6. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak
Digunakan konsentrasi pekat yang dapat dibuat dimana pada kosentrasi tersebut ekstrak yang dibuat dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari spuit oral.
Cara pembuatannya dengan melarutkan ekstrak sebanyak 3,5 g dalam labu ukur 50 ml dengan pelarut yang sesuai yaitu CMC Na 1. Sehingga kosentrasi ekstrak
dapat ditetapkan sebesar 7 bv atau 0,07 gml atau 70 mgml.
7. Penetapan dosis ekstrak etanol biji P. americana
Penetapan peringkat dosis berdasarkan bobot tertinggi tikus, kosentrasi dan pemberian setengah volume cairan peroral yaitu 5 ml. Penetapan dosis
tertinggi ekstrak etanol biji P. americana dengan konsentrasi 7 diperoleh sebagai berikut :
D x
BB =
C x
V D
x 0,250 kgBB = 70 mgml x 5 ml
D = 1400 mgkgBB
Dua dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan 2 dan 4 kalinya sehingga didapatkan dosis 700 dan 350 mgkgBB. Dosis yang digunakan dalam
penelitian adalah 350; 700; dan 1400 mgkgBB atau 0,35; 0,70; dan 1,40 gkgBB.
8. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50
Karbon tetraklorida dibuat dalam kosentrasi 50 dengan cara melarutkan 50 ml karbon tetraklorida ke dalam olive oil sebanyak 50 ml Janakat
dan Merrie,2002.
9. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1
Suspending agent CMC-Na 1 digunakan untuk membuat suspensi ekstrak etanol biji P. americana dengan mendispersikan lebih kurang sebanyak1,0
g CMC-Na ditimbang seksama ke dalam air mendidih sampai volume 100,0 ml.
10. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida. Penetapan dosis karbon tertraklorida bertujuan untuk mengetahui pada dosis berapa karbon
tertraklorida mampu menimbulkan kerusakan hati pada tikus yang ditunjukan dengan adanya peningatan aktivitas serum ALT yang tinggi. Berdasarkan Janakat
dan Merie 2002, dosis karbon tetraklorida yang digunakan adalah 2 mlkg BB yang terbukti mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST yang diberikan
secara intraperitonial i.p. Pada penelitian yang dilakukan Garri 2013 juga membuktikan bahwa 2 mlkg BB mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan
AST yang pemberiannya melalui intraperitonial i.p. b. Penetapan waktu pencuplikan darah. berdasarkan penelitian Janakat
dan Merie 2002, membuktikan bahwa ALT dan AST mencapai aktivitas maksimal pada jam ke-24 setelah pemberian dan pada jam ke-48 berangsur-
angsur menurun. Pada penelitian ini dilakukan orientasi dengan 3 cuplikan, yaitu jam 0, 24, dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui bagaimana profil kenaikan ALT dan AST serum. Waktu pencuplikan darah diperoleh dengan dilakukannya orientasi menggunakan
tiga kelompok perlakuan waktu dan setiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata. Kelompok I-III
diambil darah masing-masing pada jam ke 0, 24, dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Kemudian diukur aktivitas serum ALT dan AST.
11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji