maupun yang diberikan dihadapan Penyidik yang dituangkan dalam berkas perkara, dihubungkan dengan alat bukti surat dan alat bukti petunjuk serta dikuatkan dengan barang bukti, bahwa perbuatan yang dilakukan oleh saksi MUHAMMAD NOR alias AZHAR alias RAJU alias RAJA BORDIN, saksi FRIZNAL WAHYUDI alias WAHYU dan ADI, sebagai berikut: - Bahwa pada hari Selasa tanggal 09 Maret 2004 sekira pukul 09.30 WIB pegawai Super Market PT. MACAN YOAHAN SENTOSA bernama saksi SUPRIADI NASUTION alias IAN telah membuka suatu tas yang berada diruang kerjanya karena belum diambil oleh pemiliknya sejak tas tersebut dititipkan ke tempat penitipan barang yang diterima oleh REKIN br SEMBIRING, ternyata tas tersebut berisi bom yang tidak meledak; - Bahwa dengan ditemukannya bom yang tidak meledak tersebut, telah menimbulkan suasana teror atau rasa ngeri dan rasa takut secara meluas yaitu pada khususnya bagi pengunjung yang akan berbelanja di gedung PT. Medan Mall, karyawan dan pemilik toko yang membuka usaha di gedung PT. Medan mall serta pemilik gedung PT. Medan Mall dan pada umumnya bagi masyarakat karena takut adanya ledakan berikutnya; - Bahwa jika bom tersebut meledak, dapat menimbulkan korban yang bersifat missal yaitu orang-orang yang sedang berada di PT. Medan Mall baik para pengunjung maupun para karyawan, juga dapat mengakibatkan hilangnya harta Universitas Sumatera Utara benda dari para pengunjung yang sedang berbelanja, harta benda para karyawan dan harta benda pemilik toko di PT. Medan Mall serta dapat mengakibatkan kerusakan atau kehancuran kios-kios atau toko-toko maupun gedung PT. Medan Mall beserta fasilitas-fasilitas yang tersedia digedung tersebut. Sehingga unsure “Menggunakan ancaman kekerasan dengan maksud untuk menimbulkan suasana teror telah terpenuhi adanya”. Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat telah terpenuhi seluruh unsure-unsur dari dakwaan primair Penuntut Umum, oleh karena itu Majleis Hakim berkesimpulan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana diuraikan dalam dakwaan primair Penuntut Umum tersebut. Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum bersifat subsidaritas, dan dakwaan primair telah terbukti secara sah dan meyakinkan dalam perbuatan Terdakwa maka dakwaan selainnya tidak perlu dipertimbangkan lagi. Menimbang, bahwa oleh karena selama persidangan tidak ditemukan alasan- alasan pemaaf dan ataupun pembenar bagi perbuatan terdakwa, maka berarti terdakwa adalah orang yang sehat akal dan jiwanya serta mampu bertanggung jawab atas perbuatannya, sehingga dapat dipersalahkan atas perbuatan yang telah dilakukannya tesebut, dengan demikian unsure barang siapa telah terpenuhi dalam diri terdakwa, oleh karena itu terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam Universitas Sumatera Utara dakwaan primair tersebut, dan dijatuhi pidana penjara yang setimpal dengan perbuatannya. Menimbang, bahwa memperhatikan jalannya pemeriksaan terhadap diri terdakwa, ternyata dapat disimpulkan bahwa rendahnya pemahaman atas wawasan kebangsaan dan hak serta kewajibannya sebagai warga Negara yang merdeka dan berdaulat, serta rasa cinta tanah air dan kesadaran bela Negara oleh terdakwa maupun para saksi yang lain sangatlah minim, demikian pula mereka tidak memahami keberadaan masyarakat Aceh dalam hubungannya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat, disamping itu rendahnya kesadaran akan bahaya tindak pidana dengan menggunakan bahan peledak yang dapat menghilangkan nyawa tanpa memandang korban dan menimbulkan ketakutan secara luas, atau hilangnya serta kerugian harta benda, ternyata juga turut berperan atas terjadinya tindak pidana ini serta menjadi penyebab adanya tindak pidana ini, namun tentunya hal tersebut tidaklah terus menghapuskan kesalahan terdakwa, oleh karena itu terhadap dua kepentingan yang berbeda tersebut, Majelis Hakim dengan sungguh-sungguh telah berusaha menempatkan diri secara adil, dengan berpedoman pada segala ketentuan perundang-undangan dan keyakinannya, agar keadilan senyatanya dapat diwujudkan. Menimbang, bahwa oleh karena itu Majelis Hakim memandang perlu mengamaati dan menggali latar belakang saksi-saksi maupun terdakwa dalam memberikan keterangan, sebagaimana Majelis Hakim pertimbangkan dibagian awal putusan ini, kesemuanya itu semata-mata membantu Majelis Hakim menilai sejauhmanakah keterangan saksi maupun terdakwa tersebut dapat dipercaya dan Universitas Sumatera Utara bukan dimaksudkan untuk membela ataupun merugikan saksi-saksi ataupun terdakwa, tetapi semata-mata penegakan hukum secara represif bisa membawa keadilan dan kebenaran. Menimbang, bahwa oleh karena itulah, manakala memperhatikan proses latar belakang terjadinya perkara ini sesungguhnya adalah masalah yang sederhana, akan teapi penyelesaiannya tidak sederhana sebagaimana dibayangkan, karena pengalaman akan peristiwa dan atau kegiatan dalam suatu organisasi Gerakan Aceh Merdeka yang selama ini tidak mungkin diungkapkan secara lahiriah harus diungkapkan demi tegaknya keadilan, dan Majelis Hakim menyadari sesungguhnya hal tersebut bukan menjadi tugas dan kewajibannya untuk menyelesaikannya, namun apalah salahnya hal tersebut berusaha diselesaikan secara tuntas, karena ternyata adanya tindak pidana ini bukan hanya menyangkut terdakwa dan saksi korban, tetapi juga telah menarik perhatian masyarakat khususnya masyarakat disekitar Medan. Menimbang, bahwa usaha Majelis Hakim tersebut perlu dilakukan, karena putusan ini berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”, oleh karena itu Majelis Hakim berusaha dengan sungguh-sungguh menempatkan segala sesuatunya semata-mata berdasarkan rasa takut akan Tuhan. Menimabang, bahwa tujuan pidana bukanlah semata-mata untuk menderitakan menista terdakwa, tetapi lebih sebagai upaya edukatif agar dikemudian hari terdakwa dapat memperbaiki perilakunya, menurut Iman dan kepercayaannya seturut dengan kehendakmundang-undang dan ketertiban Universitas Sumatera Utara masyarakat pada umumnya, dan disamping itu tetunya juga harus memperhatikan perasaan keadilan masyarakat terutama korban, sehingga keseimbangan dan tertib masyarakat dapat dipelihara. Menimbang, bahwa berdasarkan hal tsebut, maka terdakwa patut dan layak dijatuhi pidana penjara, namun untuk menentukan lamanaya pidana penjara yang sepatutnya dijatuhakn terhadap diri terdakwa, perlulah diperhatikan bahwa maksud dan tujuan pidana, bukanlah semata-mata untuk menista atau menderitakan seseorang, tetapi lebih bertujuan untuk: - Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan hukum demi pengayoman warga masyarakat; - Mengadakan koreksi terhadap terdakwa, agar setelah menjalani pidana ini, terdakwa akan menjadi warga masyarakat yang baik, yang taat dan patut pada segala peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menimbang, bahwa oleh karena itulah penjatuhan pidana sebagaimana ditentukan dalam bunyi amar putusan ini dipandang sudah tepat, adil dan bermanfaat bagi terdakwa, dan atau pun kepentingan hukum serta masyarakat pada umumnya. Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap diri terdakwa telah dikenakan penahanan yang sah, dan lamanya pemidanaan yang dijatuhkan lebih lama dari masa penahanan yang telah dijalani terdakwa, maka berdasarkan pasal 22 Universitas Sumatera Utara ayat 4 KUHAP, masa penahanan tersebut dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Menimabng, bahwa oleh karena terdakwa ditahan dan penahanan terhadap diri terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka berdasarkan pasal 193 ayat 2 sub. b KUHAP, maka perlu ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan. Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana telah didakwakan kepadanya, dan dijatuhi pidana penjara serta terdakwa sebelumnya tidak ada mengajukan permohonan pembebasan dari pembayaran biaya perkara, maka berdasarkan pasal 222 KUHAP kepada terdakwa dibebankan untuk membayar biaya perkara yang besarnya akan ditentukan dalam amar putusan ini. Menimbang, bahwa akhirnya sebelum Majelis Hakim menjatuhkan putusan, perlulah dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa, sebagai berikut: a. Perbuatan terdakwa dapat menimbulkan korban yang bersifat massal yaitu orang-orang yang sedang berada di PT. Medan Mall baik para pengunjung maupun para karyawan, juga dapat mengakibatkan hilangnya harta benda dapat para pengunjung yang sedang berbelanja, harta benda para karyawan dan harta benda pemilik toko di PT. Medan Mall serta dapat mengakibatkan kerusakan Hal-hal yang memberatkan: Universitas Sumatera Utara atau kehancuran kios-kios atau toko-toko maupun gudang PT. Medan Mall beserta fasilitas-fasilitas yang tersedia digedung tersebut; b. Perbuatan terdakwa telah menimbulkan suasana teror atau rasa ngeri dan rasa takut secara meluas, pada khususnya bagi pengunjung yang akan berbelanja di gedung PT. Medan Mall, karyawan dan pemilik toko yang membuka usaha digedung PT. Medan Mall serta pemilik gedung PT. Medan Mall dan pada umumnya bagi masyarakat karena takut adanya ledakan berikutnya; c. Terdakwa tidak terus terang mengakui perbuatannya malahan terdakwa memberikan keterangan berbelit-belit sehingga menyulitkan jalannya persidangan. a. Terdakwa berlaku sopan di persidangan, Hal-hal yang meringankan: b. Terdakwa belum pernah dihukum. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan dari pembahasan materi yang dilakukan. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengaturan tindak pidana terorisme di Indonesia adalah sebagai payung hukum yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme adalah tetap mengacu pada konstitusi dasar Negara RI yaitu UUD 1945. Sedangkan produk hukum yang dihasilkan oleh eksekutif dengan persetujuan badan legislative yang berkenaan dengan pemberantasan tindak pidana terorisme antara lain adalah ditetapkannya Perpu no. 1 Tahun 2002 pengganti UU No. 15 Tahun 2003 dan ditetapkannya Perpu No. 2 Tahun 2002 pengganti UU No. 16 Tahun 2003. Berbagai regulasi yang dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk upaya antisipasi terhadap terorisme pada tahun 2002. 2. Kebijakan Kriminal terhadap tindak pidana terorisme di Indonesia adalah suatu usaha yang yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Upaya penanggulangan kejahatan dengan menempuh pendekatan kebijakan tersebut mengandung arti adanya keterpaduan antara politik criminal dan politik sosialdan anatara upaya penanggulangan kejahatan dengan sarana penal dan non penal. Kebijakan criminal adalah bagian dari kebijakan penegakan hukum dan kebijakan social. Kebijakan pidana dengan sarana penal yaitu dengan penerapan sanksi pidana, sedangkan kebijakan pidana dengan sarana non penal yaitu dengan tidak menggunakan sanksi hukum. 3. Penerapan hukum terhadap tindak pidana terorisme studi putusan no. 2280Pid. B2004 PN-Mdn dimana Majelis Hakim memandang perlu mengamaati dan Universitas Sumatera Utara menggali latar belakang saksi-saksi maupun terdakwa dalam memberikan keterangan, sebagaimana Majelis Hakim pertimbangkan dibagian awal putusan ini, kesemuanya itu semata-mata membantu Majelis Hakim menilai sejauhmanakah keterangan saksi maupun terdakwa tersebut dapat dipercaya dan bukan dimaksudkan untuk membela ataupun merugikan saksi-saksi ataupun terdakwa, tetapi semata-mata penegakan hukum secara represif bisa membawa keadilan dan kebenaran. maka terdakwa patut dan layak dijatuhi pidana penjara, namun untuk menentukan lamanaya pidana penjara yang sepatutnya dijatuhakn terhadap diri terdakwa, perlulah diperhatikan bahwa maksud dan tujuan pidana, bukanlah semata-mata untuk menista atau menderitakan seseorang, tetapi lebih bertujuan untuk: a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan hukum demi pengayoman warga masyarakat; b. Mengadakan koreksi terhadap terdakwa, agar setelah menjalani pidana ini, terdakwa akan menjadi warga masyarakat yang baik, yang taat dan patut pada segala peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka perlu kiranya dicari langkah yang paling tepat untuk menjawab atau mengatasi berbagai permasalahan yang sudah diuraikan sebelumnya. Untuk itu terdapat beberapa saran Universitas Sumatera Utara yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, antara lain: 1. Dalam menanggulangi bahaya serangan terorisme di Indonesia, seharusnya pemerintah untuk segera mungkin melakukan amandemen terhadap undang- undang yang ada perpu No. 1 tahun 2002 jo. UU No. 15 Tahun 2003 karena peraturan perundang-undangan tersebut kurang memperhatikan kehidupan demokrasi yang sangat diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. 2. Pemerintah hendaknya melengkapi fasilitas-fasilitas bagi aparatur penegak hokum yang memberikan pelatihan lebih baik lagi sehingga dapat mendeteksi dini mungkin serangan terorisme di Indonesia. 3. Dalam memberantas aksi terorisme di Indonesia bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik, dengan memberikan informasi yang benar terhadap suatu aksi terorisme. Kunci dan permasalahannya terorisme adalah kesepakatan dan konsistensi di Indonesia untuk menyelesaikannya. DAFTAR PUSTAKA Abdussalam, R, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta, 2007. Adi, Kusno, Kebijakan Kriminal dalam penanggulangan tindak pidana narkotika oleh anak , UMM Pres, Malang, 2009. Universitas Sumatera Utara BAB III. KEBIJAKAN KRIMINAL DALAM TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA Bab ini akan membahas mengenai kebijakan hukum pidana penal policy dan kebijakan non penal non penal policy. BAB IV. PENERAPAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA TERORISME STUDI PUTUSAN NO. 2280Pid. B2004PN-Mdn. Bab ini akan membahas mengenai putusan no. 2280Pid. B2004PN-Mdn yaitu kronologis, dakwaan, fakta hukum dan analisa kasus. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan penyimpulan dari seluruh bab- bab yang terdapat dalam penulisan skripsi ini sebagai jawaban dari permasalahan dan kemudian dibuat saran-saran yang merupakan sumbangan pemikiran penulis terhadap permasalahan yang telah yang dikemukakan dalam skripsi ini. BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA

A. Sejarah Pengaturan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia

Terorisme sesungguhnya bukanlah fenomena baru karena terorisme telah ada sejak abad ke- 19 dalam peraturan politik internasional. Terorisme pada awalnya bersifat kecil dan local dengan sasaran terpilih dan berada dalam kerangka low Universitas Sumatera Utara intensity conflict, pada umumnya berkaitan erat dengan stabilitas domestic suatu Negara. Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan terhadap peradaban yang menjadi ancaman bagi segenap bangsa serta musuh dari semua agama di dunia ini. Terorisme dalam perkembangannya telah membangun organisasi dan mempunyai jaringan global dimana kelompok-kelompok terorisme yang beroperasi diberbagai Negara telah terkooptasi oleh suatu jaringan terorisme internasional serta mempunyai hubungan dan mekanisme kerja sama satu sama lain baik dalam aspek operasional infrastruktur maupun infrastruktur pendukung support infrastructure. 12 a. Melalui system evolusi berupa amandemen terhadap pasal-pasal KUHP; Pada dasarnya, istilah “terorisme” merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sangat sensitive karena terorisme menyebabkan terjadinya pembunuhan dan penyengsaraan terhadap orang-orang yang tidak berdosa. Tidak ada Negara yang ingin dituduh mendung terorisme atau menjadi tempat perlindungan bagi kelompok-kelompok terorisme. Tindak Pidana Terorisme merupakan tindak pidana murni mala perse yang dibedakan dengan administrative criminal law mala prohibita. Kriminalisasi tindak pidana terorisme sebagai bagian dari perkembangan hokum pidana dapat dilakukan melalui banyak cara, seperti: 12 Moch. Faisal Salam, 2005, Motivasi Tindakan Terorisme, Mandar Maju, Bandung, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara b. Melaui system global melaui pengaturan yang lengkap diluar KUHP termasuk kekhususan hokum acaranya; dan c. System kompromi dalam bentuk memasukkan bab baru dalam KUHP tentang “kejahatan terorisme” Dalam UU No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, bahwa terorisme adalah perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan Negara dengan membahayakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda dan kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror atau rasa tacit terhadap orang secara meluas, sehingga terjadi kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis, kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral, peradaban, rahasia Negara, kebudayaan, pendidikan, perekonomian, teknologi, perindustrian, fasilitas umum, atau fasilitas internasional. Pengertian yang berkaitan dengn terorisme diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya terorisme adalah kekerasan terorganisir, menempatkan kekerasan sebagai kesadaran, metode berpikir sekaligus alat pencapaian tujuan. Dari berbagai pengertian diatas, menurut pendapat para ahli bahwasanya kegiatan terorisme tidak akan pernah dibenarkan karena ciri utamanya, yaitu : 1. Aksi yang digunakan menggunakan cara kekerasan dan ancaman untuk menciptakan ketakutan publik; 2. Ditujukan kepada Negara, masyarakat atau individu atau kelompok masyarakat tertentu; Universitas Sumatera Utara 3. Memerintah anggota-anggotanya dengan cara teror juga; 4. Melakukan kekerasan dengan maksud untuk mendapat dukungan dengan cara yang sistematis dan terorganisir. 13 Menurut Wilkinson, sebagaimana dikutip oleh Goenawan Permadi, ada tiga jenis terorisme secara umum yaitu:

1. Terorisme Revolusioner yaitu penggunaan kekerasan secara sistematis dengan

tujuan akhir untuk mewujudkan perubahan radikal dalam tatanan politik;

2. Terorisme Subrevolusioner yaitu penggunaan kekerasan teroristik untuk

menimbulkan perubahan dalam kebijakan publik tanpa mengubah tatanan politik;

3. Terorisme Represif yaitu penggunaan kekerasan teroristik untuk menekan atau

membelenggu individu atau kelompok dari bentuk-bentuk perilaku yang dianggap tidak berkenaan oleh Negara. 14

B. Tinjauan Yuridis terhadap Pengaturan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia

1. Tindak Pidana Terorisme

Hukum Pidana Belanda memakai istilah strafbaar feit, kadang-kadang juga delict yang berasal dari bahasa Latin delictum. Hokum pidana Negara-negara Anglo Saxon memakai istilah offense atau criminal act untuk maksud yang sama. Oleh 13 Ibid. 14 Ali Masyhar, 2009, Gaya Indonesia Menghadang Terorisme Sebuah kritik atas kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana terorisme di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hlm. 48. Universitas Sumatera Utara karena KUHP Indonesia bersumber pada WvS Belanda, maka istilah aslinya pun sama yaitu strafbaar feit. Sekarang ini semua undang-undang telah memakai istilah tindak pidana. 15 Telah dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hokum larangan mana disertai ancaman sangsi yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hokum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan, yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, sedangkan ancaman pidananya ditujuakan kepada orang yang menimbulkannya kejadian itu. 16 Menurut Simons, bahwa strafbaar feit terjemahan harafiah : peristiwa pidana ialah perbuatan melawan hokum yang berkaitan dengan kesalahan schuld seseorang yang mampu bertanggungjawab. Kesalahan yang dimaksud oleh Simons ialah kesalahan dalam arti luas yang meliputi dolus sengaja dan culpa late alpa dan lalai. Dari rumusan tersebut Simons mencampurkan unsure-unsur perbuatan pidana yang meliputi perbuatan dan sifat melawan hokum perbuatan dan pertanggungjawaban pidana criminal liability yang mencakup kesengajaan, kealpaan serta kelalaian dan kemampuan bertanggungjawab. 17 Tindak pidana atau delik ialah tindak yang mengandung 5 lima unsure, yaitu: 15 Andi Hamzah, 2008, Asas-asas hokum pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 86. 16 Moeljatno, 2002, asas-asas hokum pidana, rineka cipta, Jakarta, hlm. 54. 17 Zainal Abidin, 2007, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 224. Universitas Sumatera Utara a. Harus ada sesuatu kelakuan gedraging; b. Kelakuan itu harus sesuai dengan uraian undang-undang wettelijke omschrijving; c. Kelakuan itu adalah kelakuan tanpa hak; d. Kelakuan itu dapat diberatkan kepada pelaku; e. Kelakuan itu diancam dengan hukuman. 18 Simons menyebutkan adanya unsure obyektif dan unsure subyektif dari tindak pidana stafbaar feit. Yang disebut sebagai unsure obyektif ialah: a. Perbuatan orang; b. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu; c. Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti dalam pasal 281 KUHP sifat “openbaar” atau “dimuka umum”. Segi unsure subyektif dari tindak pidana stafbaar feit: a. Orang yang mampu bertanggungjawab; b. Adanya kesalahan dolus atau culpa. Perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan. 19 Dalam pandangan KUHP, yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah seorang manusia sebagai oknum. Ini mudah terlihat pada perumusan-perumusan dari tindak pidana dalam KUHP, yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat 18 C.S.T. Kansil dan Cristine S.T. Kansil, 2007, Pokok-pokok Hukum Pidana, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 37. 19 Ibid, hlm 41. Universitas Sumatera Utara bagi subjek tindak pidana itu, juga terlihat pada wujud hukuman atau pidana termuat dalam pasal-pasal KUHP, yaitu hukuman penjara, kurungan dan denda. Pada umumnya tindak pidana hanya dapat dilakukan oleh manusia atau orang pribadi oleh karena itu hokum pidana selama ini hanya mengenai orang, seorang atau sekelompok orang sebagai subjek hokum. Subjek hokum atau pelaku pencemaran lingkungan hidup berdasarkan bunyi Pasal 55 KUHPidana maka yang dimaksud dengan pelaku tindak pidana adalah: a. Orang yang melakukan Pleger Orang yang melakukan pleger adalah seseorang yang secara sendiri melakukan semua unsure-unsur dari suatu tindak pidana. Disamping itu dalam kenyataan sehari-hari orang yang tidak berani secara langsung melakukan sendiri tindak pidana tetapi melibatkan orang lain untuk melakukannya, baik dengan cara membayar orang lain, maupun dengan cara mempengaruhinya ataupun dengan cara-cara lain sehingga orang lain itu melakukan apa yang dikehendaki. 20 20 Abdul Wahid, dkk, 2004, Op. Cit, hlm. 70. Mereka yang melakukan tindak pidana plegen jika mengacu kepada orangnya disebut dengan pembuat pelaksana pleger, adalah orang yang karena perbuatannyalah yang melahirkan tindak pidana itu, tanpa ada perbuatan-perbuatan pembuat pelaksana ini tindak pidana itu tidak akan terwujud, maka dari sudut ini syarat seorang pleger adalah sama dengan syarat seorang dader. Perbedaan pleger dengan dader adalah terhadap pleger masih diperlukan keterlibatan orang lain baik secara fisik maupun psikis, hanya saja Universitas Sumatera Utara keterlibatan orang lain ini harus sedemikian rupa sehingga perbuatan tersebut tidak sebagai penentu dalam mewujudkan tindak pidana yang akan dilakukan. 21 1. Delik formil, pelakunya adalah barangsiapa yang memenuhi perumusan delik. Umumnya “pelaku” dapat diketahui yaitu: 2. Delik dengan perumusan materil, pelakunya adalah barangsiapa yang menimbulkan yang dilarang yang tercantum dalam delik. 3. Delik yang memuat unsure kualitas atau kedudukan, pelakunya adalah barangsiapa yang memiliki unsure, kedudukan atau kualitas sebagai yang dirumuskan. Misalnya, kejahatan jabatan adalah pejabat pegawai negeri. 22 b. Yang menyuruh melakukan member perintah doen pleger Dalam hal ini paling sedikit harus ada dua orang, yaitu orang yang menyuruh melakukan dan orang yang disuruh melakukan. Orang yang menyuruh melakukan tindak pidana itu tidak melakukan unsure-unsur dari suatu tindak pidana, akan tetapi orang yang disuruhlah yang melakukan unsure-unsur dari suatu tindak pidana tersebut. Orang yang disuruh dalam hal ini adalah orang- orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, orang-orang yang dikecualikan dari hukuman, mereka ini hanya dianggap sebagai alat semata, misal orang gila. Dengan demikian meskipun orang yang menyuruh ini tidak melakukan sendiri 21 Mohammad Ekaputra dan Abul Khair, 2009, Percobaan dan Peyertaan, USU Press, Medan, hlm. 44. 22 Laden Marpaung, 1991, Unsur-unsur perbuatan yang dapat dihukum delik, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 95. Universitas Sumatera Utara tindak pidana, akan tetapi dialah yang dianggap sebagai pelaku dan yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan orang yang disuruhnya tersebut. 23 1. Tidak dapat dipertanggungjawabkan menurut pasal 44 KUHP. Agar supaya masuk dalam pengertian “menyuruh melakukan”, maka orang yang disuruh pleger itu harus hanya merupakan alat instrument, middel saja, maksudnya ia tidak dapat dihukum karena tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, misalnya: 2. Karena terpaksa oleh kekuasaan yang tidak dapat dihindarkan overmacht menurut pasal 48 KUHP. 3. Melakukan delik itu atas perintah jabatan yang tidak syah, menurut pasal 51 KUHP. 4. Melakukan delik itu tanpa kesalahan sama sekali. 24 Dalam penyertaan berbentuk menyuruh melakukan ini terdapat seseorang yang ingin melakukan suatu tindak pidana, akan tetapi dia tidak melakukannya sendiri. Dia menyuruh orang lain untuk melaksanakannya. Syarat yang terpenting dalam bentuk menyuruh melakukan adalah orang yang disuruh tersebut merupakan orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jika diperinci syarat-syarat bentuk penyertaan menyuruh melakukan adalah sebagai berikut: a. Ada orang yang berhendak melakukan tindak pidana; 23 Ibid. 24 R. Atang Ranoemihardja, 1984, Hukum Pidana Asas-asas, pokok pengertian dan teori serta pendapat beberapa sarjana, Tarsito, Bandung, hlm. 115. Universitas Sumatera Utara b. Orang tersebut tidak melakukannya sendiri; c. Menyuruh orang lain untuk melakukan; d. Orang yang disuruh adalah orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan 25 Rumusan “tidak dapat dipertanggungjawabkan” dan “ tidak dapat dihukum” melakukan delik tersebut. Prof. Simons mengutarakan bahwa orang yang disuruh tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: a. Apabila orang yang disuruh melakukan tindak pidana itu adalah seseorang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan seperti yang dimaksud dalam pasal 44 KUHP; b. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana mempunyai dwaling atau suatu kesalahpahaman mengenai unsure tindak pidana yang bersangkutan; c. Apabila orang yang disuurh melakukan suatu tindak pidana itu sama sekali tidak mempunyai unsure schuld, baik dolus maupun culpa, ataupun apabila orang tersebut tidak memenuhi unsure opzet seperti yang telah disyaratkan oleh undang-undang bagi tindak pidana tersebut; d. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak memenuhi unsure oogmerk, padahal unsure tersebut telah disyaratkan didalam rumusan undang-undang mengenai tindak pidana tersebut; e. Apabila orang yang disuruh melakukan tindak pidana itu telah melakukannya di bawah pengaruh suatu overmacht atau di bawah pengaruh 25 Mohammad Ekaputra dan Abul Khair, op. cit., hlm. 50. Universitas Sumatera Utara suatu keadaan yang memaksa dan terhadap paksaan itu orang tersebut tidak mampu memberi perlawanan; f. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana dengan iktikad baik telah melaksanakan suatu perintah jabatan, padahal perintah jabatan tersebut diberikan oleh seorang atasan yang tidak berwenang memberikan perintah semacam itu; g. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak mempunyai suatu sifat tertentu, seperti yang telah disyaratkan oleh undang- undang, yakni suatu sifat yang harus dimiliki oleh pelaku sendiri. 26 c. Orang yang turut serta melakukan dader Dalam hal ini juga paling sedikit harus ada dua orang yang secara bersama- sama melakukan suatu tindak pidana, mereka ini secara sadar bersama-sama melakukan tindak pidana tertentu. Dengan demikian mereka juga secara bersama-sama dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan itu. 27 1. Harus ada kerja sama secara fisik; Prof. Satochid Kartanegara berpendapat bahwa untuk adanya mededader harus dipenuhi 2 dua syarat, yaitu: 2. Harus ada kesadaran kerja sama. Selanjutnya Prof. Satochid Kartanegara mengutarakan: 26 Leden Marpaung, 2005, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 80. 27 Abdul Wahid, dkk, 2004, Op. Cit, hlm. 72. Universitas Sumatera Utara “Mengenai syarat kesadaran kerjasama itu dapat diterangkan bahwa kesadaran itu perlu timbul sebagai akibat pemufakatan yang diadakan oleh para peserta. Akan tetapi, sudah cukup dan terdapat kesadaran kerja sama apabila para peserta pada saat mereka melakukan kejahatan itu sadar bahwa mereka bekerja sama.” 28 d. Orang yang membujuk melakukan uitlokker Dalam hal ini paling sedikit juga harus ada dua orang, yaitu orang yang membujuk, yang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana dan orang yang dibujuk atau yang digerakkan untuk melakukan tindak pidana dan kedua-duanya dapat dipertanggungjawabkan. Perbedaannya dengan yang menyuruh melakukan, orang yang disuruh adalah orang-orang yang tidak dapat dipertanggung jawabkan dan tidak ada digunakan sarana cara-cara lain dalam hal menyuruh melakukan tersebut, sedangkan dalam hal membujuk, orang yang dibujuk tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dalam hal melakukan bujukan atau penggerakkan ini ada sarananya atau cara-cara yang ditentukan oleh undang-undang. 29 28 Laden Marpaung, loc. Cit. 29 Ibid. Orang yang membujuk melakukan uitlokker adalah setiap perbuatan yang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu perbuatan terlarang dengan menggunakan cara dan daya upaya yang ditentukan dalam pasal 55 ayat 1 ke- 2. Universitas Sumatera Utara Menurut doktrin, orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana disebut actor intelectualis atau intelectueel dader atau provocateur atau uitlokker. Orang yang sengaja membujuk uitlokker dengan orang yang menmyuruh doenpleger memiliki persamaan, yaitu sama-sama menggerakkan orang lain. Adapun perbedaannya adalah: 1. Pada pertanggungjawaban, yaitu pada doenpleger si pelaku tidak dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan pada uitlokker si pelaku dapat dipertanggungjawabkan; 2. Cara-cara menggerakkan orang lain pelaku tersebut, pada uitlokker ditentukan dalam pasal 55 ayat 1 ke-2 KUHP, sedang pada doenpleger tidak ditentukan. Berdasarkan rumusan pasal 55 ayat 1 ke-2, dapat diketahui unsure-unsur uitlokker membujuk sebagai berikut: a. Kesengajaan si pembujuk ditujukan pada dilakukannya delik tertentu oleh yang dibujuk; b. Membujuk orang itu dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan dalam pasal 55 ayat 1 ke-2 KUHP; c. Orang yang dibujuk itu sungguh-sungguh telah terbujuk untuk melakukan delik tertentu; Universitas Sumatera Utara d. Orang yang dibujuk, benar-benar telah melakukan delik, setidak-tidaknya melakukan percobaan. 30 Menurut Loebby Loqman, syarat penyertaan dalam bentuk menggerakkan ini adalah sebagai berikut: a. Ada orang yang berkehendak melakukan suatu tindak pidana; b. Orang tersebut tidak melakukannya sendiri; c. Dengan suatu daya upaya yang telah ditentukan secara limitative dalam undnag-undang; d. Menggerakkan orang lain untuk melaksanakan tindak pidana yang dikehendaki; e. Orang yang digerakkan dalam melakukan tindak pidana adalah orang yang dapat dipertanggungjawabkan. 31 Seseorang dapat dipersalahkan “membantu melakukan” medeplichtige jika ia dengan sengaja memberikan bantuan tersebut pada waktu atau sebelum delik itu dilakukan. Apabila bantuan diberikan setelah kejahatan itu dilakukan maka orang itu bersalah melakukan perbuatan “sengkongkol” atau “tadah” heling melanggar pasal 480 KUHP. Unsure sengaja harus ada, oleh karena bila ada orang yang secara kebetulan tidak mengetahui, kemudian memberikan kesempatan daya upaya atau 30 Laden Marpaung, 2005, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 85. 31 Mohammad Ekaputra dan Abul Khair, op. cit., hlm. 62. Universitas Sumatera Utara keterangan untuk melakuakan kejahatan itu, maka ia tidak dapat dihukum. “niat” untuk melakukan kejahatannya harus timbul dari orang yang “diberi bantuan”, sebab jika tersebut timbul dari orang yang member bantuan itu sendiri, maka orang itu salah berbuat “membujuk melakukan” uitlokking. Selanjutnya mengenai cara-cara membujuk ditentukan dengan tegas dan terbatas limitatief dalam KUHP pasal 55 ayat 1 sub 2e yang perinciannya sebagai berikut: a. Pemberian Kepada yang dibujuk diberikan uang atau barang atau mungkin juga suatu anugrah; b. Perjanjian Segala yang menimbulkan kepercayaan pada yang dibujuk, misalnya akan memberikan keuntungan baginya, walaupun janji itu tidak berdasarkan alasan-alasan yang kuat dan meyakinkan. c. Penyalah gunaan Kekuasaan atau Pengaruh Hal ini selalu terjadi berhubungan dengan hubungan dinas. d. Kekerasan Universitas Sumatera Utara Ini berupa kekuatan fisik, akan tetapi ada batasnya sebab bila dilakukan terlalu keras, maka akan menjadi “menyuruh melakukan” dan bukan membujuk lagi. e. Ancaman Ini adalah paksaan rohani tetapi ada batasnya seperti halnya dengan No. 4. f. Tipu daya Yang dibujuk diberi keterangan palsu atau informasi palsu sehingga menimbulkan rasa iri hati, takut, benci, ingin membalas dendam. g. Memberi kesempatan Misalnya seorang babu rumah tangga membawa pakaian yang akan dicuci ke kamar mandi yang tidak dikunci sehingga mudah akan dibawa oleh temannya yang akan mencuri. h. Member daya upaya Misalnya seorang pelayan memberikan anak kunci pintu belakang kepada temannya yang akan mencuri. i. Memberi keterangan Universitas Sumatera Utara Misalnya seorang jongos mengatakan kepada temannya yang akan mencuri bahwa pintu kamar majikannya rusak dan dalm lemari pakaian disimpan peti uang. 32 Menurut Rajagukguk dan Khairandy, Delik atau perbuatan pidana terorisme adalah perbuatan yang melawan hukum yang melanggar ketentuan pidana terorisme, yaitu melakukan perbuatan yang berkaitan dengan kejahatan terorisme. Didalam undang-undang tindak pidana terorisme ada dua delik yaitu delik materil dan delik formil. Delik materil adalah delik atau perbuatan pidana yang rumusan perbuatan yang dilarang ditujukan pada penimbulan akibat, sedangkan delik formil adalah delik yang teknik perumusan perbuatan yang dilarang ditujukan pada perbuatan yang secara nyata memenuhi unsure-unsur delik. 33 Sanksi hukuman untuk pelaku tindak pidana terorisme diatur tersendiri, karena perbuatan terorisme sangat luas sekali pengertiannya yaitu termasuk perusakan lingkungan hidup. Di dalam Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pengertian tindak pidana terorisme yaitu: “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun”. 32 R. Atang Ranoemihardja, op. cit., hlm. 127. 33 Ibid, hlm. 69. Universitas Sumatera Utara Didalam Pasal 7 UU No. 15 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup.” 34 a. menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai atau merusak bangunan untuk pengamanan lalu lintas udara atau menggagalkan usaha untuk pengamanan bangunan tersebut; Termasuk juga perbuatan terorisme sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2003 yaitu: b. menyebabkan hancurnya, tidak dapat dipakainya atau rusaknya bangunan untuk pengamanan lalu lintas udara, atau gagalnya usaha untuk pengamanan bangunan tersebut; c. melawan hukum menghancurkan, merusak, mengambil, atau memindahkan tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan, atau menggagalkan bekerjanya tanda atau alat tersebut, atau memasang tanda atau alat yang keliru; d. menyebabkan tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan hancur, rusak, terambil atau pindah atau menyebabkan terpasangnya tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan yang keliru; 34 Ibid. Universitas Sumatera Utara e. melawan hukum, menghancurkan atau membuat tidak dapat dipakainya pesawat udara yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain; f. melawan hukum mencelakakan, menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai atau merusak pesawat udara; g. menyebabkan pesawat udara celaka, hancur, tidak dapat dipakai, atau rusak; h. untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, atas penanggung asuransi menimbulkan kebakaran atau ledakan, kecelakaan kehancuran, kerusakan atau membuat tidak dapat dipakainya pesawat udara yang dipertanggungkan terhadap bahaya atau yang dipertanggungkan muatannya maupun upah yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya, ataupun untuk kepentingan muatan tersebut telah diterima uang tanggungan; i. dalam pesawat udara dengan perbuatan yang melawan hukum, merampas atau mempertahankan perampasan atau menguasai pesawat udara dalam penerbangan; j. dalam pesawat udara dengan kekerasan atau ancaman kekerasan atau ancaman dalam bentuk lainnya, merampas atau mempertahankan perampasan atau menguasai pengendalian pesawat udara dalam penerbangan; k. melakukan bersama-sama sebagai kelanjutan permufakatan jahat, dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu, mengakibatkan luka berat seseorang, mengakibatkan kerusakan pada pesawat udara sehingga dapat Universitas Sumatera Utara membahayakan penerbangannya, dilakukan dengan maksud untuk merampas kemerdekaan atau meneruskan merampas kemerdekaan seseorang; l. melawan hukum melakukan perbuatan kekerasan terhadap seseorang di dalam pesawat udara dalam penerbangan, jika perbuatan itu dapat membahayakan keselamatan pesawat udara tersebut; m. melawan hukum merusak pesawat udara dalam dinas atau menyebabkan kerusakan atas pesawat udara tersebut yang menyebabkan tidak dapat terbang atau membahayakan keamanan penerbangan; n. melawan hukum menempatkan atau menyebabkan ditempatkannya di dalam pesawat udara dalam dinas, dengan cara apapun, alat atau bahan yang dapat menghancurkan pesawat udara yang membuatnya tidak dapat terbang atau menyebabkan kerusakan pesawat udara tersebut yang dapat membahayakan keamanan dalam penerbangan; o. melakukan secara bersama-sama 2 dua orang atau lebih, sebagai kelanjutan dari permufakatan jahat, melakukan dengan direncanakan lebih dahulu, dan mengakibatkan luka berat bagi seseorang dari perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf l, huruf m, dan huruf n; p. memberikan keterangan yang diketahuinya adalah palsu dan karena perbuatan itu membahayakan keamanan pesawat udara dalam penerbangan; q. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan yang dapat membahayakan keamanan dalam pesawat udara dalam penerbangan; Universitas Sumatera Utara r. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu ketertiban dan tata tertib di dalam pesawat udara dalam penerbangan . 35 Bagi orang yang secara melawan hukum memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan ke danatau dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan melakukan tindak pidana terorisme, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun. Bagi merekaorang yang dengan sengaja dan melawan hukum memperdagangkan bahan-bahan utama yang potensial untuk digunakan sebagai bahan peledak. Ternyata bahan-bahan peledak tersebut digunakan dalam tindak pidana terorisme, maka bagi pelaku diancam dengan hukuman pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun. Bagi orang yang dengan sengaja memberikan bantuan atau kemudahan terhadap pelaku tindak pidana terorisme, dengan: a. memberikan atau meminjam uang atau barang atau harta kekayaan kepada pelaku tindak pidana terorisme; b. menyembunyikan pelaku tindak pidana terorisme; 35 Ibid. Universitas Sumatera Utara c. menyembunyikan informasi termasuk tindak pidana terorisme dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun. Adapun yang dimaksud dengan memberikan bantuan adalah tindakan memberikan bantuan baik sebelum maupun pada saat tindak pidana dilakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan kemudahan adalah tindakan memberikan bantuan setelah tindak pidana dilakukan. 36 Sedangkan yang dimaksud dengan unsure-unsur terorisme dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan Negara dengan membahayakan bagi kedaulatan bangsa dan Negara yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat missal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional. 37 36 Moch. Faisal Salam, 2005,Op. Cit, hlm. 219. 37 Ibid. Universitas Sumatera Utara

2. Pertanggung jawaban Tindak Pidana