Matematika Sekolah Menengah LANDASAN TEORI

muatan kurikulum, sehingga untuk mata pelajaran matematika juga menggunakan sistem dan teknik penilaian di atas. Mata pelajaran matematika termasuk kategori kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentu saja dalam pelaksanaannya, teknik penilaian tersebut juga disesuaikan dengan kondisi dan tujuan mata pelajaran matematika itu sendiri.

F. Matematika Sekolah Menengah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ikut mempengaruhi penyusunan kurikulum pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan dapat berjalan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, di mana salah satu mata pelajarannya adalah matematika. Materi matematika yang ada pada jenjang Sekolah Menengah Pertama merupakan pengembangan dari materi matematika yang ada pada jenjang Sekolah Dasar, di antaranya aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, peluang, dan statistik. Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan, yaitu di jenjang pendidikan dasar dan menengah dinamakan matematika sekolah. Pada dasarnya matematika sekolah merupakan unsur – unsur atau bagian – bagian matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan pendidikan dan tuntutan perkembangan lingkungan alam dan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri – ciri matematika sekolah yang penting, sehingga membedakan matematika sebagai ilmu adalah: 1. Penyajian matematika sekolah. Penyajian matematika sekolah selalu disesuaikan dengan tingkat intelektual dan pemikiran dari peserta didik. Penyajian materi matematika sekolah dilaksanakan dengan mengkaitkan butir – butir yang akan disampaikan dengan realitas di sekitar peserta didik atau disesuaikan dengan fungsi matematika dalam kehidupan sehari – hari. Sedangkan penyajian matematika sebagai ilmu, dimulai dengan definisi kemudian teorema dan bahkan didahului dengan aksioma. 2. Pola pikir matematika sekolah Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif, dimana sifat dan teorema yang ditemukan secara induktif atau empirik harus dibuktikan kebenarannya dengan langkah – langkah deduktif sesuai dengan struktur. Sedangkan dalam pembelajaran matematika sekolah, peserta didik diharapkan mampu berfikir deduktif, namun dalam proses pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif yang digunakan dimaksud untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik. 3. Keterbatasan semesta Sebagai akibat dipilihnya unsur – unsur atau elemen – elemen matematika untuk matematika sekolah, dengan memperhatikan aspek pendidikan dapat terjadi penyederhanaan dari konsep matematika yang kompleks. Pengertian semesta pembicaraan tetap diperlukan, namun mungkin sekali dipersempit. Selanjutnya semakin meningkat usia peserta didik, yang berarti meningkat juga perkembangan intelektualnya, maka semesta pembicaraan akan diperluas. 4. Tingkat keabstrakan matematika sekolah Sifat keabstrakan matematika tetap ada pada matematika sekolah dan sering disebut objek mental yang terdiri dari fakta, konsep, operasi relasi, prinsip. Dalam pembelajaran matematika sekolah, merupakan tugas dan tanggung jawab guru untuk mengurangi sifat abstrak dari objek matematika sehingga memudahkan peserta didik untuk menangkap apa yang sedang dipelajari. Dengan kata lain, guru matematika, dengan melihat perkembangan penalaran peserta didik harus mengusahakan agar fakta, konsep, operasi, dan prinsip dalam matematika terlihat konkrit atau nyata. Pada jenjang sekolah dasar sifat konkrit dari matematika diusahakan lebih besar dari jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang sekolahnya, semakin tinggi tingkat keabstrakannya Soedjadi, R. 2000 dalam Honi : 2003. Melihat kenyataan yang ada, maka sebaiknya matematika sekolah diberikan kepada peserta didik lebih diarahkan untuk dapat menumbuhkan kemampuan yang dapat ditransfer dalam kehidupan peserta didik yang akan yang akan datang. Kemampuan – kemampuan yang dapat ditransfer, yang dapat timbul melalui pembelajaran matematika tidak hanya kemampuan atau keterampilan untuk menggunakan matematika atau menerapkan matematika atau berupa keterampilan untuk menyelesaikan soal – soal matematika, namun lebih ditekankan pada usaha untuk mengembangkan pribadi peserta didik untuk menjadi lebih baik. Kemampuan transferable yang dicapai melalui pembelajaran matematika adalah : 1. Kemampuan menerapkan, menggunakan matematika dalam bidang lain. Kemampuan ini sudah diketahui secara umum, baik dalam bentuk yang amat sederhana maupun bentuk yang kompleks. Kemampuan inilah yang umumnya dipandang nyata dan penting, sehingga seorang berpendapat bahwa seorang anak tidak dapat berhitung, maka pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dianggap tidak berhasil. 2. Kemampuan berfikir, antara lain melakukan analisis, sintesis, dan mengkontruksi ataupun menggunakan satu model matematika. 3. Kemampuan membedakan yang benar dan yang salah serta kemampuan menggunakan alasan - alasan yang logis serta sikap konsisten. 4. Kemampuan bekerja keras, berkonsentrasi, dan mandiri. 5. Kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pemikiran matematika. Untuk dapat mencapai kemampuan – kemampuan tersebut, maka proses pembelajaran tidak perlu bertumpu pada banyaknya materi yang harus diajarkan, tetapi lebih ditekankan pada materi essensial yang dapat diolah sedemikian rupa sehingga mampu mendorong tumbuhnya kemampuan – kemampuan tersebut di atas. Namun, kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada peserta didik di bidang aritmatika sosial jual beli di jenjang Sekolah Menengah Pertama, maka uraian materinya mencakup antara lain : 1. Penguasaan atas konsep pembelian, penjualan, laba, dan rugi. 2. Rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan penjualan. 3. Penerapan aplikasi rumus menghitung laba dan rugi. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Sedangkan mata pelajaran matematika untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama sendiri mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut Depdiknas, 2008 : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki nilai menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Ruang lingkup dari mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SMP meliputi aspek – aspek sebagai berikut : 1. Bilangan 2. Aljabar 3. Geometri dan Pengukuran 4. Statistika dan Peluang

BAB III METODE PENELITIAN