Tujuan Utama Informasi Akuntansi Manajemen Jenis Penelitian Lokasi Penelitian

14 4. Orientasi waktu. Akuntansi memiliki orientasi historis. Fungsinya dalam mencatat dan melaporkan kegiatan-kegiatan yang terjadi meskipun akuntansi manajemen mencatat dan melaporkan kejadian yang telah terjadi tetapi juga orientasi pada masa yang akan datang karena akan digunakan untuk mendukung fungsi manajerial dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. 5. Tingkat agregrasi. Akuntansi manajemen menyediakan ukuran dan laporan internal yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, lini produk, departemen dan manajerial. Intinya, informasi yang sangat terinci dibutuhkan dan disediakan. Dilain pihak akuntansi keuangan memfokuskan pada kinerja pada perusahaan secara keseluruhan, yang memberikan sudut pandang yang lebih luas. 6. Keluasan. Akuntansi manajemen jauh lebih luas daripada akuntansi keuangan. Akuntansi manajemen meliputi aspek-aspek manajerial, rekayasa industri, manajemen ilmiah dan juga bidang-bidang yang lain.

2.3. Tujuan Utama Informasi Akuntansi Manajemen

Menurut Hansen dan Mowen 2004: 9, tujuan utama dari sistem akuntansi manajemen adalah : 15 1 Menyediakan informasi yang digunakan dalam penghitungan biaya jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen. 2 Menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan pengevaluasian, dan perbaikan secara berkelanjutan. 3 Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

2.4. Total Quality Management TQM

2.4.1. Pengertian TQM

Menurut Tjiptono dan Diana 2001: 4, untuk memudahkan pemahamannya, pengertian TQM dibedakan dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan apa TQM itu, dan aspek kedua membahas bagaimana tercapainya. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan hubungan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Menurut Goetsh dan Davis 1994: 14-18, seperti yang dikutip Tjiptono dan Diana 2001: 15-18, yang membedakan TQM dengan pendekatan-pendekatan lainnya dalam menjalankan usaha adalah komponen bagaimana komponen ini memiliki sepuluh unsur utama TQM, yang masing- masing akan dijelaskan sebagai berikut : 16 1 Fokus pada pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. 2 Obsesi terhadap kualitas. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif “bagaimana kita dapat melakukan dengan lebih baik?”. 3 Pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga benchmark, memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan. 17 4 Komitmen jangka panjang. TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses. 5 Kerjasama tim team work. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. 6 Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan menafaatkan proses-proses tertentu didalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu sistem yang ada perlu diperbaiaki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat. 7 Pendidikan dan pelatihan. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakn faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan 18 belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. 8 Kebebasan yang terkendali. Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebiih banyak. 9 Kesatuan tujuan. Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karywan mengenai upah dan kondisi kerja. 10 Adanya keterlibatan dan pemberdayaaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sangat berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan yang memungkinkan para karyawan untuk mengambil 19 keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaannya dalam parameteer yang ditetapkan dengan jelas.

2.4.2. Prinsip TQM

Total Quality Management merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell dalam Scheuing dan Christoper 1993: 165-166, seperti yang dikutip Tjiptono dan Diana 2001: 14-15, ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut antara lain : a. Kepuasan pelanggan. Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan dan ketetapan waktu. Oleh karena itu segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasi untuk memuaskan pelanggan. b. Respek Terhadap Setiap Orang. Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri 20 yang unik. Karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan. c. Manajemen Berdasarkan Fakta. Perusahaan kelas dunia beriorentasi pada fakta. Maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan feeling. d. Perbaikan berkesinambungan. Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA Plan-Do-Check-Act, yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

2.4.3. Manfaat TQM

Keuntungan yang didapat perusahaan kerena menyediakan barang dan jasa berkualitas, baik berasal dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah, adalah meningkatkan profitabilitas dan 21 pertumbuhan perusahaan. Manfaat Total Quality Manajemen dapat digambarkan sebagai berikut : Sumber: Nasution, 2001 hal 42 Gambar 2.1. Manfaat Total Quality Management Hubungan-hubungan dalam gambar 2.1. dijelaskan sebagai berikut: 1. Pasar yang dilayani oleh industri mencakup pelayanan-pelayanan dengan kebutuhan barang dan jasa. 2. Penelitian pemasaran menidentifikasikan kebutuhan tersebut dan mendefinisikan dalam hal kualitas. 3. Pelanggan menganggap produk perusahaan lebih berkualitas dari pada pesaing. P E R B A I K A N M U T U Memperbaiki Posisi Persaingan Meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan Meningkatkan pangsa pasar Harga yang lebih tinggi tetapi masih dalam tarif yang wajar Mengurangi biaya operasi Menghasilkan penghasilan Meningkatkan laba 22 4. Karena dianggap lebih berkualitas, pelanggan bersedia membayar harga yang relatif tinggi daipada harga pesaing. 5. Karena dianggap lebih berkualitas dan harganya lebih tinggi, produk tersebut dianggap memiliki nilai yang relatif lebih tinggi. 6. Nilai yang relatif lebih tinggi menghasilkan kenaikan dalam pangsa pasar. 7. Berkat program kualitasnya, perusahaan dapat mengikuti spesifikasi pelanggan lebih baik daripada para pesaing. 8. Efektivitas ini menghasilkan penurunan biaya, yaitu dengan memproduksi produk yang dibutuhkan secara benar sejak pertama kali. 9. Penurunan biaya digabungkan dengan pangsa pasar yang lebih luas akan menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada pesaing. 10. Gabungan dari keunggulan relatif di bidang harga, pangsa pasar, dan biaya digabungkan untuk menciptakan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.

2.4.4. Faktor Penyebab Kegagalan TQM

Menurut Tjiptono dan Diana 2001: 19, dijelaskan beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh organisasi pada saat memulai inisiatif perbaikan kualitas, antara lain : 23 a. Delegasi dan kepentingan yang tidak baik dari manajemen senior. Inisiatif dalam perbaikan kualitas secara berkesinambungan seharusnya dinilai dari pihak manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam pelaksanaanya, bila didelegasikan kepada pihak lain, maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar. b. Team mania. Organisasi perlu membentuk tim yang melibatkan karyawan untuk menunjang dan membutuhkan kerja sama tim. Dengan adanya tim perlu ada pemahaman yang baik terhadap perannya masing-masing baik manajemen maupun karyawan. c. Proses penyebarluasan. Pengembangan inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh elemen organisasi misal:operasi, pemasaran, dan lain-lain. d. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis. Banyak perusahaan-perusahaan yang hanya menggunakan prinsip-prinsip dari pakar-pakar, padahal pendekatan tersebut merupakan satu pendekatan yang cocok unruk segala situasi. Bahkan para pakar mendorong organisasi untuk menyesuaikan program mereka dengan kebutuhan organisasi. 24 e. Harapan yang selalu berlebihan dan tidak realitis. Perlu waktu lama dalam pengiriman karyawan untuk mengikuti pelatihan, untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru, bahkan sering kali perubahan tersebut memakan waktu lama untuk sampai terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan. f. Empowerment yang bersifat prematur. Perusahaan mengira dan memberikan pelatihan dan wewenang baru, karyawan tersebut akan menjadi self-dirrected dan memberikan hasil- hasilnya yang positif, sebenarnya perlu diberitahukan sasaran dan tujuan yang jelas agar tidak salah dalam melakukan sesuatu. Beberapa penyebab kegagalan penerapan TQM tersebut dapat dijadikan pertimbangan sebelum memulai menerapkan TQM dalam organisasi agar memperoleh hasil yang diharapkan dalam konteks budaya learning organization dalam suatu perencanaan strategi jangka panjang.

2.4.5. TQM Pendidikan

Menurut M. Jusuf Hanafiah, dkk 1994: 4, mendefinisikan Total Quality Management adalah suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan Pengeloaan Mutu Total 25 PMT Pendidikan tinggi adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang. Menurut Vincent Gaspersz 2003: 376, proses Pendidikan Tinggi adalah suatu peningkatan secara terus menerus yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, sampai kepada ikut bertanggungjawab untuk memuaskan pengguna lulusan perguruan tinggi. Menurut Husaini Usman 2002 ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : a. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak konsisten. b. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. c. Peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim. Adapun sistem Total Quality Management dalam bidang pendidikan yang terdapat pelanggan internal dosen, karyawan, mahasiswa dan 26 pelanggan external orangtua mahasiswa, alumni, masyarakat, dunia kerja diaplikasikan pada gambar berikut : UMPAN BALIK Penelusuran siswa KSA Input Output Outcomes Umpan balik Ext. Cust Inter. Cust Ext. Cust Sumber : Vincent Gaspersz, 2003 hal 377 Gambar 2.2. Sistem TQM Dalam Bidang Pendidikan Hubungan-hubungan dalam gambar 2.2. dijelaskan sebagai berikut: 1. Pelanggan khususnya mahasiswa baru mendapatkan pengujian proses belajar mengajar dari dosen yang diaplikasikan pada pengetahuan Knowledge, ketrampilan Skill, sikap Attitude dan disamping itu biaya, peralatan, dan metode. 2. Mahasiswa melakukan proses pembelajaran hingga pada akhirnya dapat lulus dan menjadi lulusan yang berkualitas dan dapat bersaing di bursa kerja. MABA Dosen Proses belajar mengajar Tenaga kerja Lulusan yg berkualitas 27 3. Pengguna exsternal akan memberikan umpan balik apabila mereka merasa puas dengan kinerja lulusan tersebut. 4. Sebagai umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna lulusan itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk mendesain ulang kurikulum atau memperbaiki proses pendidikan tinggi yang ada pada saat ini.

2.5. Akreditasi

2.5.1. Pengertian Akreditasi

Akreditasi dipahami sebagai penentuan standar mutu serta penilaian terhadap suatu lembaga pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi oleh pihak di luar lembaga pendidikan itu sendiri. Mengingat adanya berbagai pengertian tentang hakikat perguruan tinggi Barnet, 1992, maka kriteria akreditasi pun dapat berbeda-beda. Barnet menunjukkan, bahwa setidak- tidaknya ada empat pengertian atau konsep tentang hakikat perguruan tinggi: 1. Perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu qualified manpower . Dalam pengertian ini pendidikan tinggi merupakan suatu proses dan mahasiswa dianggap sebagai keluaran output yang mempunyai nilai atau harga value dalam pasaran kerja, dan keberhasilan itu diukur dengan tingkat penyerapan lulusan dalam masyarakat employment rate dan kadang-kadang diukur juga dengan tingkat penghasilan yang mereka peroleh dalam karirnya. 28 2. Perguruan tinggi sebagai lembaga pelatihan bagi karier peneliti. Mutu perguruan tinggi ditentukan oleh penampilanprestasi penelitian anggota staf. Ukuruan masukan dan keluaran dihitung dengan jumlah staf yang mendapat hadiahpenghargaan dari hasil penelitiannya baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional, atau jumlah dana yang diterima oleh staf atau oleh lembaganya untuk kegiatan penelitian, ataupun jumlah publikasi ilmiah yang diterbitkan dalam majalah ilmiah yang diakui oleh pakar sejawat peer group. 3. Perguruan tinggi sebagai organisasi pengelola pendidikan yang efisien. Dalam pengertian ini perguruan tinggi dianggap baik jika dengan sumber daya dan dana yang tersedia, jumlah mahasiswa yang lewat proses pendidikannya throughput semakin besar. 4. Perguruan tinggi sebagai upaya memperluas dan mempertinggi pengkayaan kehidupan. Indikator sukses kelembagaan terletak pada cepatnya pertumbuhan jumlah mahasiswa dan variasi jenis program yang ditawarkan. Rasio mahasiswa-dosen yang besar dan satuan biaya pendidikan setiap mahasiswa yang rendah juga dipandang sebagai ukuran keberhasilan perguruan tinggi. Perguruan tinggi di Indonesia merupakan campuran yang mengandung unsur-unsur dari keempatnya, oleh karena itu sistem akreditasi BAN-PT memperhatikan konsep dasar tersebut. 29

2.5.2. Standar Elemen dan Penilaian Akreditasi Perguruan Tinggi

Setiap standar dideskripsikan dan dirinci menjadi elemen penilaian atau parameter. Adapun elemen dan penilaian sebagai parameter institusi perguruan tinggi diantaranya sebagai berikut: 1. Visi dan Misi Standar ini merupakan standar yang mencerminkan mutu pengelolahan perguruan tinggi yang memiliki kelayakan arah masa depan yang jelas. Visi merupakan gambaran tentang masa depan yang dicita-citakan perguruan tinggi, yang dirumuskan secara jelas untuk diwujudkan dalam kurun waktu yang tegas, sedangkan misi adalah rumusan tugas pokok dan fungsi perguruan tinggi yang ditata secara sistematis. Untuk mewujudkan visinya, maka misi perguruan tinggi dinyatakan secara spesifik sebagai apa yang hendak dilaksanakan dalam penyelenggaraan program dan kegiatan akademik. Visi dan misi perguruan tinggi menjadi acuan utama dalam menentukan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, dengan rumusan yang jelas, spesifik, dapat diukur ketercapaiannya dalam kurun waktu yang ditentukan. Adapun elemen penilaiannya adalah: a. Visi dan misi perguruan tinggi ditetapkan oleh lembaga normative perguruan tinggi. b. Visi dan misi dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. 30 2. Kemahasiswaan dan Lulusan Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu mahasiswa dan kelulusan serta bagaimana seharusnya perguruan tinggi memperlakukan dan memberikan layanan pada mahasiswa dan lulusannya. Kemahasiswaan adalah segala urusan yang berkenaan dengan upaya perguruan tinggi untuk memperoleh mahasiswa yang berkualitas melalui sistem dan program rekrutmen, seleksi, pemberian layanan akademik, monitoring dan evaluasi keberhasilan mahasiswa dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penelaahan kebutuhan dan kepuasan mahasiswa dan pemangku kepentingan sehingga mampu menghasilkan kelulusan yang bermutu dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemangku kepentingan. Mahasiswa adalah kelompok pemangku kepentingan internal yang harus mendapatkan manfaat, dan sekaligus sebagai pelaku, proses pembentukan nilai tambah dalam penyelenggaraan kegiatan akademik yang berkualitas di perguruan tinggi. Mahasiswa merupakan pembelajar yang membutuhkan pengembangan diri secara holistic yang mencakup unsure fisik, mental, dan kepribadian sebagai sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Oleh karena itu, selain layanan akademik, mahasiswa perlu mendapatkan layanan pengembangan minat dan bakat dalam bidang spiritual, seni budaya, olahraga, kepekaan sosial, pelestarian lingkungan hidup serta bidang 31 kreatifitas lainnya. Mahasiswa perlu memiliki nilai-nilai profesionalisme, kemmpuan adaptatif, kreatif, dan inovatif dalam mempersiapkan diri memasuki dunia profesi dan atau dunia kerja. Lulusan adalah status yang dicapai menyelesaikan proses pendidikan sesuai dengan persyaratan kelulusan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi. Sebagai salah satu keluaran langsung dari proses pendidikan yang dilakukan oleh perguruan tinggi, lulusan yang bermutu memiliki cirri penguasaan kompetensi akademik termasuk hard skill dan soft skill. Sebagaimana dinyatakan dalam sasaran mutu serta dibuktikan dengan kinerja lulusan dimasyarakat sesuai dengan profesi dan bidang ilmu. Adapun elemen penilaian anatara lain: a. Perguruan tinggi memiliki sistem rekrutmen dan seleksi mahasiswa baru yang menjadi mutu, ekuitas, aksesibilitas, dan menggunakannya secara konsisten dan efektif. b. Perguruan tinggi mampu memberikan akses dan layanan kepada mahasiswa yang secara efektif dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan penalaran, minat dan bakat, bimbingan karier, dan kesejahteraan. c. Perguruan tinggi memiliki kode etik mahasiswa, melakukan sosialisasi, dan menerapkan secara konsisten. d. Layanan kemahasiswaan 32 e. Perguruan tinggi memiliki sistem evaluasi untuk mencapai angka efisiensi edukasi yang ideal. f. Perguruan tinggi memiliki mekanisme yang menjamin evaluasi hasil pelacakan lulusan yang digunakan sebagai umpan balik bagi institusi dalam menentukan kebijakan akademik. g. Perguruan tinggi memiliki layanan untuk pengembangan karier dalam berbagai bentuk program yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat bagi para lulusan. 3. Sumberdaya Manusia Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sumber daya manusia, serta bagaimana seharusnya perguruan tinggi memperlakukan dan memberikan layanan kepada sumber daya manusia. Sumber daya manusia perguruan tinggi adalah dosen dan tenaga pendukung yang mencakup pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga administrasi yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran mutu keseluruhan program tridharma perguruan tinggi. Dosen adalah komponen sumber daya utam yang merupakan pendidikan professional dan ilmuwan dengan tugas poko dan fungsi menstransformasikan, mengembangkan, menyebarluaskan dan menerapakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat. Dosen menentukan mutu penyelenggaraan akademik perguruan tinggi. Perguruan tinggi memiliki 33 tenaga pendukung terdiri atas pustakawan, laboran, teknisi, dan staff administrasi dnegan kualifikasi dan kualitas kinerja, serta jumlah yang sesuai dnegan kebutuhan penyelenggaraan program-program studi yang ada di perguruan tinggi yang bersangkutan. Perguruan tinggi merencanakan dan melaksanakan program-program peningkatan mutu dosen dan tenaga kependidikan yang selaras dengan kebutuhan, untuk mewujudkan visi dan penyelenggaraan misinya perguruan tinggi menjalin hubungan kerjasama dengan perguruan tinggi lainnya untuk memperoleh dosen tidak tetap yang sangat dibutuhkan. Adapun elemen penilaiannya, antara lainnya: a. Perguruan tinggi memiliki sistem pengelolaan sumber daya manusia yang mencakup sub-sub sistem perencanaan, rekrutmen dan seleksi, orientasi dan penempatan pegawai, pengembangan karier, penghargaan dan sanksi, remunerasi, pemberhentian pegawai, yang transparan dan akuntable, berbasis pada meritokrasi, keadilan, dan kesejahteraan. b. Perguruan tinggi harus memiliki perencanaan yang lengkap tentang kecukupan kualifikasi dan jabatan akademik dosen. c. Perguruan tinggi melakakukan survey kepuasaan dosen, pustakawan, laboran, teknisi, tenaga administrasi, dan tenaga pendukung terhadap sistem pengelolaan sumber daya manuasia untuk memperoleh umpan balik bagi perencanaan yang berkelanjutan. 34 d. Perguruan tinggi memilki tenaga kependidikan yang bersertifikat kompetensi bagi teknisi, laboran, analis, dan pustakawan. 35 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Artinya data yang digunakan merupakan data kualitatif yaitu tidak menggunakan data atas angka-angka, melainkan berupa pesan verbal tulisan. Menurut Mulyana 2001: 155, metode kualitatif pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan analisis dokumen atau metode historis bersifat fundamental dan sering digunakan bersama-sama, seperti dalam studi kasus. Kaum positif menganggap pengamatan sebagai metode yang tidak andal unrealiable. Menurut mereka, pengamatan yang berbeda mungkin melakukan pengamatan berbeda, dan konsekuensinya, menghasilkan kesimpulan penelitian yang berbeda pula. Sedangkan bagi penelitian kualitatif, isunya adalah keotentikan dan reliabilitas. Menurut Efferin dkk 2004: 9, penelitian deskriptif bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan sosial, atau hubungan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan pendekatan yang menekankan pada deskripsi yang terjadi secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. 36 Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang dihasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 1995: 3

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah kota Surabaya, Jawa Timur. Dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimanakah usaha yang telah dilakukan Pasca Sarjana Magister Akuntansi dalam upaya perbaikan mutu secara berkesinambungan. Lokasi pertama yang dipilih peneliti yakni Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Lokasi penelitian selanjutnya yakni Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Lokasi penelitian tersebut dipilih karena terkait dengan pencarian data, dan dimana sebagian besar dosen di Program Studi Akuntansi juga menjadi dosen Magister Akuntansi.

3.3. Penentuan Informan