internal sebagai katalisator adalah 2.61 yang menunjukkan bahwa karyawan masih ragu-ragu dan belum bisa mengambil sikap serta
menentukan peran auditor internal sebagai katalisator karena nilainya mendekati 2.5 dimana nilai tersebut merupakan titik tengah dari skala 1
smpai 4 yang berarti ragu-ragu. Pernyataan dari setiap peran auditor internal berjumlah 8 pernyataan untuk masing-masing peran dan total
responden yang sama, yaitu 37 responden. Dengan melihat tabel 17 dan 18, maka dapat diketahui bahwa peranan auditor internal menurut
persepsi karyawan adalah sebagai konsultan yang menunjukkan bahwa auditor internal membantu satuan kerja operasional, mengelola risiko
dengan mengidentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi.
D. Pembahasan
Fungsi audit internal yang semakin berkembang, membawa pergeseran paradigma dari para pemakainya. Pada paradigma lama
tentang peran auditor internal yaitu berfokus pada ditemukannya penyimpangan yang perlu dikoreksi serta lebih banyak dilakukan
pemeriksaan pada tingkat kepatuhan para pelaksana pada ketentuan yang telah ditetapkan. Peran auditor internal sebagai pengawas sering dianggap
sebagai pihak pencari kesalahan yang diutus oleh pimpinan rumah sakit. Seiring dengan berjalannya waktu, paradigma lama tentang peranan
auditor internal mengalami pergeseran ke paradigma baru yang awalnya auditor internal berperan sebagai pengawas, kini beralih menjadi auditor
internal yang berperan sebagai konsultan dan diprediksikan di masa mendatang auditor internal berperan sebagai katalisator. Dengan peran
sebagai konsultan, auditor internal lebih berfungsi sebagai mitra bagi klien yang merupakan bentuk pelayanan pada rumah sakit dalam rangka
mencapai tujuan. Sedangkan di masa mendatang dimungkinkan auditor internal berperan sebagai katalisator yang akan ikut andil dalam
menentukan tujuan rumah sakit. Hasil dari persepsi karyawan tentang peran auditor internal di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang paling dominan dirasakan oelh karyawan yang bekerja pada bagian perencanaan dan anggaran, bagian
akuntansi, bagian farmasi, bagian unit layanan pengadaan, dan bagian penunjang dan sarana adalah peran auditor internal sebagai konsultan
yang menempati rangking I. Peran auditor internal sebagai konsultan, ketika dunia usaha mulai menyadari bahwa semua mengandung risiko,
mulailah muncul kebutuhan untuk menerapkan audit internal berbasis risiko risk based internal auditing. Sesuai definisi baru, kegiatan audit
internal bertujuan untuk memberikan layanan kepada organisasi. Peran konsultan bukan hanya sebagai pemeriksa, tetapi juga sekaligus berfungsi
sebagai mitra manajemen. Auditor internal berperan sebagai konsultan juga mempunyai tugas memberikan masukan berbagai masalah yang
berhubungan dengan pengelolaan berbagai sumber daya yang terdapat dalam sebuah organisasi. Fokus utama auditor internal sebagai konsultan
adalah membantu satuan kerja operasional, mengelola risiko dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengidentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi.
Persepsi karyawan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang menyatakan setuju dengan peran auditor internal sebagai konsultan
menggambarkan bahwa auditor internal berfungsi baik sebagai mitra manajemen yang membantu satuan kerja operasional, mengelola risiko
dengan mengidentifikasi masalah pada setiap bagian dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi.
Jurnal yang ditulis oleh Denis Priantinah dan Megasari Chitra Adhisty 2012 menyebutkan bahwa peran auditor internal dalam pelaksanaan
prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan lebih cenderung pada tindakan korektif pada karyawan, yang kemudian diikuti tindakan
auditor internal sebagai konsultan lainnya seperti memberi jasa konsultasi dan memberikan kontribusi bagi rumah sakit, mengevaluasi kesesuaian
aktivitas dengan hukum, regulasi, dan standar yang berlaku, menganalisis kecukupan dan efektivitas pengendalian yang berlaku, mengevaluasi
perbaikan aktivitas yang berkesinambungan, dan mengevaluasi program dan kegiatan operasi apakah telah berfungsi sebagaimana mestinya dan
memberikan hasil yang sesuai. Kecenderungan persepsi karyawan pada tindakan itu menunjukkan bahwa peran auditor internal sebagai konsultan
dalam pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan lebih pada pihak yang memberikan tindakan korektif yang
tercermin dari rekomendasi yang diberikan. Didukung dengan teori PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
paradigma baru dalam Tampubolon 2005: 2 bahwa kegiatan audit internal bertujuan untuk memberikan layanan kepada organisasi. Peran
konsultan bukan hanya sebagai pemeriksa, tetapi juga sekaligus berfungsi sebagai mitra manajemen. Auditor internal berperan sebagai konsultan
juga mempunyai tugas memberikan masukan berbagai masalah yang berhubungan dengan pengelolaan berbagai sumber daya yang terdapat
dalam sebuah organisasi. Fokus utama auditor internal sebagai konsultan adalah membantu satuan kerja operasional, mengelola risiko dengan
mengidentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi. Rekomendasi dan saran yang
diberikan lebih bersifat jangka menengah. Sesuai dengan redefinisi IAI pada tahun 1999 tentang peran audit internal menyatakan akan lebih
efektif dan memberi nilai tambah bagi perusahaan jika auditor internal suatu perusahaan merancang aktivitas konsultasi, yang dimana aktivitas
ini terkait dengan peran auditor internal sebagai konsultan. Peran auditor internal sebagai pengawas mendapat rangking II.
Persepsi karyawan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang menyatakan setuju dengan peran auditor internal sebagai pengawas
menggambarkan bahwa peran auditor tersebut masih dibutuhkan untuk mengevaluasi dan melihat apakah prosedur pelaksanaan prosedur
operasional pengadaan obat dan alat kesehatan telah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Auditor internal
berfokus pada audit kepatuhan dengan melihat kesesuaian aktivitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan peraturan yang berlaku. Namun peran auditor internal sebagai pengawas juga dapat berimbas pada kenyamanan karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Jurnal yang ditulis oleh Denis Priantinah dan Megasari Chitra Adhisty 2012 menyebutkan bahwa peran auditor
internal sebagai pengawas lebih cenderung pada tindakan auditor internal yang melakukan inspeksi dan pengawasan terhadap kepatuhan karyawan
pada peraturan dan kebijakan yang ditetapkan, yang kemudian diikuti tindakan auditor internal sebagai pengawaslainnya seperti mencocokkan
data transaksi dengan bukti-bukti, melakukan penghitungan ulang terhadap catatan angka-angka dan transaksi-transaksi yang terdapat dalam
laporan keuangan, memeriksa fisik kas yang diterima dengan bukti penerimaan, dan melakukan penghitungan fisik terhadap uang kas.
Didukung dengan teori paradigma lama dalam Tampubolon 2005: 1-2 yang menyatakan bahwa auditor internal sebagai pengawas lebih
berperan sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen membutuhkan kepastian bahwa kebijakan yang telah ditetapkan akan
dilaksanakan oleh karyawan. Terkait dengan saran dan rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal sebagai pengawas lebih bersifat jangka
pendek dalam membantu pencapaian tujuan perusahaan. Peran auditor internal sebagai katalisator mendapat rangking III.
Peran auditor internal sebagai katalisator yang menduduki peringkat terakhir ini menunjukkan bahwa menurut persepsi karyawan peran ini
merupakan peran yang paling sedikit dijalankan oleh auditor internal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam membantu pelaksanaan prosedur pengadaan obat dan alat kesehatan, walaupun perbedaannya
dengan peran sebagai konsultan yang menempati peringkat I dan Peran sebagai pengawas yang menempati peringkat II tidak terlalu berbeda
jauh. Persepsi ini timbul selain karena karyawan menganggap peran auditor internal yang paling dominan adalah sebagai konsultan atau mitra
manajemen, tetapi juga karena auditor internal belum ikut berperan dalam menentukan tujuan rumah sakit di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten. Sesuai dengan teori dalam Harry Andrian Simbolon 2010: 1 yang menyatakan bahwa peran sebagai katalisator berkaitan dengan
quality assurance sehinnga auditor internal diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risko yang mengancam
pencapaian tujuan organisasi. Quality assurance bertujuan untuk meyakinkan bahwa proses bisnis yang dijalankan telah menghasilkan
produkjasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam peran katalisator, auditor internal bertindak sebagai fasilitator dan agent of
change. Auditor internal sebagai katalisator terlibat aktif dalam melakukan penilaian risiko yang terdapat dalam proses bisnis perusahaan.
Oleh karena itu diperlukan sikap proaktif dari pihak auditor internal dalam mengenali risiko-risiko yang dihadapi atau mungkin dihadapi
manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Peran katalisator yang dijalankan auditor internal tidak saja terbatas pada tindakan perbaikan dan
memberikan nasihat tetapi juga mencakup dalam system design and PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI