Faktor Penyebab Kegagalan TQM

22 4. Karena dianggap lebih berkualitas, pelanggan bersedia membayar harga yang relatif tinggi daipada harga pesaing. 5. Karena dianggap lebih berkualitas dan harganya lebih tinggi, produk tersebut dianggap memiliki nilai yang relatif lebih tinggi. 6. Nilai yang relatif lebih tinggi menghasilkan kenaikan dalam pangsa pasar. 7. Berkat program kualitasnya, perusahaan dapat mengikuti spesifikasi pelanggan lebih baik daripada para pesaing. 8. Efektivitas ini menghasilkan penurunan biaya, yaitu dengan memproduksi produk yang dibutuhkan secara benar sejak pertama kali. 9. Penurunan biaya digabungkan dengan pangsa pasar yang lebih luas akan menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada pesaing. 10. Gabungan dari keunggulan relatif di bidang harga, pangsa pasar, dan biaya digabungkan untuk menciptakan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.

2.4.4. Faktor Penyebab Kegagalan TQM

Menurut Tjiptono dan Diana 2001: 19, dijelaskan beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh organisasi pada saat memulai inisiatif perbaikan kualitas, antara lain : 23 a. Delegasi dan kepentingan yang tidak baik dari manajemen senior. Inisiatif dalam perbaikan kualitas secara berkesinambungan seharusnya dinilai dari pihak manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam pelaksanaanya, bila didelegasikan kepada pihak lain, maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar. b. Team mania. Organisasi perlu membentuk tim yang melibatkan karyawan untuk menunjang dan membutuhkan kerja sama tim. Dengan adanya tim perlu ada pemahaman yang baik terhadap perannya masing-masing baik manajemen maupun karyawan. c. Proses penyebarluasan. Pengembangan inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh elemen organisasi misal:operasi, pemasaran, dan lain-lain. d. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis. Banyak perusahaan-perusahaan yang hanya menggunakan prinsip-prinsip dari pakar-pakar, padahal pendekatan tersebut merupakan satu pendekatan yang cocok unruk segala situasi. Bahkan para pakar mendorong organisasi untuk menyesuaikan program mereka dengan kebutuhan organisasi. 24 e. Harapan yang selalu berlebihan dan tidak realitis. Perlu waktu lama dalam pengiriman karyawan untuk mengikuti pelatihan, untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru, bahkan sering kali perubahan tersebut memakan waktu lama untuk sampai terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan. f. Empowerment yang bersifat prematur. Perusahaan mengira dan memberikan pelatihan dan wewenang baru, karyawan tersebut akan menjadi self-dirrected dan memberikan hasil- hasilnya yang positif, sebenarnya perlu diberitahukan sasaran dan tujuan yang jelas agar tidak salah dalam melakukan sesuatu. Beberapa penyebab kegagalan penerapan TQM tersebut dapat dijadikan pertimbangan sebelum memulai menerapkan TQM dalam organisasi agar memperoleh hasil yang diharapkan dalam konteks budaya learning organization dalam suatu perencanaan strategi jangka panjang.

2.4.5. TQM Pendidikan