Persepsi karyawan pada unit auditor internal : studi kasus pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
PERSEPSI KARYAWAN PADA UNIT AUDITOR INTERNAL
(Studi Kasus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)Leonardus Krisna Wicaksono Nim:112114098
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2016
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi karyawan pada unit auditor internal. Peran auditor internal dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu peran auditor internal sebagai pengawas, peran auditor internal sebagai konsultan dan peran auditor internal sebagai katalisator. Jenis penelitian studi kasus ini dilakukan pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu karyawan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang bekerja pada bagian yang berkaitan dengan pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan dan berhubungan langsung dengan auditor internal. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala satu sampai empat. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan melihat nilai rata-rata per item untuk mengetahui peran auditor internal RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Hasil analisis data menunjukkan peran sebagai konsultan yang mendapat peringkat pertama, merupakan peran yang paling dominan dirasakan oleh karyawan di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan. Peran auditor internal sebagai pengawas mendapat peringkat dua dan peran auditor internal sebagai katalisator mendapat peringkat tiga.
(2)
( A Case Study at Public Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)
Leonardus Krisna Wicaksono Nim:112114098 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2016
The purpose of this study is to determine the employee perceptions on the units internal auditor. The role of internal auditors is divided into three roles: the role as watchdog, the role as a consultant and the role as a catalyst. This case study was conducted at the Public Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
The research used purposive sampling method. The subject were employees in Public Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten who worked on parts related to the implementation of operational procedures for the procurement of drugs and medical devices and deal directly with the internal auditor. This research used a questionnaire with likert scales from one to four. The data analysis technique used was descriptive analysis to determine the mean rank to know the role of internal auditors in Public Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
The result of data analysis shows the role of a consultant which is ranked first, is the most dominant role perceived by employees at Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten in the implementation of operational procedures of procurement of drugs and medical devices. Internal auditors role as a watchdog gets the second rank and the role of internal auditors as a catalyst ranks number three.
(3)
(Studi Kasus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Leonardus Krisna Wicaksono Nim: 112114098
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
i
(Studi Kasus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Leonardus Krisna Wicaksono Nim: 112114098
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan
kekuatan, tetapi dengan ketekunan dan kegigihan
(Samuel Jhonson-kritikus Inggris)
Esensi menjadi manusai adalah ketika seseorang tidak
mencari kesempurnaan (George Orwell)
Kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Kedua orang tuaku, kakakku,
(8)
(9)
(10)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Dr. H.Herry Maridjo., M.si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan kesempatan belajar sampai menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Drs. YP. Supardiyono,M.si., Ak., QIA. selaku Kaprodi Akuntansi yang telah
memberi bantuan, dukungan, dan kesempatan belajar sampai menyelesaikan skripsi ini.
4. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto., M.si., Ak., QIA. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(11)
5. Fr. Reni Retno A., Dr., M.si., Ak. dan Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Akt., QIA. selaku dosen penguji yang sudah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi yang telah membimbing dan membantu penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
7. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang sudah memberikan ijin untuk melakukan penelitian skripsi.
8. Bapak, Ibu, Kakak dan adik-adikku tersayang yang telah memberikan dukungan doa, dan semangat.
9. Kekasihku, Santi yang telah menemani dan membantu serta memberikan dukungan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
10. Buat teman-teman Program Studi Akuntansi khususnya Kelas C angkatan 2011, Universitas Sanata Dharma.
11. Buat teman-temanku, Yuni, Mukti, Igna, Ade yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
(12)
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS iv
HALAMAN KATA PENGANTAR v
HALAMAN DAFTAR ISI vii
HALAMAN DAFTAR TABEL x
HALAMAN LAMPIRAN xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR xiii
ABSTRAK xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Batasan Masalah 3
D. Tujuan Penelitian 3
E. Manfaat Penelitian 4
F. Sistematika Penulisan 4
(14)
xi
C. Internal Auditing 12
BAB III METODE PENELITIAN 21
A. Jenis penelitian 21
B. Tempat Penelitian 21
C. Waktu Penelitian 21
D. Subyek Penelitian 21
E. Obyek Penelitian 22
F. Teknik Pengumpulan Data 22
G. Populasi dan Sampel 23
H. Teknik Pengukuran Data 24
I. Teknik Analisis Data 24
BAB IV GAMBARAN UMUM 29
A. Sejarah 29
B. Visi dan Misi 33
C. Motto 34
D. Maklumat 34
E. Struktur Ogranisasi 35
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 48
A. Deskripsi data 48
B. Pengujian Instrumen 52
(15)
D. Pembahasan 66
BAB VI PENUTUP 70
A. Kesimpulan 70
B. Keterbatasan Penelitian 70
C. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 72
(16)
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Peran Auditor Intenal 15 Tabel 2. Skor Penilaian Kuesioner 24 Tabel 3. Pengolahan Data Dengan Skala Likert 26 Tabel 4. Penarikan Kesimpulan Atas persepsi Karyawan terhadap Peran
Auditor Internal 27
Tabel 5. Sumber Daya Manusia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Medis
dan Paramedis 44
Tabel 6. Sumber Daya Manusia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Non Kesehatan 46
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 49 Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia 49 Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja 50 Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 51 Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Bagian Responden Bekerja 51 Tabel 12. Hasil Uji validitas Peran Auditor Internal 53 Tabel 13. NilaiSpearman-Brown(Split-Half Method)Equal-Lengthuntuk
Peranan Auditor Internal dengan Item Pernyataan Genap dan ganjil . 54 Tabel 14. Hasil Tanggapan Karyawan terhadap Peran Auditor Internal
(17)
Tabel 15. Hasil Tanggapan Karyawan terhadap Peran Auditor Internal
Sebagai Konsultan 58
Tabel 16. Hasil Tanggapan Karyawan terhadap Peran Auditor Internal
Sebagai Katalisator 62
Tabel 17. Hasil Persepsi Karyawan tentang Peranan Auditor Internal 64 Tabel 18. Hasil Ranking Persepsi Karyawan tentang Peranan Auditor Internal 65
(18)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Output Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 75 Lampiran 2. Output Responden Berdasarkan Pendidikan 76 Lampiran 3. Output Responden Berdasarkan Usia 77 Lampiran 4. Output Responden Berdasarkan Bagian Tempat Bekerja 78 Lampiran 5. Output Responden Berdasarkan Masa Kerja 79 Lampiran 6. Uji Validitas dengan IBM SPSS Statistics 20 80 Lampiran 7. Uji Reliabilitas dengan IBM SPSS Statistics 20 81 Lampiran 8. Tabel Frekuensi Jawaban 37 Responden 86 Lampiran 9. Kuesioner Persepsi Karyawan tentang Peranan Auditor Intenal 91
(19)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Audit Internal 20 Gambar 2. Struktur Organisasi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 36
(20)
xvii
ABSTRAK
PERSEPSI KARYAWAN PADA UNIT AUDITOR INTERNAL
(Studi Kasus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)Leonardus Krisna Wicaksono Nim:112114098
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2016
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi karyawan pada unit auditor internal. Peran auditor internal dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu peran auditor internal sebagai pengawas, peran auditor internal sebagai konsultan dan peran auditor internal sebagai katalisator. Jenis penelitian studi kasus ini dilakukan pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu karyawan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang bekerja pada bagian yang berkaitan dengan pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan dan berhubungan langsung dengan auditor internal. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala satu sampai empat. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan melihat nilai rata-rata per item untuk mengetahui peran auditor internal RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Hasil analisis data menunjukkan peran sebagai konsultan yang mendapat peringkat pertama, merupakan peran yang paling dominan dirasakan oleh karyawan di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan. Peran auditor internal sebagai pengawas mendapat peringkat dua dan peran auditor internal sebagai katalisator mendapat peringkat tiga.
(21)
ABSTRACT
EMPLOYEE PERCEPTIONS ON THE UNIT’S INTERNAL AUDITOR ( A Case Study at Public Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)
Leonardus Krisna Wicaksono Nim:112114098
Sanata Dharma University Yogyakarta
2016
The purpose of this study is to determine the employee perceptions on the units internal auditor. The role of internal auditors is divided into three roles: the role as watchdog, the role as a consultant and the role as a catalyst. This case study was conducted at the Public Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
The research used purposive sampling method. The subject were employees in Public Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten who worked on parts related to the implementation of operational procedures for the procurement of drugs and medical devices and deal directly with the internal auditor. This research used a questionnaire with likert scales from one to four. The data analysis technique used was descriptive analysis to determine the mean rank to know the role of internal auditors in Public Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
The result of data analysis shows the role of a consultant which is ranked first, is the most dominant role perceived by employees at Center Hospital of Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten in the implementation of operational procedures of procurement of drugs and medical devices. Internal auditors role as a watchdog gets the second rank and the role of internal auditors as a catalyst ranks number three.
(22)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti saat ini, dengan praktik bisnis yang berkembang pesat dan kebutuhan konsumen yang semakin kompleks, menyebabkan semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis. Dunia bisnis selalu dihadapkan pada konsep baru, sistem baru dan prosedur baru. Perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan pelayanan yang terbaik dan cepat. Teori-teori manajemen dan akuntansi yang berkembang sebagian besar ditujukan untuk perusahaan atau organisasi profit oriented. Ini bukan berarti perusahaan atau organisasi nirlaba tidak perlu dikelola dengan baik. Semua perusahaan atau organisai baik yang bermotifkan laba atau nirlaba dibangun dengan suatu maksud dan tujuan yaitu memberi nilai kepada semua pihak yang terkait.
Para manajemen dituntut untuk dapat menjalankan usahanya dengan efektif dan efisien. Perusahaan harus memanfaatkan sumber daya secara tepat, baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, persediaan dan perlatan yang ada dalam perusahaan. Pengendalian internal diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Semakin luas dan kompleksnya perusahaan,
(23)
manajemen dihadapkan pada keterbatasan kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan operasi perusahaan sehingga manajemen mengandalkan peran auditor internal dalam mengatasi keterbatasan tersebut.
Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Auditor internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisien dan efektifitas kinerja perusahaan. Audit internal memiliki peran penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha (Sawyer, 2005:7). Awalnya peran auditor internal adalah sebagai pengawas atau mata dan telinga manajemen atau yang lebih sering dikenal dengan istilah watchdog karena manajemen membutuhkan kepastian dari auditor internal terkait dengan pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan untuk menghindari tindakan yang menyimpang. Di sini auditor internal berorientasi pada pemeriksaan tingkat kepatuhan atas para pihak pelaksana terkait kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Seiring dengan berjalannya waktu, peran auditor internal yang awalnya sebagai mata dan telinga manajemen bergeser menjadi konsultan, yaitu membantu satuan kerja operasional dalam mengelola risiko dengan mengidentifikasi masalah
(24)
tambah bagi perusahaan. Di masa yang akan datang, peran auditor internal diharapkan dapat berperan sebagai katalisator yang akan ikut dalam menentukan tujuan perusahaan.
Peranan auditor internal RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mempunyai fungsi untuk melakukan pemeriksaan, evaluasi, dan verifikasi terhadap dokumen transaksi untuk memperoleh keyakinan bahwa transaksi dan catatan telah cukup efektif dan memenuhi tujuan rumah sakit. Pelaksanaan prosedur pengadaan obat dan alat kesehatan menjadi perhatian yang penting agar dapat menyediakan obat dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Kegiatan internal auditor ditujukan untuk memperbaiki kinerja unit yang mempunyai dampak menunjang kearah perbaikan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Hal ini diharapkan akan tercapai pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan misi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana persepsi karyawan pada unit auditor internal RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah peranan auditor internal dalam kaitannya dengan pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
(25)
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peranan auditor internal apakah sebagai pengawas (watchdog), konsultan, atau sebagai katalisator.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penilitian ini sebagai sarana untuk menerapkan teori dan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan khususnya mengenai internal audit.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, khususnya yang tertarik dalam bidang internal audit.
3. Bagi Internal Auditor RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten tentang peranan internal auditor menurut persepi karyawan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pelayanan rumah sakit Soeradji Tirtonegoro tentang hal-hal yang berkaitan dengan manajemen audit.
(26)
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan secara garis besar dibagi menjadi 6 (enam) bab. Adapun materi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori-teori yang mendukung penelitian, seperti: pengertian persepsi, pengertian auditing, pengertian internal auditing beserta dengan uraian dan penjelasannya.
Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, subyek penelitian, obyek penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik pengukuran data, dan teknik analisis data.
(27)
Bab IV Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang sejarah dan perkembangan tentang RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, serta visi misi, struktur organisasi dan hal-hal yang terkait dengan pelayanan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang langkah-langkah analisis data dan pembahasan.
Bab VI Penutup
Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang berguna untuk pelayanan RSUP Dr. soeradji Tirtonegoro di masa yang akan datang.
(28)
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Kotler dan Armstrong (2001: 214-215) mendefinisikan persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang berarti mengenai dunia. Seseorang dapat membentuk persepsi-persepsi yang berbeda mengenai rangsangan yang sama karena ada tiga macam proses penerimaan indera, yaitu:
a. Perhatian selektif adalah kecenderungan seseorang untuk menyaring sebagian besar informasi yang dihadapi.
b. Distorsi selektif adalah menguraikan kecenderungan orang untuk menginterpretasi informasi dengan cara yang akan mendukung apa yang telah mereka yakini.
c. Retensi selektif adalah kecenderungan mempertahankan informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka.
(29)
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Proses persepsi berjalan melalui tahap pemilihan atau penyeleksian informasi. Persepsi selektif adalah proses bagaimana menyaring berbagai hal/informasi sehingga memilih hal/informasi yang paling penting bagi pemersepsi. Seleksi itu tergantung dari apa yang lebih disukai, harapan apa yang hendak diinginkan serta pengalaman sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi selektif dapat berasal dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar atau disebut faktor eksternal dan faktor internal (Slocum, 2007:62).
Faktor-faktor eksternal persepsi selektif berupa:
a. Ukuran, semakin besar ukurn suatu objek, maka semakin mudah untuk bisa dipahami.
b. Intensitas, semakin besar intensitas, semakin besar pula hal tersebut dapat dipahami.
c. Kontras, suatu hal yang penampilannya kontras dengan latar belakang atau sekelilingnya, akan menarik perhatian.
d. Mobilitas, orang akan lebih banyak memberi perhatian terhadap obyek yang bergerak daripada obyek yang statis/diam.
(30)
eksternal yang baru atau yang sudah lebih dikenal akan ebih banyak menarik perhatian.
Faktor-faktor internal persepsi selektif berupa:
a. Pembelajaran, merupakan apa yang dipahami berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu terhadap obyek yang sama.
b. Motivasi, perhatian akan lebih besar terhadap situasi-situasi yang paling relevan dengan apa yang ingin diketahui.
c. Kepribadian, merupakan bagian dari apa yang seorang pahami mengenai dirinya sendiri.
Timothy (2008: 175-176) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang ke dalam tiga hal sebagai berikut:
a. Faktor personal/internal
Karakter pribadi pemersepsi mempengaruhi apa yang dipersepsikan b. Perhatian pada obyek/target
Karakter-karakter dari obyek atau target dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan.
c. Faktor situasional
Faktor situasional yang mempengaruhi persepsi terdiri dari dua hal, yakni kepercayaan/kesan yang sudah ada sebelumnya dan faktor kontekstual yang berarti suasana kelompok tertentu.
(31)
3. Persepsi Karyawan
Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Novieyanti
dengan judul skripsi “Persepsi Karyawan Terhadap Internal Auditor studi
kasus pada pelayanan kesehatan St. Carolus Jakarta”. Mengemukakan arti persepsi karyawan menurut Walgito (1990).
Persepsi karyawan merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah cara suati individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung individu dengan dunia luarnya. Stimulus yang diterima seseorang akan diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga seseorang menyadari tentang apa yang diinderanya dan menjadi lebih berarti. Dengan persepsi, orang menyadari keadaan lingkungan sekitarnya dan apa yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Walaupun stimulusnya sama tetapi pengalamannya tidak sama, kemmapuan berpikirnya tidak sama, kerangka acuannya tidak sama. Dengan demikian kemungkinan hasil persepsi setiap individu akan berbeda. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi lebih bersifat individual. Arti persepsi karyawan adalah sebagai tanggapan langsung sesuatu atau proses karyawan mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.
(32)
B. Auditing
1. Pengertian Auditing
Arens, at al. (2006: 4) mendefinisikan auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
2. Jenis-jenis audit
Arens, at al. (2006: 4) mengemukakan bahwa audit pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Audit operasional
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki organisasi.
b. Audit ketaatan
Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otorisasi yang lebih tinggi.
(33)
c. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.
3. Jenis-jenis auditor
Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia audit ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
b. Auditor intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
c. Auditor independen atau akuntan publik
Tanggung jawab utama auditor independen atau lebih umum disebut akuntan publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada
(34)
dan juga pada perusahaan-perusahaan kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba.
C. Internal Auditing
1. Pengertian Internal Auditing
Definisi Internal Auditing telah mengalami pendefinisian ulang, sebelum tahun 1999, The Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan Internal Auditing sebagai berikut:
“Internal Auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as service to the organization. The objective of Internal Auditing is to assist members of the organization in the effective discharge of their responbilities”.
The Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan Internal Auditing tahun 1999 sebagai berikut:
“Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectivenessof risk management, control, and governance processes”.
Menurut Agoes (2013: 204), Internal Auditing atau pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian Internal Audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.
(35)
2. Tujuan audit internal
Menurut Agoes (2004: 222), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern, dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.
d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
(36)
e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.
f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
3. Tanggung Jawab Audit Internal
Akmal (2009: 19) menjelaskan tanggung jawab audit internal adalah memberikan rekomendasi atau saran-saran kepada pimpinan berdasarkan pemeriksaan atau jasa konsultasi, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pemeriksaan, dan mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan dengan hasil yang terbaik.
4. Peranan auditor internal
Dewasa ini peran auditor internal dirasakan semakin penting oleh organisasi perusahaan. Menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mempunyai tim spesialis yang menelaah prosedur-prosedur dan operasi dari berbagai unit dan melaporkan ketidaktaatan suatu tindakan, inefisiensi, dan tidak adanya kendali jelas bahwa tugas itu tidak dapat dibebani pada auditor eksternal yang tujuan utamanya adalah menilai apakah laporan keuangan mencerminkan secara wajar hasil-hasil usaha serta kondisi keuangan usaha suatu perusahaan. Karena itu audit internal telah menjadi suatu pemberian jasa yang tidak hanya memiliki keahlian akuntansi tetapi juga keahlian dalam perilaku organisasi atau perusahaan dan bidang-bidang fungsional lainnya.
(37)
Peran Auditor Internal menurut Tampubolon (2005: 1-2) sebagai berikut: Tabel 1. Peran Auditor Internal
Uraian Peran Auditor Internal
Paradigma Lama Paradigma Baru Peran
Pengawas
Konsultan dan Katalisator Pendekatan Detektif (mendeteksi
terjadinya suatu masalah)
Prefentif (mencegah masalah)
Sikap Seperti layaknya seorang
polisi
Sebagai mitra bagi perusahaan
Ketaatan/kepatuhan
Semua policy/kebijakan
Hanya policy yang relevan Fokus Kelemahan/penyimpangan Penyelesaian yang konstruktif Audit Financial/compliance audit Financial,compliance, operational audit, quality assurance Dampak yang
diberikan Jangka pendek
Jangka menengah dan jangka panjang
Sumber: Tampubolon (2005:1-3)
a. Peran konvensional auditor sebagai pengawas
Pada awalnya internal auditor dikenal sebagai pendekatan berbasis pada sistem yang ada dalam perkembangan selanjutnya beralih ke internal audit berbasis proses. Pada saat itu internal auditor lebih banyak berperan sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang ditetapkan akan dilaksanakan oleh pegawai. Orientasi internal auditor banyak dilakukan pemeriksaan pada tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap ketentuan-ketentuan yang ada atau
(38)
ditetapkan, dan tidak heran dalam peran ini karyawan merasa tertekan karena selalu diawasi dan auditor berusaha untuk menemukan kesalahan-kesalahan sehingga berangsur-angsur peran ini ditinggalkan (Tampubolon: 2005).
Peran pengawas bertujuan untuk memastikan ketaatan/kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan. Audit yang dilakukan adalah compliance audit dan apabila terdapat penyimpangan dapat dilakukan koreksi terhadap system pengendalian manajemen (Andrian Simbolon: 2010).
Pengawas adalah peran tertua dari auditor internal yang mencakup pekerjaan menginspeksi, observasi, menghitung, cek dan ricek. Adapun tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hokum, peraturan dan kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah audit kepatuhan. Fokus pemeriksaannya adalah adanya variasi atau penyimpangan dalam system pengendalian internal. Audit kepatuhan mengidentifikasi penyimpangan sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian internal. Oleh karena sifat pekerjaannya, peran pengawas biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek (Tugiman: 2006)
(39)
b. Peran auditor internal sebagai konsultan
Ketika dunia usaha mulai menyadari bahwa semua mengandung risiko, mulailah muncul kebutuhan untuk menerpakan audit internal berbasis risiko (risk based internal auditing). Sesuai definisi baru, kegiatan audit internal bertujuan untuk memberikan layanan kepada organisasi. Peran konsultan bukan hanya sebagai pemeriksa, tetapi juga sekaligus berfungsi sebagai mitra manajemen. Auditor internal berperan sebagai konsultan juga mempunyai tugas memberikan masukan berbagai masalah yang berhubungan dengan pengelolaan berbagai sumber daya yang terdapat dalam sebuah organisasi. Fokus utama auditor internal sebagai konsultan adalah membantu satuan kerja operasional, mengelola risiko dengan mengidentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi (Tampubolon: 2005).
Peran konsultan yang dijalankan auditor internal diharapkan dapat membantu satuan kerja operasional dalam mengelola risiko dengan mengidentifikasi masalah dan memberikan saran untuk tindakan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi. Audit yang dilakukan yaitu audit operasional dengan memberikan keyakinan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya organisasi
(40)
sebagai konsultan mengharuskan dan membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya baik terkait dengan profesi auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam mengantisipasi terjadinya masalah. (Supriyanto Ilyas dan Maulana, 2007: 5).
Peran auditor internal sebagai konsultan diharapkan dapat memberikan manfaat berupa nasehat (advice) dalam pengelolaan sumber daya (resources) organisasi sehingga dapat membantu tugas para manajer operasional. Audit yang dilakukan adalah operational audit, yaitu meyakinkan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif sehingga dapat dinilai apakah manajemen telah menjalankan aktivitas organisasi yang mengarah pada tujuannya (Effendi: 2002).
c. Peran auditor internal sebagai katalisator
Seiring dengan berkembangnya semua aspek dalam kehidupan, berkembang pula bermacam risiko yang berasal dari dalam maupun luar organisasi. Sebagai contoh dari luar organisasi yaitu banyaknya pesaing, maka audit internal dimungkinkan berperan sebagai katalisator yang ikut berperan dalam menentukuan tujuan perusahaan (Tampubolon: 2005). Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi
(41)
kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam operasional perusahaan (Tugiman:2006).
Peran sebagai katalisator berkaitan dengan quality assurance sehinnga auditor internal diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi. Quality assurance bertujuan untuk meyakinkan bahwa proses bisnis yang dijalankan telah menghasilkan produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam peran katalisator, auditor internal bertindak sebagai fasilitator dan agent of change. Dampak dari peran auditor internal sebagai katalisator bersifat jangka panjang karena fokus katalisator adalah nilai jangka panjang dari organisasi,terutama berkaitan dengan tujuan organisasi yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan pemegang saham (Effendi: 2002).
Sebagai seorang auditor internal katalisator terlibat aktif dalam melakukan penilaian risiko yang terdapat dalam proses bisnis perusahaan. Inilah yang disebut dengan risk based audit. Pendekatan risk based audit memerlukan keterlibatan auditor internal dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko bisnis yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sikap proaktif dari pihak auditor internal dalam mengenali
(42)
internal tidak saja terbatas pada tindakan perbaikan dan memberikan nasihat tetapi juga mencakup dalam system design and development, review terhadap kompetensi sumber daya manusia dalam suatu fungsi organisasi, keterlibatan dalam penyusunan corporate planning, evaluasi kinerja, budgeting, strategy formulation dan usulan perubahan strategi (Harry Andrian Simbolon, 2010: 1).
5. Posisi Audit Internal dalam Organisasi
Tampubolon (2005:73) mengatakan struktur organisasi audit internal yang dipergunakan akan bergantung kepada kebutuhan masing-masing organisasi. Praktek audit dalam kenyataannya masih membutuhkan pendekatan kepatuhan (compliance audit) walaupun perannya sudah semakin dibatasi. Berikut adalah gambaran struktur organisasi audit internal menurut Tampubolon:
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu melakukan penelitian pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mengenai “Persepsi
Karyawan Terhadap Peran Auditor Internal”.
B. Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
C. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober sampai dengan November 2015.
D. Subyek Penelitian
Karyawan Rumah Sakit yang terkait dengan pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan
1. Direktur
2. Perencanaan dan anggaran 3. Akuntansi
(44)
E. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah persepsi karyawan terhadap peran auditor internal apakah sebagai pengawas, konsultan, atau sebagai katalisator.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner, yaitu alat pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis beserta pilihan yang tersedia yang diberikan pada karyawan. Data yang dicari adalah tentang persepsi karyawan terhadap peranan auditor internal. Pernyataan dalam kuesioner yang disebarkan diperoleh berdasarkan Tampubolon (2005) dan pernyataan kuesioner dalam penelitian Listiatik (2007).
Dalam kuesioner yang disebar terdiri dari 3 variabel yaitu:
a. Variabel persepsi karyawan terhadap peranan auditor internal sebagai watchdog disebut X1, dilihat dalam pernyataan nomor 1-8. Peran auditor internal sebagai watchdog bersifat konvensional, dimana auditor internal lebih dominan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap peraturan dan standar yang telah ditentukan.
b. Variabel persepsi karyawan terhadap peranan auditor internal sebagai konsultan disebut X2, dilihat dalam pernyataan nomor 9-16. Peran auditor internal sebagai konsultan adalah membantu satuan kerja operasional,
(45)
mengelola risiko dengan mengidentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi.
c. Variabel persepsi karyawan terhadap peranan auditor internal sebagai katalisator disebut X3, dilihat dalam pernyataan nomor 17-24. Peran auditor internal sebagai katalisator adalah di masa yang akan dating auditor internal diharapkan ikut menentukan tujuan perusahaan.
G. Populasi dan Sampel
Sugiyono (2007:115) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2009:116). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana teknik penentuan sampel diambil dengan pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative.. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan Rumah Sakit Dr. Soeradji yang dipilh
(46)
direktur, bagian perencanaan dan anggaran, bagian akuntansi, bagian farmasi, bagian penunjang dan sarana, dan unit layanan pengadaan.
H. Teknik Pengukuran Data
Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2004:86).
Pemberian skor jawaban pada kuesioner digunakan skala likert 1-4:
Tabel 2: Skor Penilaian Kuesioner
Sumber: (Sugiyono 2004: 86-87) I. Teknik Analisis Data
1. Pengujian instrumen penelitian
a. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Azwar 1992:4). Salah satu pengujian alat analisis yang digunakan untuk pengujian valliditas adalah dengan menggunakan korelasi setiap butir dengan skor totalnya yang dinyatakan dengan Alternatif Jawaban Skor Penilaian
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
(47)
formulasi:
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi setiap item
: Nilai dari setiap item
y : Nilai total semua item
n : Banyaknya Sampel
Besarnya rxy dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan
menggunakan taraf signifikansi (α) = 5%. Jika rxy lebih besar daripada r tabel, maka kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur dapat dikatakan valid.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dan keandalan alat ukur dalam mengukur gejala. Tujuan analisis reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali subyek yang sama atau dengan kata lain untuk menunjukan adanya kesesuaian antara sesuatu yang diukur dan jenis alat pengukur yang dipakai. Pengukuran ini menggunakan formula Spearman Brown.
(48)
diperoleh skor total bagian pertama (genap) yang dijadikan variabel X dan skor total bagian kedua (ganjil) dijadikan variabel Y. Selanjutnya skor total bagian pertama dan bagian kedua dicari korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Kemudian angka tersebut digunakan untuk mendapatkan angka reliabilitas keseluruhan item dengan rumus (Azwar 2004: 69):
Keterangan:
rxx: Koefisien Reliabilitas
rxy: Koefisien korelasi antara genap dan ganjil
Dengan taraf signifikansi (α) = 5%, apabila rxx lebih besar dari r tabel maka kuesioner sebagai alat ukur dapat dikatakan memenuhi syarat reliabilitas.
2. Pengolahan data
Setelah kuesioner terkumpul, setiap item pernyataan diberi skor dengan menggunakan skala likert. Tabel yang digunakan adalah sebagai berikut
Tabel 3: Pengolahan Data dengan Skala Likert
No. Responden Peranan I … Peranan 4 Total
1. (a) (b)
2. 3.
…
50. Total
(49)
Keterangan:
(a) : Jika responden menjawab sangat tidak setuju (STS) maka akan diberi skor 1. Jika menjawab tidak setuju (TS) akan diberi skor 2. Jika menjawab setuju (S) akan diberi skor 3. Jika menjawab sangat setuju (SS) akan diberi skor 4. (b) : Jumlah skor jawaban setiap responden
3. Penarikan Kesimpulan
Untuk mengambil kesimpulan terhadap persepsi karyawan terhadap peran auditor internal, maka tabel yang digunakan adalah sebagai berikut
Tabel 4: Penarikan Kesimpulan atas Persepsi Karyawan terhadap Peran Auditor Internal
Tanggapan Bobot
(1) Pengawas (2) Nilai (3) Konsultan (4) Nilai (5) Katalisator (6) Nilai (7)
STS 1
TS 2
S 3
SS 4
Total
Keterangan:
STS : Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju
Kolom (3) : Kolom bobot (1) x Kolom Pengawas (2)
Kolom (5) : Kolom bobot (1) x Kolom Konsultan (4)
Kolom (7) : Kolom bobot (1) x Kolom Katalisator (6)
Pengambilan kesimpulan persepsi karyawan tentang peranan internal auditor Rumah Sakit Dr. Soeradji, diambil dari total nilai tertimbang yang tertinggi. Total nilai tertimbang yang tertinggi diperoleh dengan mengalikan kolom bobot dengan kolom pengawas, konsultan dan katalisator kemudian hasilnya
(50)
Dari peringkat itu dapat dilihat peranan auditor internal menurut persepsi karyawan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten apakah sebagai pengawas, konsultan, atau sebagai katalisator.
(51)
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didirikan pada tanggal 20 Desember 1927, secara bersama-sama oleh perkebunan-perkebunan (onderneming) milik pemerintah Hindia Belanda (kini Indonesia) yang terdiri dari perkebunan tembakau, tebu dan perkebunan rami. Rumah Sakit tersebut diberi nama "Dr. SCHEURER HOSPITAL" dan dikelola oleh yayasan "Zending" yang bergerak dibidang kesejahteraan umat. Rumah Sakit itu dipimpin oleh Dr. Bakker.
Pada tahun 1942 Jepang masuk / menguasai Pemerintah hindia Belanda sehingga "Dr. SHEURER HOSPITAL" juga dikuasai Jepang. Pada tahun 1945 Jepang kalah perang dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan demikian "Dr. SHEURER HOSPITAL" juga berada pada kekuasaan pemerintah Indonesia dan sejak saat itu namanya diganti menjadi RUMAH SAKIT UMUM TEGALYOSO KLATEN. Nama ini diambil dari nama desa dimana RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro berada yaitu desa Tegalyoso. Selama pemerintahan Jepang Rumah Sakit dipimpin oleh Dr. Maeda dan Dr. Curuta. Kemudian setelah Jepang pergi (tahun 1945) Rumah Sakit dipimpin oleh Dr. Soenoesmo.
(52)
Dalam masa peralihan dari rumah sakit dibawah pengelolaan Zending menjadi Rumah Sakit Pemerintah RI masih terdapat beberapa tenaga dokter asing antara lain Dr. Horner dan Dr Bakker Yunior. Selama masa itu semua karyawan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro diberi kesempatan untuk memilih, tetap bekerja di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro untuk kemudian diangkat menjadi pegawai negeri atau pindah ke rumah sakit Zending yang lain yaitu RS Bethesda Yogyakarta atau RS Jebres Surakarta.
Pada tahun 1952 Dr Soenoesmo yang pada waktu itu sebagai pimpinan rumah sakit, meninggal dunia karen sakit dan menjalani operasi appendicitis. Sebagai pengganti pimpinan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ditunjuk Dr. Horner didampingi oleh Dr. Bakker Yunior. Pada Tahun 1954 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro dipimpin Dr. Soepaat Soemosoedirdjo dan sejak tahun 1945 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro secara penuh telah dikelola oleh Departemen Kesehatan RI.
Pada Tahun 1947 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro juga digunakan untuk tempat kuliah dan praktek oleh Perguruan Tinggi Kedokteran (PTK), sehingga mulai saat ini pula RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro kecuali melaksanakan pelayanan kesehatan dan pendidikan Bidan serta Mantri Juru Rawat yang telah ada juga dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan Dokter.
(53)
PTK yang ada di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tersebut pada tahun 1950 dipindah ke Yogyakarta yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi Fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Oleh sebab itu sampai saat ini RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menjalin erat kerjasama dengan fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM tersebut secara resmi dikukuhkan secara tertulis pada tahun 1975 berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan RI yang antara lain menetapkan bahwa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, bersama-sama dengan RS Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan salah satu tempat praktek bagi para mahasiswa kedokteran Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.
Tahun 1978 keluar surat keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 134/Menkes/SK/IV/78 tanggal 28 April 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum, dimana diantaranya menetapkan bahwa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro adalah merupakan Rumah Sakit Kelas C, yaitu Rumah Sakit Umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan paling sedikit dalam 4 (empat) cabang Spesialisasi yaitu: Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan & Penyakit Kandungan dan Kesehatan Anak.
Tahun 1992 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Dengan Syarat, oleh Mentri Kesehatan Ri dengan keputusan nomor
(54)
Unit Swadana, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro berweanang untuk mengelola / menggunakan penerimaan fungsional secara langsung.
Tahun 1993, dengan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1168/Menkes/SK/XII/1993 tertanggal 15 Desember 1993, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro kelasnya naik dari kelas C menjadi kelas B non Pendidikan.
Tahun 1994, dengan surat nomor : S-733/MK.03/1994 tertanggal 6 Oktober 1994, Menteri Keuangan RI menyatakan bahwa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro dapat disetujui sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Disusul penetapan kemudian dengan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1285/Menkes/SK/XII/ 1994 tertanggal 28 Desember 1994 tentang penetapan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro menjadi Rumah Sakit Unit Swadanana (Tanpa Syarat).
Pada tahun 1997 keluar Undang-undang Nomor 20 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerinta Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP maka RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro termasuk Instansi Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Selama kurun waktu yang panjang dan setelah melalui berbagai perubahan kearah manajemen Rumah Sakit yang sesuai dengan perkembangan jaman, maka berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1442 A/ Menkes/SK/XII/1997 tanggal 20 desember 1997 menetapkan nama Rumah Sakit menjadi RSUP Dr. Soeradji
(55)
Tirtonegoro Dr. Soeradji Tirtonegoro merupakan salah satu tokoh pergerakan pada perkumpulan BOEDI UTOMO dan mengabdi sebagai dokter di wilayah Klaten.
Tahun 2001 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 934/Menkes/IX/2001 tanggal 5 September 2001, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten disetujui sebagai Rumah Sakit Pendidikan untuk FK-UGM dan dijadikan sebagai Laboratorium Pusat Pengembangan Pelayanan Medik Dasar Esensial.
Tahun 2003 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1594/Menkes/SK/XII/2002 tanggal 27 Desember 2002 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B Pendidikan.
Tahun 2007 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 273/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 756/MenKes/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007 menetapkan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagai Rumah Sakit Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
B. Visi dan Misi
Untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat dan mensejahterakan karyawan, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mempunyai visi dan misi
(56)
1. Visi
"Menjadi Rumah Sakit Rujukan Nasional yang Ramah Lansia pada tahun 2019"
2.Misi
a. Menyelenggarakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan paripurna, berkualitas dan terjangkau sesuai Iptekdokkes
b. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan,dan Penelitian yang berkualitas
c. Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Kepuasan Stakeholder
d. Meningkatkan kesejahteraan dan jenjang karir karyawan
C. Motto
Motto RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro:
Bersih, Nyaman, Akurat.
D. Maklumat
Maklumat pelayanan RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro:
1. RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro menyatakan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku.
(57)
E. Struktur Organisasi
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dipimpin oleh seorang direktur utama dengan dibantu oleh tiga direktorat, yaitu direktorat medik dan keperawatan, direktorat umum, sumber daya manusia, pendidikan, serta direktorat keuangan. Struktur organisasi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ditunjukkan pada gambar 1.
(58)
(59)
1. Direktur Utama
Direktur utama RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten bertugas memimpin, merumuskan pelaksanaan, mengkoordinasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Direktorat Medik dan Keperawatan
Direktorat medik dan keperawatan dipimpin oleh seorang direktur yang berada dibawah tanggung jawab kepada direktur utama. Direktorat medik dan keperawatan bertugas melaksanakan pengelolaan pelayanan medis, penunjang medis, pelayanan keperawatan, serta fasilitas medik dan keperawatan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, direktorat medik dan keperawatan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana penatalaksanaan pelayanan medis, penunjang medis, pelayanan keperawatan serta fasilitas medik dan keperawatan.
b. Koordinasi pelaksanaan pelayanan medis, penunjang medis, pelayanan keperawatan serta fasilitas medik dan keperawatan.
(60)
d. Perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi pengelolaan instalasi-instalasi dibawah direktorat medik dan keperawatan.
Direktorat medik dan keperawatan terdiri dari bidang pelayanan medik, bidang pelayanan keperawatan, bidang fasilitas medik dan keperawatan, unit-unit non structural, dan kelompok jabatan fungsional.
Bidang pelayanan medik bertugas melaksanakan perencanaan, pengembangan, monitoring, dan evaluasi di bidang pelayanan medic. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, bidang pelayanan medik menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana dan pengembangan program pelayanan medik.
b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan medik.
Bidang pelayanan keperawatan bertugas melaksanakan penyusunan rencana, pengembangan, monitoring, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan.
Bidang fasilitas medik dan keperawatan bertugas melaksanakan penyusunan rencana, pengembangan, monitoring, dan evaluasi di bidang fasilitas medik dan keperawatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, bidang fasilitas medik dan keperawatan menyelenggarakan fungsi:
(61)
a. Penyusunan rencana dan pengembangan kebutuhan fasilitas medik dan keperawatan.
b. Monitoring dan evaluasi pemanfaatan fasilitas medik dan keperawatan.
3. Direktur Umum, Sumber Daya Manusia, dan pendidikan
Direktorat umum, sumber daya manusia, dan pendidikan dipimpin oleh seorang direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama. Direktorat umum, SDM, dan pendidikan bertugas melaksanakan pengelolaan administrasi umum, sumber daya manusia, pendidikan, dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, direktorat umum, SDM dan pendidikan menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum.
b. Pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia.
c. Pelaksanaan pengelolaan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.
d. Perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi pengelolaan instalasi-instalasi dibawah direktorat umum, SDM, dan pendidikan.
(62)
Direktorat umum, SDM, dan pendidikan terdiri dari bagian umum dan SDM, bagian pendidikan dan penelitian, unit-unti non structural, dan kelompok jabatan fungsional.
Bagian umum dan SDM bertugas untuk melaksanakan urusan ketatausahaan, kerumah tanggaan, dan SDM. Bagian umum dan SDM terdiri dari sub bagian tata usaha, sub bagian rumah tangga, dan sub bagian SDM.
Bagian pendidikan dan penelitian bertugas untuk melaksanakan pengelolaan kegiatan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dalam melaksanakan tugas tersebut, bagian penelitian dan pendidikan menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum
b. Pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia
c Pelaksanaan pengelolaan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
d. Perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi pengelolaan instalasi-instalasi di bawah direktorat umum, sumber daya manusia dan pendidikan.
Direktorat umum, sumber daya manusia dan pendidikan terdiri dari bagian umum SDM, bagian pendidikan dan penelitian, unit-unit non structural, dan kelompok jabatan fungsional.
(63)
Bagian umum dan SDM bertugas melaksanakan urusan ketatausahaan, kerumah tanggan, dan SDM. Bagian umum dan SDM terdiri dari sub bagian tata usaha, sub bagian rumah tangga, dan sub bagian SDM.
Sub bagian tata usaha bertugas melakukan urusan ketatausahaan. Sub bagian rumah tangga mempunyai tugas melakukan urusan kerumah tanggan, perlengkapan, dan binatu serta kebersihan. Sub bagian SDM mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, pengembangan, mutasi, dan kesejahteraan SDM.
Bagian pendidikan dan penelitian bertugas untuk melaksanakan pengelolaan kegiatan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, bagian pendidikan dan penelitian menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan, pengembangan, monitoring, dan evaluasi kegiatan pendidikan dan pelatihan.
b. Perencanaan, pengembangan, monitoring, dan evaluasi kegiatan penelitian dan pengembangan.
(64)
melaksanakan pengelolaan keuangan rumah sakit. Dalam melaksanakan tugas tersebut, direktorat keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana dan anggaran
b. Pelaksanaan perbendaharaan dan mobilisasi dana
c. Pelaksanaan akuntansi dan verifikasi
d. Perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi pengelolaan instalasi-instalasi di bawah direktorat keuangan.
Direktorat keuangan terdiri dari bagian perencanaan dan anggaran, bagian perbendaharaan dan mobilisasi dana, bagian akuntansi, unit-unti non struktural, dan kelompok jabatan fungsional.
Bagian perencanaan dan anggaran bertugas untuk melaksanakan penyusunan rencana, program, dan anggaran serta evaluasi dan penyusunan laporan. Bagian perbendaharaan dan mobilisasi dana bertugas melaksanakan pengelolaan perbendaharaan dan mobilisasi dana. Bagian akuntansi bertugas untuk melaksanakan akuntansi keuangan, akuntansi manajemen dan verifikasi.
5. Komite Medik
Komite medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur umum. Komite medik mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada direktur utama dalam hal menyusun standar pelayanan medis, pengawasan dan
(65)
pengendalian mutu pelayanan medis, hak klinis khusus staf medis fungsional, program pelayanan, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.
6. Komite Etik dan Hukum
Komite etik dan hokum berada di bawah dan bertanggungjawab kepada direktur utama. Komite etik dan hukum bertugas memberikan pertimbangan kepada direktur utama dalam hal menyusun dan merumuskan medicoetikolegal dan etik pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etik kedokteran, etik rumah sakit, serta penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etike penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan
terkait dengan “Hospital Bylaws” serta “Medical Staff Bylaws”, bantuan hokum dalam penanggulangan masalah hokum di rumah sakit.
7. Komite Pengembangan dan Unggulan
Komite pengembangan dan unggulan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama. Komite pengembangan dan unggulan mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada direktur utama mengenai pengembangan unggulan serta mutu layanan rumah sakit.
(66)
8. Satuan Pengawas Intern
Satuan pengawas intern berada dibawah dan bertanggung jawaba kepada direktur utama. Satuan pengawas intern mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern rumah sakit.
9. Sumber Daya Manusia
Untuk menunjang pelayanan kesehatan bagi masyarakat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten memerlukan sumber daya manusia untuk memberikan pelayanan kesehatan. Sumber daya manusia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten berjumlah 1078. Dengan perincian, PNS berjumlah 737, CPNS berjumlah 12, BLU-non PNS berjumlah 329. Berikut perinciannya:
a. Medis dan Paramedis
Tabel 5: Sumber Daya Manusia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Medis dan Paramedis
1. Dokter Spesialis 47
2. Dokter Umum 16
3. Dokter Spesialis Gigi 3
4. Dokter Gigi 3
5. S1 Keperawatan/SKp/NERS 39
6. D4 Keperawatan 13
7. D3 Keperawatan/Akper 344
8. D4 Kebidanan 6
(67)
Tabel 5: Sumber Daya Manusia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Medis dan Paramedis (Lanjutan)
10. SPK/SPR 8
11. D1 Bidan 5
12. SPRG 3
13. Apoteker 8
14. D3 Analis Farmasi 15
15. D1 Manaj Apotek 1
16. Asisten Apoteker 10
17. S2 M.Kes 2
18. S2 MPH 4
19. S1 SKM (Kesling) 1
20. S1 SKM (Penilik Kesmas) 1
21. S1 SKM Sanitasi 1
22. S1 SKM 1
23. D4 Kesehatan Lingk. 1
24. D3 Sanitarian/APK 3
25. D3 Kesling 1
26. D1 Sanitarian/SPPH 1
27. S2 Gizi 1
28. S1 Gizi/SKM Gizi 2
29. D3 Gizi/AKZI 6
30. S1 Fisioterapi 1
31. D4 Fisioterapi 3
32. D3 Fisioterapis/AKFIS 5
33. D3 Terapi Wicara 1
34. D3 Okupasi Terapi AOT 4
35. D3 Batra 1
36. D4 Radiografi 2
37. D4 Analis Kesehatan 4
38. D3 Teknik Elektromedik/ATEM 7
39. D3 Rekam Medik 20
40. D3 Radiografer/APRO/ATRO 11
41. D3 Kes Gigi/ATG/AKG 3
42. D3 Analis Kesehatan/AAK 15
43. SPTG 2
(68)
b. Non Kesehatan
Tabel 6: Sumber Daya Manusia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Non Kesehatan
1. S2 Magister Manajemen RS 1
2. S2 Magister Managemen 2
3. S2 Magister Sains 1
4. S2 Ekonomi Pembangunan 1
5. S1 Ekonomi Akuntansi 13
6. S1 Ekonomi Manajemen 9
7. S1 Hukum 5
8. S1 Sosial 2
9. S1 Psikologi 1
10. S1 Teknik Informatika 1
11. S1 Administrasi Negara 6
12. S1 Komunikasi Masyarakat 1
13. S1 Sistem Informasi 1
14. S1 Teknik Sipil 0
15. S1 Teknik Elektro 2
16. S1 Teknik Mesin 1
17. D3 Manajemen Informatika 8
18. D3 Teknik Informatika 2
19. D3 Teknik Sipil 2
20. D3 Teknik Listrik 2
21. D3 Teknik Mesin 2
22. D3 Teknik Komputer 4
23. D3 Akuntansi 23
24. D3 Informatika Perbankan 2
25. D3 Perpustakaan 2
26. D3 MARS 4
27. D3 Manajemen Perusahaan 1
28. D3 Humas 3
29. D3 Sekretaris 1
30. SMA/SMU 144
31. SMEA 26
32. SMK 61
33. STM 15
34. SKKA 3
(69)
Tabel 6: Sumber Daya Manusia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Non Kesehatan (Lanjutan)
36. KPAA 12
37. SPG 1
38. Paket C 10
39. ST 1
40. SLTP/SMP/MTS 13
41. Paket B 1
(70)
49
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menyajikan hasil persepsi karyawan terhadap peranan auditor internal pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Kuesioner yang dibagikan dalam penelitian ini berjumlah 38 kuesioner, dan yang kembali serta diolah sebanyak 37 kuesioner.
A. Deskripsi Data
Langkah pertama untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik sampel yang diteliti (responden), maka dilakukan pengolahan terhadap data kasar dengan menggunakan perhitungan statistik deskriptif. Karakteristik yang dihitung dengam menggunakan statistik deskriptif adalah jenis kelamin, tingkat usia, masa kerja, pendidikan, dan bagian dimana responden bekerja.
1. Jenis Kelamin
Dalam tabel 7 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibedakan menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan. 37 orang responden sebagian besar adalah perempuan sebanyak 24 orang atau 64,9%. Sedangkan responden pria hanya 13 orang atau 35,1%.
(71)
Tabel 7: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 13 35,1
Perempuan 24 64,9
Total 37 100
Sumber: Data Primer Diolah
2. Tingkat Usia
Dalam tabel 8 karakteristik responden berdasarkan tingkat usia dibedakan menjadi 4 kelompok usia. Yang pertama kelompok usia 21-30 tahun. Yang kedua kelompok usia 31-40 Tahun. Yang ketiga kelompok usia 41-50 tahun. Dan kelompok usia yang keempat lebih dari atau sama dengan 51 tahun. Sebagian besar responden berusia antara 31-40 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 37,8%. Sedangkan untuk kelompok usia lain yaitu responden dengan kelompok usia 21-30 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 27%, 41-50 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 29,7%, dan responden yang masuk dalam kelompok usia lebih dari atau sama dengan 51 tahun hanya 2 orang atau sebesar 5,4%.
Tabel 8: Karakter Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)
21-30 Tahun 10 27
31-40 Tahun 14 37,8
41-50 Tahun 11 29,7
>=51 Tahun 2 5,4
Total 37 100
Sumber: Data Primer Diolah
(72)
di rumah sakit selama kurang dari 10 tahun. Yang kedua adalah responden yang telah bekerja di rumah sakit antara 11-20 tahun. Yang ketiga adalah responden yang telah bekerja di rumah antara 21-30 tahun. Dan yang keempat responden yang telah bekerja di rumah sakit lebih dari 35 tahun. sebagian responden telah bekerja di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten kurang dari 10 tahun sebanyak 23 responden atau sebesar 62,2%. Sedangkan untuk kelompok masa kerja yang lain adalah kelompok masa kerja antara 11-20 tahun sebanyak 7 orang atau sebesar 18,9%, kelompok masa kerja antara 21-30 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 13,5%, dan yang bekerja lebih dari 35 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 5,4%.
Tabel 9: Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
<10 Tahun 23 62,2
11-20 Tahun 7 18,9
21-30 Tahun 5 13,5
>35 Tahun 2 5,4
Total 37 100
Sumber: Data Primer Diolah
4. Pendidikan
Dalam tabel 10 karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu dengan tingkat pendidikan SMA, diploma, S1, dan S2. Sebagian besar responden berpendidikan akhir S1 sebanyak 22 orang atau sebesar 59,5%. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan akhir yang lain adalah SMA sebanyak 4 orang atau sebesar 10,8%, Diploma sebanyak 9 orang atau sebesar 24,3%, dan S2 hanya 2 orang atau sebesar 5,4%.
(73)
Tabel 10: Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SMA 4 10,8
Diploma 9 24,3
S1 22 59,5
S2 2 5,4
Total 37 100
Sumber: Data Primer Diolah
5. Bagian Responden Bekerja
Dalam tabel 11 karakteristik responden berdasarkan bagian responden bekerja dibedakan menjadi 5 bagian yaitu yang pertama bagian perencanaan dan anggaran. Yang kedua bagian akuntansi. Yang ketiga bagian penunjang dan sarana. Yang keempat bagian unit layanan pengadaan. Dan yang kelima adalah bagian farmasi. Responden yang bekerja di bagian perencanaan dan anggaran sebanyak 7 orang atau sebesar 18,9%. Responden yang bekerja di bagian akuntansi sebanyak 15 orang atau sebesar 40,5%. Responden yang bekerja di bagian penunjang dan sarana sebanyak 3 orang atau sebesar 8,1%. Responden yang bekerja di bagian unit layanan pengadaan sebanyak 8 orang atau sebesar 21,6%. Dan responden yang bekerja di bagian farmasi sebanyak 4 orang atau sebesar 10,8%.
Tabel 11: Karakteristik Responden Berdasarkan Bagian Responden Bekerja
Bagian Frekuensi Persentase (%)
Perencanaan & Anggaran 7 18,9
Akuntansi 15 40,5
Penunjang & Sarana 3 8,1
(74)
B. Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Sebelum hasil kuesioner diolah untuk mendapatkan hasil tentang persepsi karyawan terhadap peran auditor internal maka perlu dilakukan uji validitas untuk setiap pernyataan. Uji validitas berfungsi untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 2004:5-6). Uji validitas yang digunakan dalam pengujian ini menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson. Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka hasil uji r hitung dapat dibandingkan dengan uji r tabel dengan taraf signifikansi. Adapun taraf signifikansi yang digunakan yaitu: 95% dengan N=37 adalah 0,325 (Novieyanty 2006:65).
Setiap pernyataan dikatakan valid atau korelasinya signifikan jika r hitung lebih besar daripada r tabel (0,325). Jika r hitung lebih kecil daripada r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid atau korelasinya tidak signifikan (Alhusin 2002:341). Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 12.
(75)
Tabel 12: Hasil Uji Validitas Peran Auditor Internal
No. Pernyataan r hitung r tabel Keterangan
1 0,516 0,325 Valid
2 0,509 0,325 Valid
3 0,461 0,325 Valid
4 0,501 0,325 Valid
5 0,406 0,325 Valid
6 0,513 0,325 Valid
7 0,515 0,325 Valid
8 0,524 0,325 Valid
9 0,463 0,325 Valid
10 0,612 0,325 Valid
11 0,528 0,325 Valid
12 0,598 0,325 Valid
13 0,589 0,325 Valid
14 0,501 0,325 Valid
15 0,593 0,325 Valid
16 0,621 0,325 Valid
17 0,623 0,325 Valid
18 0,626 0,325 Valid
19 0,541 0,325 Valid
20 0,747 0,325 Valid
21 0,635 0,325 Valid
22 0,618 0,325 Valid
23 0,522 0,325 Valid
24 0,770 0,325 Valid
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil uji validitas dalam tabel 12 menunjukkan bahwa setiap item dari pernyataan sebanyak 24 item yang digunakan dalam instrumen dinyatakan valid atau korelasinya signifikan karena semua item (24 item) memiliki r hitung lebih besar dari r tabel. 24 item dari pernyataan tersebut dinyatakan layak sebagai instrumen untuk mengukur persepsi karyawan terhadap peranan auditor internal.
(76)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data yang terkumpul dinyatakan valid. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten jika dilakukan pengukuran kembali. Instrumen kuesioner yang tidak reliabel maka tidak akan bisa konsisten jika dilakukan pengukuran selanjutnya sehingga hasil pengukuran tidak dapat dipercaya (Alhusin 2002:341). Uji reliabilitas yang digunakan adalah metode Spearman-Brown (split-half method). Nilai reliabilitas yang diperoleh dengan menilai besarnya Equal-length Spearman-Brown.
Tabel 13: Nilai Spearman-Brown (split-half method) equal-length untuk Peranan Auditor Internal dengan Item Pernyataan Genap dan Ganjil
Variabel Spearman-Brown
Peranan Internal Auditor-pernyataan ganjil 0,932
Peranan Internal Auditor-pernyataan genap 0,932
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan metode Spearman-Brown (split-half) sesuai dengan tabel, maka diperoleh nilai reliabilitas pada peranan internal auditor dengan pernyataan ganjil sebesar 0,932 dan peranan internal auditor dengan pernyataan genap sebesar 0,932. Suatu pernyataan dikatakan reliabel apabila nilai Spearman-Brown (split-half) minimal 0,6 (Azwar, 2004:117). Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kedua hasil analisis reliabilitas merupakan pernyataan atau instrument yang mempunyai pengukuran reliabel atau dapat dipercaya.
(77)
C. Hasil Persepsi Karyawan Terhadap Peranan Auditor Internal
1. Peran Pengawas
Peran auditor internal sebagai pengawas (watchdog) dikelompokkan pada nomor 1-8. Pada awalnya internal auditor dikenal sebagai pendekatan berbasis pada sistem yang ada dalam perkembangan selanjutnya beralih ke internal audit berbasis proses. Pada saat itu internal auditor lebih banyak berperan sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang ditetapkan akan dilaksanakan oleh pegawai. Orientasi internal auditor banyak dilakukan pemeriksaan pada tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap ketentuan-ketentuan yang ada atau audit kepatuhan. Peran dari fungsi watchdog ini bersifat seperti polisi yang selalu mengawasi karyawan untuk melakukan apa yang telah ditetapkan, dan tidak heran dalam peran ini karyawan merasa tertekan karena selalu diawasi dan auditor berusaha untuk menemukan kesalahan-kesalahan sehingga berangsur-angsur peran ini ditinggalkan. Hasil pengumpulan pendapat karyawan mengenai peran auditor internal sebagai watchdog dapat dilihat dalam tabel 14.
(78)
Tabel 14: Hasil Tanggapan Karyawan Terhadap Peran Auditor Internal Sebagai Pengawas
No. Hasil Tanggapan Karyawan Terhadap Peran Auditor Internal Sebagai Pengawas
Jumlah Responden STS % TS % S % SS %
1 6 16,2 19 51,4 9 24,3 3 8,1 37 2 2 5,4 5 13,5 22 59,5 8 21,6 37 3 5 13,5 19 51,4 10 27 3 8,1 37 4 4 10,8 20 54,1 7 18,9 6 16,2 37 5 6 16,2 5 13,5 16 43,2 10 27 37 6 8 21,6 3 8,1 17 45,9 9 24,3 37 7 6 16,2 14 37,8 7 18,9 10 27 37 8 4 10,8 1 2,7 25 67,6 7 18,9 37 Total 41 86 113 56 296
Sumber: Data Primer Diolah
Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada pernyataan nomor 1 sebanyak 6 orang atau 16,2% menjawab sangat tidak setuju, 19 orang atau 51,4% menjawab tidak setuju, 9 orang atau 24,3% menjawab setuju, dan 3 orang atau 8,1% yang menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa internal audit sebagai mata-mata manajemen. Pernyataan nomor 2 sebanyak 2 orang atau 5,4% menjawab sangat tidak setuju, 5 orang atau 13,5% menjawab tidak setuju, 22 orang atau 59,5% menjawab setuju, dan 8 orang atau 21,6% yang menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa internal audit memeriksa dokumen-dokumen pengadaan obat dan alat kesehatan. Pernyataan nomor 3 sebanyak 5 orang atau 13,5% menjawab sangat tidak setuju, 19 orang atau 51,4% menjawab tidak setuju, 10 orang atau 27% menjawab setuju, dan 3 orang atau 8,1% yang menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa
(79)
internal audit bertugas mencari kesalahan pihak yang diaudit (auditee). Pernyataan nomor 4 sebanyak 4 orang atau 10,8% menjawab sangat tidak setuju, 20 orang atau 54,1% menjawab tidak setuju, 7 orang atau 18,9% menjawab setuju, dan 6 orang atau 16,2% yang menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa internal audit tidak memeriksa pelaksanaan prosedur untuk otorisasi pemesanan dan penerimaan obat dan alat kesehatan. Pernyataan nomor 5 sebanyak 6 orang atau 16,2% menjawab sangat tidak setuju, 5 orang atau 13,5% menjawab tidak setuju, 16 orang atau 43,2% menjawab setuju, dan 10 orang atau 27% yang menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa internal Audit memeriksa jumlah fisik/stock obat dan alat kesehatan serta dicocokkan dengan kartu persediaan.
Pernyataan nomor 6 sebanyak 8 orang atau 21,6% menjawab sangat tidak setuju, 3 orang atau 8,1% menjawab tidak setuju, 17 orang atau 45,9% menjawab setuju, dan 9 orang atau 24,3% yang menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa internal Audit memeriksa bukti-bukti penerimaan dan pengambilan obat dan alat kesehatan. Pernyataan nomor 7 sebanyak 6 orang atau 16,2% menjawab sangat tidak setuju, 14 orang atau 37,8% menjawab tidak setuju, 7 orang atau 18,9% menjawab setuju, dan 10 orang atau 27% yang menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa internal Audit tidak melakukan pemeriksaan terhadap
(80)
tidak setuju, 25 orang atau 67,6% menjawab setuju, dan 7 orang atau 18,9% yang menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa Internal audit memeriksa kuantitas obat, alat kesehatan dan kesesuaian dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Total pernyataan dengan jawaban sangat tidak setuju mendapat 41 tanggapan, 86 tanggapan untuk jawaban tidak setuju, 113 tanggapan untuk jawaban setuju, dan 56 tanggapan untuk pernyataan sangat setuju.
2. Peran Konsultan
Peran auditor internal sebagai konsultan dikelompokkan pada nomor 9-16. Peran auditor internal sebagai konsultan menggambarkan bahwa auditor internal membantu satuan kerja operasional, mengelola risiko dengan mengidentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi. Hasil pengumpulan pendapat karyawan mengenai peran auditor internal sebagai konsultan dapat dilihat dalam tabel 15.
Tabel 15: Hasil Tanggapan Karyawan Terhadap Peran Auditor Internal Sebagai Konsultan
No. Hasil Tanggapan Karyawan Terhadap Peran Auditor Internal Sebagai Konsultan
Jumlah Responden STS % TS % S % SS %
9 8 21,6 19 51,4 1 2,7 9 24,3 37 10 1 2,7 4 10,8 11 29,7 21 56,8 37 11 4 10,8 2 5,4 21 56,8 10 27 37 12 3 8,1 3 8,1 23 62,2 8 21,6 37 13 2 5,4 20 54,1 10 27 5 13,5 37 14 2 5,4 4 10,8 28 75,7 3 8,1 37 15 1 2,7 6 16,2 20 54,1 10 27 37 16 2 5,4 2 5,4 23 62,2 10 27 37 Total 23 60 137 76 296
(1)
ite m 20
3 8.1 8.1 8.1
3 8.1 8.1 16.2
23 62.2 62.2 78.4
8 21.6 21.6 100.0
37 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
ite m 21
4 10.8 10.8 10.8
25 67.6 67.6 78.4
5 13.5 13.5 91.9
3 8.1 8.1 100.0
37 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
ite m 22
5 13.5 13.5 13.5
4 10.8 10.8 24.3
24 64.9 64.9 89.2
4 10.8 10.8 100.0
37 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
ite m 23
5 13.5 13.5 13.5
20 54.1 54.1 67.6
5 13.5 13.5 81.1
7 18.9 18.9 100.0
37 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
ite m 24
3 8.1 8.1 8.1
3 8.1 8.1 16.2
19 51.4 51.4 67.6
12 32.4 32.4 100.0
37 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(2)
Lampiran 9. Kuesioner Persepsi Karyawan Terhadap Peranan Auditor Internal
Kata Pengantar
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya lakukan di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma, maka saya melakukan penelitian dengan judul:”PERSEPSI
KARYAWAN TERHADAP PERANAN AUDITOR INTERNAL (Studi Kasus Pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)”.
Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Untuk itu saya mengharapkan
ketersediaan Bapak/Ibu atau Saudara/Saudari sekalian untuk mengisi kuesioner ini sebagai data yang akan dipergunakan dalam penelitian. Atas ketersediaan dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.
Peneliti, 4 November 2015
(3)
Data Responden
1. No. Responden :
2. Usia : tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan Terakhir : SMA Diploma S1 S2 S3 5. Bagian / seksi :
6. Jabatan :
7. Masa Kerja` : tahun
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda silang pada satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan tanggapan atau penilaian anda. Bentuk tanggapan / penilaian yang anda pilih adalah sebagai berikut:
SS : Jika anda sangat setuju terhadap pernyataan tersebut.
S : Jika anda setuju terhadap pernyataan tersebut.
TS : Jika anda tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
STS: Jika anda sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
(4)
Peranan Internal Auditor
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Internal Audit sebagai “mata-mata”
manajemen.
2. Internal Audit memeriksa dokumen-dokumen pengadaan obat dan alat kesehatan.
3. Internal Audit bertugas mencari kesalahan pihak yang diaudit (auditee).
4. Internal audit tidak memeriksa pelaksanaan prosedur untuk otorisasi pemesanan dan penerimaan obat dan alat kesehatan.
5. Internal Audit memeriksa jumlah fisik/stock obat dan alat kesehatan serta dicocokkan dengan kartu persediaan.
6. Internal Audit memeriksa bukti-bukti penerimaan dan pengambilan obat dan alat kesehatan.
7. Internal Audit tidak melakukan pemeriksaan terhadap kualitas obat dan alat kesehatan. 8. Internal audit memeriksa kuantitas obat, alat
kesehatan dan kesesuaian dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.
9. Internal Audit tidak mempunyai kewenangan untuk memberi saran dan rekomendasi tindakan korektif kepada manajemen.
10. Internal Audit adalah mitra dan dipercaya sebagai orang dalam organisasi oleh pihak manajemen serta bagian/seksi terkait untuk meningkatkan kinerja rumah sakit.
(5)
No. Pernyataan SS S TS STS
11. Internal Audit menguji dan mengevaluasi kecukupan, efektivitas dan kualitas kinerja pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan.
12. Internal Audit mengevaluasi dan memberikan saran untuk perbaikan kepada setiap level manajer agar pengendalian intern semakin efektif, memadai dan meningkatkan kinerja rumah sakit untuk memberikan layanan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak.
13. Internal Audit tidak mengelola resiko dengan mengidentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan.
14. Internal Audit mengevaluasi pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan tentang ketaatannya pada undang-undang, peraturan, anggaran, dan kebijakan internal.
15. Internal Audit menganalisa kecukupan, efektifitas dan efisiensi terhadap penggunaan sumber daya.
16. Internal Audit mengevaluasi perbaikan pelaksanaan prosedur operasional pengadaan obat dan alat kesehatan yang berkesinambungan.
17. Internal Audit tidak mempunyai kewenangan untuk mengarahkan pelaksanaan kualitas manajemen agar sesuai dengan program dan tujuan rumah sakit.
(6)
No. Pernyataan SS S TS STS
18. Internal Audit memberikan penilaian dan usaha untuk meningkatkan kinerja rumah sakit dengan memberikan layanan kesehatan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak. 19. Internal Audit tidak dilibatkan dalam
perencanaan untuk menentukan tujuan rumah sakit.
20. Internal Audit melakukan analisis risiko atas aktivitas operasional rumah sakit.
21. Internal Audit tidak memeberikan sumbangan dalam proses pengelolaan risiko dan pengendalian manajemen.
22. Internal Audit membantu rumah sakit dalam mengidentifikasi perubahan lingkungan usaha dan persaingan dunia bisnis.
23. Internal audit tidak melakukan analisa risiko terhadap pesaing yang potensial untuk merekomendasikan kepada pihak manajemen.
24. Internal Audit menganalisa masukan
(feedback) dari pihak yang diaudit dan
memberikan tanggapan yang positif terhadap masukan tersebut.