Teori Deterrence Upaya Pemerintah Meminimalisir Aksi Terorisme Melalui Pendekatan Hukum Dan Sosio Kultural Di Indonesia

dapat dihindari dan tidak dapat dijadikan alas an untuk memudah tidak menghargai hokum. Tipe aliran retributive ini disebut vindicative; 2. Penjatuhan pidana dimaksudkan sebagai peringatan kepada pelaku kejahatan dan anggota masyarakat yang lainnya bahwa setiap perbuatan yang merugikan orang lain atau memperoleh keuntungan dari orang lain secara tidak wajar, maka akan menerima ganjarannya. Tipe aliran ini disebut fairness; 3. Pidana dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kesebandingan antara beratnya suatu pelanggaran dengan pidana yang dijatuhkan. Tipe aliran ini disebut proportionality. 93

4. Teori Deterrence

Tujuan pemidanaan sebagai deterrence effect sebenarnya telah menjadi sarana yang cukup lama dalam kebijakan penanggulangan kejahatan karena tujuan deterrence ini berakar dari aliran klasik tentang pemidanaan, dengan dua orang tokoh utamanya yaitu Cessare Beccaria 1738-1794 dan Jeremy Bentham 1748- 1832. Beccaria menegaskan dalam bukunya yang berjudul dei Delitti e Delle Pene 1764 bahwa tujuan pemidanaan adalah untuk mencegah seseorang supaya tidak melakukan kejahatan, dan bukan sebagai sarana balas dendam masyarakat. Bentham berpendapat bahwa keberadaan Negara dan hukum adalah semata-mata ditujukan untuk menggapai kemanfaatan sejati, yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat. Pemikirannya dilatarbelakangi oleh rasa ketidak puasan terhadap undang-undang 93 Mahmud Mulyadi, op. cit., hlm. 71. Universitas Sumatera Utara dasar inggris sehingga ia mendesak agar diadakan perubahan dan perbaikan berdasarkan suatu ide yang revolusioner. Beccaria dengan konsep kontrak social, mengatakan bahwa tiap individu menyerahkan kebebasan atau kemerdekaan secukupnya kepada Negara agar masyarakat itu dapat hidup. Oleh karena itu hukum seharusnya hanya ada untuk melindungi atau mempertahankan kemerdekaan yang dikorbankan terhadap perampasan kemerdekaan yang dilakukan oleh orang lain. Alasan untuk penjatuhan pidana untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan untuk mencegah orang dari melakukan kejahatan. Jeremy Bentham, penganut utilitarian hedonist, dengan pernyataan sebagai berikut: 1. Kebaikan yang terbesar harus untuk jumlah rakyat yang terbesar; 2. Manusia merupakan ciptaan atau makhluk yang rational yang akan memilih secara sadar kesenangan dan mungkin dari kesusuhan. 3. Prinsipnya adalah suatu perbuatan tidaklah dinilai oleh hal-hal yang mutlak, yang irrasional, tetapi oleh suatu system yang dapat diuji yaitu kebahagiaan yang terbesar. Tujuan pidana menurut Bentham yaitu: a. Mencegah semua pelanggaran; b. Mencegah pelanggaran yang paling jahat; c. Menekan kejahatan; dan Universitas Sumatera Utara d. Menekan kerugian atau biaya sekecil-kecilnya. 94 Paham utilitarian dapat dilihat sebagai lawan dari teori retributive. Insur kesalahan dan legitimasi moral pembalasan setimpal dalam pandangan paham utilitarian tidak memainkan peranan yang penting dalam pemidanaan. Pembenaran pemidanaan menurut paham utilitarian hanya jika pemidanaan tersebut membawa konsekuensi yang diinginkan dan melahirkan keuntungan yang lebih banyak. Tujuan pemidanaan menurut pandangan utilitarian adalah untuk meningkatkan jumlah kumulatif cumulative amount dari kemanfaatan utility atau kepuasan hati satisfaction.

3. Teori Treatment