System Perumusan TunggalImperatif Tidak adanya dasar peniadaan pidana yang menghapus dapatnya

Pengetahuan Hukum Pidana, ada beberapa jenis system perumusan sanksi pidana strafsoort, yaitu:

a. System Perumusan TunggalImperatif

System perumusan sanksi pidana strafsoort bersifat tunggalimperative adalah system perumusan dimana jenis pidana dirumuskan sebagai satu-satunya pidana untuk delik yang bersangkutan. Untuk itu, system perumusan tunggal ini dapat berupa pidana penjara, kurungan dan pidana denda. Menurut Barda Nawawi Arief, ada kelemahan yang utama apabila rumusan tunggal tersebut berupa pidana penjara. Diantara kelemahan dimaksud adalah: a. System perumusan tunggal merupakan warisan peninggalan aliran klasik yang ingin mengobyektifkan hukum pidana dan sangat membatasi kebebasan hakim dalam memilih dan menetapkan jenis pidana; b. Tidak seiring dengan konsep system pemasyarakatan di Indonesia; c. Kurang menunjang kecenderungan dewasa ini yang mengembangkan kebijakan yang selektif dan limitative dalam penggunaan pidana penjara. 71 Walaupun mempunyai kelemahan utama, bukan berarti system perumusan tunggal tidak dapat diterapkan. Apabila system ini tetap digunakan, untuk menghindari sifat kaku harus ada pedoman bagi hakim dalam menerapkan 71 Lilik Mulyadi, 2008, Bunga Rampai Pidana Perspektif Te oritis dan Praktis, P.T Alumni, Bandung, hlm. 293. Universitas Sumatera Utara system perumusan tunggal itu menjadi lebih fleksibel, lunak dan elastis. Konkretnya, adanya keleluasan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana penjara yang ditetapkan secara tunggal tersebut. Di dalam KUHP dikenal system perumusan tunggal berupa pidana penjara, pidana kurungan dan pidana denda. System perumusan tunggal yang hanya diancam dengan pidana penjara merupakan bentuk perumusan yang paling banyak digunakan yaitu sejumlah 395 kejahatan atau sekitar 67,29. Sedangkan, untuk tindak pidana diluar KUHP, system perumusan tunggal yang memuat ancaman pidana penjara sekitar 20,37. Bagaimanakah konsep RUU KUHP Tahun 2006 mengambil sikap terhadap system perumusan tunggal? Pada dasarnya, konsep RUU KUHP tetap mengakui eksistensi perumusan ini, seperti terlihat pada Buku Kedua tentang Tindak Pidana. Bab I tentang Tindak Pidana Terhadap Keamanan Negara, Pasal 212-218 untuk pidana penjara dan pasal 219 untuk pidana denda. Akan tetapi, terhadap kebijakan aplikatif system perumusan tunggal ini. Namun konsep RUU KUHP telah memberikan pedoman pemidanaan kepada hakim, sehingga konsep mengambil sikap system perumusan tunggal yang diperlunak, yang diformulasikan hasilnya menjadi lebih fleksibel dan elasitas. 72

b. Sistem Perumusan Altenatif