tidak di lakukan secara acak dan bersifat subyektif. Pembuatannya di sesuaikan dengan pola interpretasi dan relevansinya dengan berbagai institusi birokratis
yang menjadi sumber berita atau yang menangani peristiwa tersebut. Gatekeeper keberadaannya dengan peralatan mekanisme yang harus dipunyai oleh media
dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, Gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. Nurdin, 2003
: 30
2.1.5 Analisis Framing
Dalam analisis Framing, yang kita lakukan pertama kali adalah melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas peristiwa dipahami bukan sesuatu yang
taken for granted , sebaliknya wartawan dan media yang secara aktif membentuk realitas. Realitas tercipta dalam konsepsi wartawan. Berbagai fakta diabstraksikan
menjadi peristiwa yang kemudian hadir di hadapan khalayak. Yang menjadi titik persoalan dari penelitian Framing adalah bagaimana realitas atau peristiwa di
konstruksi oleh media, bagaimana media membangkitkan peristiwa dalam konstruksi tertentu. Etiyanto, 2002 : 7
Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-dimensi tertentu dari fakta yang diterbitkan dalam
media. Fakta tidak ditampilkan secara apa adanya, namun diberi bingkai Frame. Sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifikasi. Dalam hal ini, awak
media lazim menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataannya, serta
mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi menjadi lebih Noticeable dari pada interpretasi yang lain. Sudibyo, 2001 : 157.
Konsep tentang framing atau Frame berasal dari ranah ilmu kognitif psikologis. Awalnya oleh Baterson dimaknai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan yang menyediakan kategori standar untuk mengapresiasikan realitas Sudibyo, 1999 :
23-24 karena frame memungkinkan individu untuk melokaliasi, merasakan, mengidentifikasi dan memberi lebel terhadap peristiwa-peristiwa secara informasi
Siahaan dkk, 2001 : 76. G.J. Aditjondro mendefinisikan Framing sebagai metode penyajian realitas
dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek
tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya Sudiboyo, 1999 : 26
26. Frame dapat dimaknai sebagai batasan-batasan wacana serta elemen – elemen konstitusi yang tersebar dalam konstruksi wacana Sudibyo, 2001 : 222.
Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam
memahami suatu realitas. Frame terletak di dalam properti spesifikasi berita naratif yang mengarahkan perasaan dan pemikiran mengenai peristiwa-peristiwa
untuk membangun pengertian khusus Siahaan dkk, 2001:77. Proses Framing dapat menghasilkan dikotomi antara kondisi obyektif realitas sosial dengan
gambaran yang lahir dari proses “redefinisi kolektif” yang di stimuli dan
digerakkan oleh media. Framing memungkinkan media mengemas dan mengelola informasi sesuai dengan ideologi, kecenderungan atau keberpihakan politik
mereka demi penyiaran yang efisien kepada khalayaknya Siahaan, 2001 : 77. Media massa pada dasarnya adalah wahana diskusi tentang suatu masalah
yang melibatkan dan mempertemukan tiga pihak : wartawan, sumber berita dan khalayak. Media massa menjadi tempat berbagai kelompok sosial, institusi dan
ideologi berdebat atas dasar definisi dan kontribusi realitas sosial masing-masing. Analisis framing memandang wacana berita sebagai arena perang simbolik antara
pihak-pihak yang berkompeten dalam suatu persoalan Sudibyo, 199 : 34 Proses framing berkaitan dengan strategi pengelolaan dan penyajian
informasi dalam hubungan dengan rutinitas dan konversi profesional jurnalistik. Dominasi sebuah Frame dalam suatu wacana berita bagaimanapun di pengaruhi
oleh proses produksi berita dimana terlibat unsur-unsur redaksional. Dengan kata lain proses framing merupakan bagian yang integral dari proses redaksional media
massa dan menempatkan awak pada proses strategis. Sudibyo, 2001 : 87.
2.1.6 Proses Framing