15
8. Void
Void
atau gelembung udara merupakan akibat yang tidak bisa dihindari pada saat proses pembuatan. Untuk itu sebisa mungkin meminimalkan void yang
dihasilkan pada bahan komposit.
Void
kekosongan yang terjadi pada matrik sangatlah berbahaya, karena pada bagian tersebut penguattidak didukung oleh
matriks, sedangkan penguatselalu akan mentransfer tegangan ke matriks. Hal seperti ini menjadi penyebab munculnya
crack
, sehingga komposit akan gagal lebih awal. Kekuatan komposit terkait dengan
void
adalah berbanding terbalik yaitu semakin banyak
void
maka komposit semakin rapuh dan apabila sedikit
void
komposit semakin kuat.
Void
juga dapat mempengaruhi ikatan antara serat dan matrik , yaitu adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang sempurna
yang dapat menyebabkan matrik tidak akan mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila komposit tersebut menerima beban, maka daerah tegangan akan
berpindah ke daerah
void
sehingga akan mengurangi kekuatan komposit tersebut. Pada pengujian tarik komposit akan berakibat lolosnya serat dari matrik. Hal ini
disebabkan karena kekuatan atau ikatan
interfacial
antara matrik dan serat yang kurang besar Schwartz, 1984.
2.5 Orientasi Serat
Dalam komposit, orientasi serat sangat mempengaruhi dan dapat menentukan kekuatan suatu bahan komposit. Secara umum penyusunan dari arah
serat tersebut adalah sebagai berikut: a.
Unidirectional
, yaitu serat disusun paralel satu sama yang lainnya. Disini kekuatan tarik terbesar terdapat pada bahan yang sejajar dengan arah serat.
Sedangkan kekuatan yang terkecil pada bahan yang tegak lurus arah serat. b.
Pseudoisotropic
, yaitu serat disusun secara acak dan kekuatan tarik pada satu titik pengujian mempunyai nilai kekuatan yang sama.
c.
Bidirectional
, yaitu serat disusun tegak lurus satu sama lainnya
orthogonal
contohnya pada
woven roving
. Pada susunan ini kekuatan tertinggi terdapat pada arah serat 0
o
dan 90
o
dan kekuatan terendah terdapat pada arah serat 45
o
. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Sifat mekanik dari pemasangan satu arah ini adalah jenis yang paling proporsional, karena pada pemasangan satu arah serat ini dapat memberi kontribusi
pemakaian serat paling banyak. Hal tersebut disebabkan karena pemasangan serat yang semakin acak maka konstribusi serat yang dipasang akan semakin sedikit
fraksi volume kecil sehingga menyebabkan kekuatan komposit semakin menurun.
Gambar 2.7 Orientasi Serat Sumber: James F. Shackelford, Introduction to Materials Science for
Engineers. c. Mel M Schwartz Jumlah serat bahan komposit serat dapat dinyatakan dalam bentuk fraksi
volume serat Vf yaitu perbandingan volume serat Vf terhadap volume bahan komposit Vc. Semakin besar kandungan volume serat dalam komposit maka akan
meningkatkan kekuatan dari komposit tersebut.
Gambar 2.8 Diagram hubungan antara kekuatan, fraksi volume dan susunan Serat
Sumber: Adiyono 1996 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.6 Jenis Serat
Berdasarkan ukuran panjang, serat dibagi menjadi serat kontinyu
continuous
dan tidak kontinyu
discontinuous
. Ukuran panjang serat sangat 22 berpengaruh terhadap kemampuan bahan komposit dalam menahan gaya dari luar.
Semakin panjang ukuran serat, semakin efisien menahan gaya dalam arah serat, selain itu secara teori serat panjang akan lebih efektif dalam hal transmisi beban
dibandingkan serat pendek. Namun hal tersebut sulit dibuktikan dalam praktek, mengingat faktor manufaktur yang tidak memungkinkan untuk menghasilkan
kekuatan optimum pada seluruh panjang serat, karena pada serat yang panjang terjadi ketidakmerataan pada penerimaan beban antara serat.
Sebagian serat mengalami ketegangan sedangkan yang lain dalam posisi bebas dari tegangan, sehingga jika komposit tersebut dibebani sampai kekuatan
patahnya, sebagian serat akan patah terlebih dahulu dibanding yang lainnya. Serat yang panjang juga menghilangkan kemungkinan terjadinya retak sepanjang batas
pertemuan antara serat dan matrik. Oleh sebab itu bahan komposit serat kontinyu sangat kuat dan liat jika dibandingkan dengan komposit serat tidak kontinyu.
Tetapi adakalanya komposit yang diperkuat dengan serat pendek akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar daripada yang diperkuat dengan serat
panjang, yaitu dengan cara pemasangan orientasi pada arah optimum yang dapat ditahan serat.
2.7 Komposisi dan Bentuk Serat
Berdasarkan bentuk, secara umum serat penguat mempunyai bentuk penampang lingkaran, segitiga, heksagonal atau bentuk yang lain, misalnya bujur
sangkar. Diameter suatu serat tergantung pada bahannya, dan bervariasi. Kekuatan serat juga dapat dilihat dari diameter serat itu sendiri. Diameter serat yang semakin
kecil maka pertambahan kekuatan semakin cepat, namun sebaliknya pertambahan diameter akan mengakibatkan kekuatan semakin berkurang. Perbandingan antara
panjang dan diameter serat harus cukup besar, hal ini agar tegangan geser yang
terjadi pada permukaan antar serat dan matrik kecil. Berdasarkan komposisinya, serat yang digunakan sebagai bahan penguat
18
komposit dibedakan menjadi: 1.
Serat organik, yaitu serat yang berasal dari bahan organik, misalnya selulosa, polipropilena, grafit, serat jerami, serat pisang, serat kapas, dll
2. Serat anorganik, yaitu serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik, misalnya
glass
dan keramik. Adapun serat yang mempunyai kekuatan tinggi dan tahan panas
hybrid fiber
.
2.8 Matrik
Dalam pembuatan komposit, matrik atau sering disebut resin yang banyak digunakan adalah dari jenis polimer
thermosetting
yang terdiri dari: a.
Resin Poliester Resin poliester adalah bahan matrik polimer yang paling luas penggunaanya
sebagai matrik pengikat, dari proses pengerjaan yang sederhana sampai hasil produksi yang dikerjakan dengan proses cetakan mesin. Sebagai resin
thermosetting
, poliester memiliki kekuatan mekanis yang cukup bagus, ketahanan terhadap bahan kimia, selain itu harganya relatif cukup murah. Resin jenis ini
banyak digunakan dalam
fiber reinforced plastic
karena jika diperkuat dengan serat gelas maka ketahanan panas akan lebih baik, tetapi kurang kuat. Resin poliester
dapat mengalami proses
curing
dalam suhu kamar dan dapat dipercepat dengan menambahkan katalis. Bahan poliester banyak dipergunakan untuk komposit
berpenguat serat gelas, contohnya: kapal, tangki penyimpan air dan perlengkapan bangunan.
b. Resin Epoksi
Resin ini harganya sedikit mahal, tetapi resin jenis ini memiliki keunggulan dalam hal kekuatan yang tinggi dan penyusutan yang relatif kecil setelahproses
curing
. Resin ini banyak dipakai sebagai matrik pada komposit polimer dengan penguatnya serat karbon atau Kevlar.
19
Tabel 2.1 Sifat Resin Poliester dan Epoksi Sifat
Poliester Epoksi
Kekuatan tarik MPa 40-90
55-130 Modulus elastis Gpa
2,0-4,4 2,8-4,2
Kekuatan impak Jm 10,6-21,2
5,3-53 Kerapatan gcm
3
1,10-1,46 1,2-1,3
Fungsi dari matriks adalah sebagai bahan pengikat
reinforcement,
selain sebagai bahan pengikat matriks juga berfungsi sebagai penerus gaya dari satu
partikel ke partikel yang lainnya. Matrik pada umumnya terbuat dari bahan – bahan
yang lunak dan liat.
Polimer plastis
merupakan bahan umum yang bisa digunakan. Contoh bahan polimer yang sejak dulu digunakan sebagai matriks yaitu
polyester, vinilester
dan
epoxy.
Jenis matriks polimer dibagi menjadi dua jenis : 1
Polimer Termoset Polimer termoset adalah bahan matrik yang dapat menerima suhu tinggi
atau tidak berubah karena panas. Contohnya:
Poliimid, Poliimid Amid
dan
Polidifenileter.
Adapun beberapa sifat dari resin poliester tak jenuh ini adalah Surdia, 1995: 256-258 :
1. Viskositas relatif rendah
2. Mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas
sewaktu pengesetan maka tidak perlu diberi tekanan untuk pencetakan. 3.
Resinnya kaku dan rapuh. 4.
Suhu deformasi termalnya lebih rendah dari pada resin termoset lainnya. 5.
Ketahanan panas jangka panjangnya kira-kira 110-140 C.
6. Kuat terhadap asam, tetapi lemah terhadap alkali.
7. Tahan terhadap cuaca..
8. Tahan terhadap kelembaban dan sinar UV.
2 Polimer Termoplastik.
20
Ada bahan matrik yang tidak dapat menerima suhu tinggi atau akan berubah karena panas. Contoh nya : PEEK
Poly-Ether-Ether-Ketone
PEI
Poly-Ether- Imide
,
Nilon
, dll.
2.9 Fase Ikatan
Kemampuan ikatan antara serat dan matrik dapat ditingkatkan dengan memberikan aplikasi permukaan yang disebut
coupling agent
. Tujuannya adalah meningkatkan sifat adhesi antara serat dan matrik.
Coupling agent
diperlakukan pada serat sebagai perlakuan secara kimiawi dalam bentuk
sizing
perlakuan permukaan ketika serat pada proses pembentukan dan
finishing
perlakuan yang diterapkan setelah serat dalam bentuk benang. Proses ini juga dapat melindungi
dan mencegah terjadinya kerusakan akibat gesekan antar serat sebelum dibuat menjadi struktur komposit.
2.10 Bahan Tambah
Penambahan bahan-bahan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas komposit yang akan dihasilkan.
Bahan-bahan tambahan tersebut antara lain: 1.
Katalis Katalis adalah bahan pemicu
initiator
yang berfungsi untuk mempersingkat proses
curing
pada temperatur ruang. Prosentase katalis dalam suatu bahan komposit relatif kecil sekitar 0,5-1 . Komposisi katalis pada
komposit harus sangat diperhatikan. Komposit dengan kadar katalis yang terlalu sedikit akan mengakibatkan proses
curing
yang terlalu lama, dan apabila kelebihan katalis maka akan menimbulkan panas yang berlebihan saat proses
curing
sehingga akan merusak produk komposit yang dibuat. Katalis yang digunakan berasal dari
organic peroxide
seperti
methyl ethyl ketone peroxide
dan
acetyl acetone peroxide
. 2.
Akselerator Akselerator adalah suatu bahan yang biasa digunakan dengan tujuan untuk
mempercepat proses
curing
. Akselerator yang bereaksi dengan katalis di dalam resin
polyester
akan memberikan reaksi eksoterm antara suhu 80
o
-120
o
. Akselerator yang biasa digunakan adalah
cobalt
,
amine
, dan
vanadium
. Pada proses
curing
, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
perbandingan akselerator sekitar 1 volume resin, sedangkan untuk katalis menggunakan perbandingan volume 0,5 dari volume resin.
3. Pigmen atau pasta berwarna
Pigmen atau pasta pewarna hanya dipergunakan pada akhir proses dari pembuatan FRP, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan
kemampuan FRP. Apabila pigmen dan pasta pewarna ini digunakan saat produksi, maka harus dipilih bahan yang sesuai sehingga tidak mempengaruhi proses
curing
. Pada pelapisan akhir
gel coating
, perbandingan pigmen atau pasta pewarna adalah 10-5 dari berat resin. Beberapa pilihan warna dari pigmen antara lain:
zinc yellow
,
chrome orange
, dan
red iron oxide
.
4. Release agent
Release agent
atau zat pelapis yang berfungsi untuk mencegah lengketnya produk pada cetakan saat proses pembuatan. Pelapisan dilakukan sebelum proses
pembuatan dilakukan.
Release agent
yang biasa digunakan antara lain:
waxes
semir,
mirror glass
,
polyvynil alcohol
,
film forming
, dan oli, dapat dilihat pada gambar 2.8.