Hasil Wawancara Gambaran Umum Objek Penelitian

37 Bapak Lie adalah SMA. Selain bekerja, beliau menghabiskan waktu dalam sebuah organisasi keagamaan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa para informan memiliki latar belakang demografis usia dan latar belakang pekerjaan yang berbeda dan penentuan informanpun dilakukan secara acak, sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih bervariasi. Selain itu dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda akan memiliki perbedaan pula dalam hal pemikiran, cara pandang, pengetahuan antara informan yang satu dengan yang lain. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh informasi mengenai persepsi masyarakat tentang berbagai kuis yang mengandung unsur judi di televisi. Setiap informan dalam penelitian kualitatif dianggap sebagai individu yang unik sehingga data yang didapatkan dari informan tidak dianggap mewakili pendapat umum secara keseluruhan.

4.2.2. Hasil Wawancara

4.2.2.1.Deskripsi Persepsi Masyarakat Secara Umum Terhadap Tayangan Televisi Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil wawancara mendalam peneliti dengan beberapa informan terkait dengan pertanyaan umum seputar tayangan televisi. Diantaranya mengenai frekuensi dan durasi menonton serta persepsi terhadap sebuah tayangan acara. Umumnya para informan mengakui bahwa di sela kesibukannya, mereka masih meluangkan waktunya untuk menonton televisi, meskipun waktu yang disediakan tidak terlalu banyak. Berikut adalah kutipan dari hasil wawancara tersebut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 38

1. Frekuensi dan Durasi Menonton Televisi

INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB “Aku sehari-hari kan kuliah mas, biasanya aku menonton televisi tuh jam 5 sore-an ke atas sampai malam. Jadi kurang lebih sekitar 6 jam-an lah, tergantung acara dan juga moodku. Kalo emang lagi pengen nonton ya bisa lebih dari itu, tapi kalo lagi males paling jam 9 an dah tidur”. Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa informan pertama yaitu Dewi 19 tahun yang berstatus sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya, mengakui bahwa dirinya tidak memiliki banyak waktu untuk menonton televisi. Sehari-hari, aktivitas Dewi hanya berkuliah, selepas aktivitas itu barulah Dewi meluangkan waktu untuk menonton televisi karena pada saat itulah Dewi dapat merasa santai. Dari sisi waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi juga tidak terlalu lama, kurang lebih sekitar 6 jam saja. Informasi tersebut menunjukkan bahwa informan adalah pemirsa yang tidak cukup aktif untuk menikmati tayangan televisi. Informasi yang senada juga disampaikan oleh informan kedua dan ketiga, keduanya menyatakan bahwa tidak banyak waktu yang mereka luangkan untuk menonton televisi di rumah, rata-rata para informan hanya menghabiskan waktu 5- 6 jam saja di depan televisi karena sudah terlalu capek setelah seharian beraktivitas. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan dua dan tiga. INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB ”Tidak terlalu banyak mas, paling hanya 5 jam saja dalam sehari”. Informan kedua yaitu Bapak Mustopo 54 tahun adalah seorang wiraswasta, sehari-hari Bapak Mustopo beraktivitas mengelola usaha sendiri di rumah dan menjadi penceramah agama. Bapak Mustopo mengakui bahwa kegiatannya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 39 menonton televisi hanya di sela-sela waktu saja, terutama di jam-jam setelah beribadah. Oleh karena itu Bapak Mustopo tidak banyak meluangkan waktu untuk menonton televisi. INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “Tidak lama mas, tergantung dinas kan…tapi kalau pas lagi nonton televisi saya paling hanya 4-5 jam saja dalam sehari”. Demikian halnya dengan Bapak Bambang 57 tahun. Sehari-hari Bapak Mustopo masih aktif berdinas di Reskrim Polsekta Tegalsari, di bagian Unit Reskrim dan Humas Polsekta Tegalsari. Oleh karena itu waktunya untuk menonton televisi hanyalah selepas bekerja yaitu sore atau malam hari atau jika beliau sedang tidak berdinas. Demikian halnya dengan informan keempat, yaitu Bapak L 40 tahun, seorang karyawan swasta. Menurut pengakuan beliau, tidak lama waktu yang dihabiskannya untuk menonton televisi, paling lama hanya 5 jam saja, karena sudah terlalu lelah bekerja sehingga beliau hanya ingin beristirahat selepas bekerja. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak L. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB “Tidak lama mas, paling hanya 5 jam saja. Kalau pulang bawaannya capek pengen istirahat”. Berdasarkan hasil wawancara dengan empat informan di atas dapat diketahui bahwa umumnya para informan menghabiskan waktu di depan televisi hanya sekitar 4 hingga 5 jam saja dalam sehari dan umumnya dilakukan sore hingga malam hari selepas informan beraktivitas. Hal tersebut menunjukkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 40 bahwa informan bukan pemirsa aktif televisi sehingga tidak banyak diterpa tayangan-tayangan acara di televisi.

2. Aktivitas Menonton Televisi

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan diketahui bahwa secara umum informan menghabiskan waktu untuk menonton televisi bersama keluarga, baik saudara ataupun istri dan anak-anak. Dari berbagai alasan yang dikemukakan informan, umumnya para informan menganggap bahwa dengan menonton televisi dapat menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB ”kadang sendiri, kadang sama keluarga. Cuman paling sering sama keluarga, misal ada papa-mama atau kalo nggak sama kakak”. Informan pertama yaitu Dewi menyatakan bahwa setiap menonton televisi, dia terkadang menonton sendiri dan terkadang bersama keluarga, namun aktivitas terbanyak menonton televisi, informan habiskan bersama keluarga. Informasi senada juga disampaikan oleh informan kedua dan ketiga yang menyatakan bahwa INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB ”kadang sendiri, kadang sama keluarga. Cuman paling sering sama keluarga, kalo pas anak-anak di rumah ya, kami menonton bersama. Sekalian kumpul keluarga”. Dari hasil wawancara peneliti dengan informan kedua yaitu Bapak Mustopo, diketahui bahwa pada saat menonton televisi, beliau lebih sering menonton bersama keluarga terutama jika anak-anak beliau sedang berada di Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 41 rumahnya. Aktivitas menonton televisi bersama menjadi momen penting bagi beliau dan keluarga untuk berkumpul. Hal senada juga disampaikan oleh informan ke tiga dan keempat yaitu Bapak Bambang dan Bapak L. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan. INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “tergantung situasi dan kondisi Mas. kadang sendiri, kadang sama keluarga. Apalagi kalau pas anak-anak datang ke rumah. Rame jadinya nonton bersama keluarga”. Bapak Bambang mengaku bahwa aktivitas menonton televisi yang dia lakukan tergantung situasi dan kondisi di rumah, terkadang sendiri terkadang menonton bersama keluarga. Terutama jika anak-anak beliau sedang berada di rumah. Karena aktivitas tersebut, beliau merasa rumahnya menjadi hangat karena semua keluarga menjadi berkumpul. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB “kadang sendiri, kadang sama ibunya anak-anak. Cuma paling sering sama ibu. Anak-anak jarang nonton televisi di ruang tengah, biasanya mereka suka nonton di kamarnya masing-masing”. Hasil wawancara dengan Bapak L menunjukkan bahwa aktivitas menonton televisi yang dilakukan beliau umumnya dilakukan bersama keluarga terutama istrinya. Mengingat anak-anaknya jarang menonton televisi di ruang tengah bersama orang tua. Dengan demikian dapat diketahui bahwa empat informan yang diwawancarai dalam penelitian ini umumnya melakukan aktivitas menonton televisi bersama keluarga, karena menurut mereka dengan menonton Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 42 televisi bersama dapat menghangatkan kebersamaan keluarga sehingga membuat aktivitas menonton televisi jadi kegiatan yang menyenangkan bersama keluarga.

3. Perhatian Pada Saat Menonton Televisi

Perhatian menunjukkan seberapa besar perhatian atau respon yang diberikan oleh informan terhadap sebuah tayangan acara di televisi. Semakin perhatian pemirsa terhadap sebuah acara menunjukkan bahwa pemirsa tersebut akan semakin paham dengan pesan yang disampaikan oleh acara tersebut. Perhatian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perhatian terhadap gambar, tokoh, jalan cerita atau tema cerita. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB ”hmm…..sambil berpikir apa ya mas ?....biasanya aku tuh pilih nonton acara di televisi itu karna temanya. Maksud aku, apa sinetron, musik, kuis atau lainnya”. oh gitu…..kalo aku, biasanya emang memperhatikan….karna menonton televisi buat aku nggak hanya sekedar nonton aja, tapi biasanya aku suka diskusikan sama keluarga atau orang lain yang sedang nonton sama aku. Jadi kalo ada acara dengan tema-tema yang menarik pasti aku bakalan memperhatikan. Ketika peneliti menanyakan tentang perhatian pertama kali para informan terhadap sebuah acara yang ditonton. Jawaban yang diberikan cenderung sama, yaitu berkaitan dengan temanya. Seperti yang disampaikan oleh Dewi. Dewi menyatakan bahwa perhatiannya pertama kali tertuju pada tema acara, apakah sinetron, musik, kuis atau lainnya. Sebagai remaja, Dewi mengaku menyukai acara yang bertema hiburan seperti musik ataupun kuis dan setiap menonton Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 43 sebuah acara di televisi, Dewi selalu memperhatikan pesan yang disampaikan. Dewi menyatakan bahwa tujuan dirinya menonton televisi bukan hanya untuk sekedar menonton saja tetapi juga untuk berdiskusi bersama keluarga ataupun orang lain yang sedang menonton bersama dirinya. Jadi setiap ada acara dengan tema-tema yang menarik, Dewi pasti sangat memperhatikan pesan yang ada dalam acara tersebut. INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB sambil berpikir apa ya mas ?....kalau saya tidak terlalu suka acara-acara anak muda, jadi biasanya saya memilih acara yang temanya bagus, seperti berita atau hiburan. Hasil wawancara peneliti dengan informan kedua yaitu Bapak Mustopo, peneliti dapat mengetahui bahwa informan tidak terlalu menyukai acara-acara yang diperuntukkan untuk anak muda, jadi Bapak Mustopo lebih menyukai acara yang bertema bagus seperti berita ataupun hiburan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat menonton acara di televisi, hal yang pertama kali diperhatikan adalah tentang temanya. Untuk memperjelas bagaimana perhatian informan terhadap acara di televisi tersebut, berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan : INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB ”oh begitu…..kalau saya, memang selalu memperhatikan mas. Lha buat apa kita nonton kalau tidak menyerap informasi yang ada di dalamnya. Apalagi saat menonton bersama keluarga, dengan ibu atau anak-anak, biasanya kami suka berdiskusi mengenai acara yang sedang ditonton bersama”. Dari kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa informan kedua yaitu Bapak Mustopo selalu memperhatikan pesan yang disampaikan dalam setiap Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 44 acara televisi yang dilihatnya. Menurut Bapak Mustopo, tujuan dirinya menonton tidak hanya untuk menikmati tayangan acara di televisi tetapi juga untuk menyerap informasi di dalamnya karena kebiasaan dalam keluarga Bapak Mustopo adalah berdiskusi atau membahas tema-tema penting dalam sebuah acara di televisi. INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “apa ya mas ? .... sambil berpikir. Saya itu sukanya olahraga, jadi saya suka sekali nonton acara olahraga. Atau kalau tidak ya berita atau hiburan. Saya tidak suka sinetron atau musik-musik anak muda”. Dari hasil wawancara peneliti dengan informan ke tiga yaitu Bapak Bambang diketahui bahwa sehari-hari beliau lebih banyak menonton acara televisi yang bertema olahraga mengingat beliau hobi berolahraga. Namun jika tidak, beliau lebih memilih menonton acara berita atau hiburan dan tidak terlalu menyukai acara sinetron atau musik-musik untuk anak muda. Ketika peneliti menanyakan tentang bentuk perhatian Bapak Bambang terhadap setiap acara di televisi, beliau menyatakan bahwa dirinya selalu memperhatikan pesan yang ada, karena menurut beliau menonton televisi juga bermanfaat untuk menyerap informasi yang ada di dalamnya. Berikut adalah petikan wawancaranya : INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “kalau saya, cenderung selalu memperhatikan mas. Untuk apa menonton kalau tidak menyerap informasi yang ada di dalamnya. Kan dapat 2 manfaat sekaligus”. Demikian halnya dengan pernyataan Bapak Lie, informan keempat. Beliau menyatakan bahwa perhatian pertama beliau pada saat menonton televisi tertuju Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 45 pada tema acara. Menurut Beliau jika tema acaranya bagus maka beliau akan melihat, sebaliknya jika tema acaranya kurang bagus maka beliau akan memilih mengganti acara yang lain. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan keempat. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB ”...........sambil berpikir kalau saya lihat temanya dulu. Kalau bagus dan menarik, baru saya melihat”. Selanjutnya setiap menonton televisi, Bapak Lie mengaku tidak terlalu memperhatikan pesan yang disampaikan kecuali beliau benar-benar tertarik dengan tema yang disampaikan. Jika tidak terlalu menarik untuk dilihat maka beliau merasa malas untuk menonton mengingat saat ini banyak acara di televisi yang tidak jelas tema dan alur ceritanya. Pernyataan Bapak L terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini : INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB ”oh gitu to…..kalau saya, tidak terlalu memperhatikan mas. Kecuali temanya benar-benar menarik untuk saya. Malas mas, kalau cuma melihat acara-acara yang tidak penting”. Dari hasil wawancara peneliti dengan empat informan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa umumnya para informan selalu memperhatikan pesan yang disampaikan dalam setiap acara yang ditonton. Menurut para informan, alasan mereka menonton tidak hanya untuk menikmati acara televisi saja tetapi juga untuk menyerap informasi yang diberikan dalam acara tersebut, sehingga pada akhirnya mereka memperoleh manfaat tambahan disamping hiburan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 46

4. Persepsi Terhadap Tayangan Acara Yang Baik

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil wawancara peneliti dengan para informan berkaitan dengan persepsi pemirsa terhadap tayangan acara yang baik. Pada umumnya persepsi informan tentang sebuah acara yang baik adalah sama yaitu acara yang tidak hanya mengejar rating saja tetapi diharapkan acara tersebut memiliki pesan moral untuk para pemirsanya. Berikut adalah kutipan wawancara dengan masing-masing informan sebagaimana terangkum dalam petikan wawancara berikut ini : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB “kalo menurut aku, acara yang baik itu nggak hanya sekedar mengejar rating atau penghasilan stasiun televisi aja, tapi juga acara yang mengandung unsur edukasi….maksudnya ada pesan moral gitu yang disampaikan kepada pemirsa. Jadi nggak hiburan aja….” Menurut Dewi, persepsinya mengenai acara yang baik adalah acara yang tidak hanya sekedar mengejar rating atau penghasilan televisi saja, tetapi juga acara yang mengandung unsur edukasi atau pendidikan untuk para pemirsa. Termasuk juga pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pemirsa. Mengingat saat ini banyak sekali acara-acara kurang bermutu yang hanya sekedar mengejar rating dan tidak mengandung sisi positif sama sekali. Sebagai mahasiswa, Dewi memiliki pemikiran kritis bahwa tayangan acara yang baik harus mengandung unsur yang mendidik sehingga pemirsa dari berbagai segmen usia dapat menyerap informasi yang disampaikan. Sebagai contoh adalah tayangan “Mario Teguh” yaitu tayangan yang bertujuan untuk memotivasi para pemirsa melalui sikap dan tingkah laku sehari-hari. Acara talkshow tersebut Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 47 dikemas ringan namun unsur pesan moralnya dapat diterima dengan jelas oleh pemirsa. Demikian halnya dengan acara-acara lain. INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB ”wah ini kebetulan Mas, kalau Bapak ditanyakan masalah itu, karna saat ini menurut Bapak banyak acara yang kurang baik, baik dari sisi materi atau pesannya ataupun dari sisi penyampaiannya. Banyak acara yang sekedar mengejar rating saja dan melupakan dampak dari penayangan acara tersebut kepada pemirsanya ”. ”menurut Bapak, acara yang baik adalah acara yang bermanfaat untuk pemirsanya, baik dari sisi materinya seperti memberikan informasi ataupun hiburan. Karna kita nonton televisi itu kan tidak hanya untuk hiburan to Mas, tapi juga cari informasi”. Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mustopo diketahui bahwa saat ini banyak sekali acara-acara yang kurang baik baik dari sisi materi atau pesannya serta dari sisi penyampaiannya. Menurut Beliau banyak acara yang sekedar mengejar rating saja dan melupakan dampak dari penayangan acara tersebut kepada pemirsanya. Sebagai seorang ayah dan pendidik, beliau berharap banyak acara-acara yang lebih mengutamakan pesan moral kepada pemirsanya seperti misalnya acara ”Jika Aku Menjadi” yang mengangkat sisi perjuangan masyarakat kelas bawah, sehingga diharapkan dari acara semacam itu, dapat menumbuhkan sikap empati yang kuat dari masyarakat terhadap kondisi di lingkungannya. Karena di alquran sudah dituliskan bahwa perjudian itu pebuatan dosa seperti Surat Annisa ayat 29 هﺬﺧأو ﺎ ﺮ ا ﺪﻗو اﻮﻬ ﻪ ﻋ ﻬ آأو لاﻮ أ سﺎ ا ﻃﺎ ﺎ ﺎ ﺪﺘﻋأو ﺮﻓﺎﻜ ﻬ ًﺎ اﺬﻋ ًﺎ أ Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 48 Dan juga disebabkan mereka mengambil riba padahal mereka telah dilarang melakukannya adalah mereka telah dilarang melakukannya, dan disebabkan mereka memakan harta orang dengan jalan yang salah tipu, judi dan sebagainya. Dan ingatlah Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang kafir di antara mereka, azab seksa yang tidak terperi sakitnya. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bapak Bambang. Beliau berpendapat bahwa acara yang baik adalah acara yang memberikan manfaat untuk pemirsanya dan bukan hanya sekedar mengejar rating dan pendapatan untuk stasiun televisi saja. Menurut Beliau, di televisi saat ini banyak acara-acara yang lebih mengutamakan unsur hiburan seperti halnya infotainment yang lebih banyak menyoroti aib daripada memberikan edukasi kepada para pemirsa. Yang perlu dikhawatirkan adalah masyarakat tidak peka atau kurang kritis dalam menyikapi berbagai tayangan sejenis yang marak di berbagai stasiun televisi sehingga akan memberikan dampak buruk kepada pemirsa seperti kemerosotan moral atapun kenakalan remaja. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak Bambang : INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “Menurut saya, acara yang baik adalah acara yang memberikan manfaat untuk pemirsanya. Bukan hanya sekedar mengejar rating dan pendapatan untuk stasiun televisi saja. Sekarang itu banyak sekali acara yang lebih mengutamakan hiburan saja seperti infotainment yang lebih banyak menyoroti aib daripada memberikan edukasi kepada pemirsanya”. Setelah menguraikan hasil wawancara dengan tiga informan terdahulu, berikut ini adalah kutipan wawancara dengan informan ke empat yaitu Bapak L Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 49 yang juga memberikan pernyataan yang sama tentang persepsi terhadap tayangan acara yang baik di televisi. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB “menurut saya, acara yang baik itu acara yang bermanfaat untuk pemirsanya. Bermanfaat untuk semua usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Maksudnya ada pesan moral yang disampaikan kepada pemirsa, tidak hanya sekedar hiburan saja”. Dari kutipan wawancara di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa menurut persepsi Bapak Lie, acara yang baik adalah acara yang bermanfaat untuk pemirsanya, artinya bermanfaat untuk semua segmen usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Jadi tidak hanya mengutamakan hiburan tetapi juga unsur pesan moral yang baik kepada para pemirsanya. Deskripsi Persepsi Masyarakat Terhadap Acara Kuis Yang Berbau Judi Di Televisi Setelah menguraikan pendapat masyarakat yang diwakili oleh para informan tentang persepsi pada sebuah acara televisi yang baik, berikut ini peneliti akan memaparkan hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai persepsi masyarakat terhadap maraknya acara kuis yang berbau judi di televisi. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan.

1. Daya Tarik Acara Kuis

Menurut informan pertama yaitu Dewi, acara di televisi yang menarik minatnya untuk menonton televisi adalah acara hiburan. Salah satunya adalah acara kuis. Dari hasil pengakuannya diketahui bahwa dari sekian banyak kuis yang ada di televisi, dirinya suka menonton acara kuis Super Deal 2 Milyar yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 50 ditayangkan di stasiun televisi ANTV. Hal tersebut terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini: INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB ”aku biasanya suka nonton kuis super deal 2 milyar di ANTV”. Selanjutnya, peneliti menanyakan tentang beberapa hal yang menjadi daya tarik utama dari acara kuis tersebut dan Dewi memberikan jawaban bahwa daya tarik utama dari kuis tersebut adalah karena hadiah yang ditawarkan selain itu cara bermain dalam kuis tersebut juga mudah. Hal tersebut yang menarik minat pemirsa seperti Dewi, mudah dan berhadiah besar. Pernyataan Dewi terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB “ya hadiahnya itu lho mas…..gede-gede. Selain itu cara mainnya juga gampang”. Pendapat serupa disampaikan oleh Bapak Bambang selaku informan 3. Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Bambang diketahui bahwa selama ini beliau juga menyukai acara kuis super Deal 2 Milyar yang ditayangkan di ANTV, terutama jika anak-anak sedang menonton kuis yang sama. INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “saya nggak terlalu hafal mas acara kuis di televisi, tapi kalau pas anak- anak nonton kuis apa itu….super deal ya ….saya suka ikutan juga”. Ketika ditanyakan daya tarik utama dari acara kuis yang disukainya, Bapak Bambang memberikan jawaban bahwa hal yang menarik minatnya menyukai kuis tersebut adalah karena faktor lucu meskipun di dalamnya terdapat unsur judi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 51 Menurut beliau, sangat menarik melihat keberuntungan para peserta, karena jika ada peserta yang memenangkan hadiah maka anggota timnya yang lain juga akan merasakan kegembiraannya sedangkan jika peserta tersebut gagal, maka peserta akan pulang dengan tangan hampa namun tetap merasakan kegembiraan karena telah ikut serta dalam acara kuis tersebut. Daya tarik utama kuis Super Deal 2 Milyar menurut Bapak Bambang karena rasa penasaran yang muncul di setiap kemunculan tirai 1 atau 2 atau 3. Uraian wawancara peneliti dengan Bapak Bambang terangkum dalam petikan wawancara berikut ini : INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “lucu aja….ada gamblingnya juga, kalau pas beruntung ya dapat…semua senang, kalau tidak ya…tetap senang aja, karna sudah dapat hadiah hiburan. Penasaran aja, ada apa di balik tirai 123… Berbeda dengan pendapat Dewi serta Bapak Bambang, informan kedua dan keempat yaitu Bapak Mustopo dan Bapak Lie, memberikan jawaban bahwa kuis yang disukainya adalah kuis 1 lawan 100 yang ditayangkan di Indosiar. Seperti yang terangkum pada kutipan wawancara berikut ini : INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB ”Saya biasanya menonton kuis 1 lawan 100 mas, di Indosiar ya kalau nggak salah”. Ketika dikorek informasi mengenai hal yang menjadi daya tarik utama dari acara kuis tersebut, Bapak Mustopo menyatakan bahwa alasan utamanya adalah karena dirinya menyukai informasi. Menurut Beliau, acara kuis 1 lawan 100 berbeda dengan acara kuis lainnya yang umumnya hanya mengutamakan hiburan. Dalam acara tersebut, lebih mengutamakan informasi atau pengetahuan untuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 52 pemirsa sehingga pemirsa tidak hanya mendapatkan hiburan tetapi juga tambahan pengetahuan melalui berbagai pertanyaan yang diajukan dalam kuis tersebut. Selanjutnya peserta juga diberikan iming-iming berupa hadiah uang tiap berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan oleh presenter. Berikut adalah pernyataan Bapak Mustopo melalui petikan wawancara di bawah ini : INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB ”seperti yang saya sampaikan tadi, saya suka informasi. Nah, dari kuis-kuis yang lain, 1 lawan 100 itu kan memberikan pertanyaan kepada para pesertanya. Jadi menurut saya, dengan menonton kuis tadi, saya dapat hiburan sekaligus dapat informasi”. Pendapat serupa dengan informan kedua disampaikan oleh Bapak L yang mengaku menyukai sekali acara kuis 1 lawan 100 yang ditayangkan di Indosiar. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB ”Saya biasanya suka menonton kuis 1 lawan 100 mas”. Menurut Bapak Lie, alasan utama dirinya menyukai acara kuis tersebut karena adanya unsur tambahan ilmu pengetahuan yang didapat oleh pemirsa setelah menyaksikan acara tersebut. Dibandingkan dengan acara-acara kuis yang ada di televisi, acara kuis 1 lawan 100 cukup menarik karena peserta diberikan pertanyaan yang sifatnya melatih kemampuan pengetahuan peserta, selama menonton pemirsa juga dapat berlatih menjawab pertanyaan yang diajukan oleh presenter sehingga timbul rasa penasaran jika jawaban yang diberikan salah atau tidak sesuai dengan jawaban dari kuis. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak Lie. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 53 INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB ”menurut saya, kuis-kuis sekarang kan Cuma hiburannya saja yang menonjol, kalau 1 lawan 100 menarik, karena ada pertanyaan yang diuji. Jadi melatih kemampuan peserta”. Dari hasil wawancara peneliti dengan empat informan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa daya tarik utama dari kuis-kuis di televisi adalah karena adanya ide kreatif yaitu hadiah besar yang ditawarkan kepada peserta dan juga diberikannya pertanyaan-pertanyaan yang mengasah kemampuan otak para peserta. Dalam siaran televisi, pemicu ketertarikan dapat berupa efek suara, musik, suatu aksi atau tampilan visual yang menarik dan juga ide yang memikat. Dengan demikian adanya ide kreatif berupa tawaran hadiah besar kepada peserta dan juga diberikannya pertanyaan-pertanyaan yang mengasah kemampuan otak para peserta merupakan salah satu pemicu yang dapat membuat orang tertarik untuk menonton acara kuis-kuis di televisi. Dengan memberikan perhatian lebih terhadap rangsangan yang diterima berupa tawaran hadiah besar kepada peserta dan juga diberikannya pertanyaan-pertanyaan yang mengasah kemampuan otak para peserta maka pemirsa televisi mengabaikan rangsangan yang lain. Proses dalam memberikan perhatian terhadap suatu rangsangan dan mengabaikan rangsangan yang lain termasuk dalam proses seleksi yang nantinya dapat membentuk persepsi. Seperti yang disampaikan Wood 1997:40 menjelaskan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 54 persepsi adalah proses aktif dari seleksi, pengorganisasian dan interpretasi terhadap manusia, objek, peristiwa, situasi dan aktivitas.

2. Persepsi Adanya Unsur Judi Dalam Acara Kuis Di Televisi

Acara kuis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat mengenai maraknya acara kuis yang mengandung unsur judi di televisi. Oleh karena itu pada bagian ini akan dipaparkan hasil wawancara peneliti dengan empat informan mengenai ada tidaknya unsur judi dalam acara kuis yang mereka sukai. Berikut adalah kutipan wawancaranya : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB “Judi ? kalo maksud mas, judi seperti yang umumnya ditemui di masyarakat kayaknya nggak deh mas. Karna logikanya, kalo emang acara kuis tadi lebih kuat unsur judinya, pasti nggak akan lolos sensor di televisi”. Ketika informan ditanya lebih lanjut mengenai ada tidaknya unsur judi daam acara kuis yang disukainya. Informan pertama yaitu Dewi, menyatakan bahwa acara kuis yang disukainya yaitu kuis super deal 2 milyar di ANTV tidak mengandung unsur judi seperti halnya kegiatan perjudian seperti yang marak dilakukan di masyarakat. Dewi berpendapat bahwa setiap acara yang ditayangkan di televisi pasti sudah lolos sensor dari Badan Sensor Televisi, baik yang berkaitan dengan isi atau materi acara. Oleh karena itu, jika acara kuis super deal 2 milyar dapat ditayangkan di televisi maka acara tersebut sudah pasti dinyatakan lolos sensor oleh badan yang berwenang dan tidak merugikan pemirsanya. Masih terkait dengan acara kuis Super Deal 2 Milyar, Bapak Bambang memberikan pernyataan bahwa kuis super Deal 2 Milyar tidak mengandung unsur Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 55 judi. Berikut pernyataan Bapak Bambang sebagaimana terangkum pada kutipan wawancara berikut ini : INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB Oh begitu maksudnya, jadi gini mas….kalau memang unsur begitu yang dimaksud dalam kategori judi. Menurut saya tidak mas, karena acara tersebut kan murni untuk hiburan kepada pemirsa. jadi tidak ada pihak yang dirugikan. Kecuali ada pihak-pihak yang merasa dirugikan seperti dibohongi atau menerima hadiah yang tidak sesuai dengan yang diinformasikan baru bisa dikatakan penipuan. Tapi kalau murni judi, saya rasa tidak. Menurut Bapak Bambang yang berprofesi sebagai anggota Polri, acara kuis super deal 2 milyar yang disukainya tidak mengandung unsur judi, sebab acara tersebut murni memberikan hiburan kepada pemirsa. Jadi tidak ada pihak yang dirugikan. Kecuali ada pihak-pihak yang merasa dirugikan seperti dibohongi atau menerima hadiah yang tidak sesuai dengan yang diinformasikan maka hal tersebut disebut sebagai penipuan. Tetapi bila dikatakan acara yang murni mengandung judi, Bapak Bambang tidak sependapat dengan hal tersebut. Menurut persepsi Bapak Bambang, acara kuis super deal 2 milyar tidak sama dengan kasus perjudian yang sering beliau tangani, karena dalam acara kuis tersebut tidak ada barang bukti berupa uang yang dipertaruhkan, jadi peserta hanya menerima uang yang dimenangkannya jika memang telah menyelesaikan permainan tersebut. Karena unsur hiburan lebih kental dalam acara kuis tersebut maka menurut Bapak Bambang yang berdinas sebagai anggota Polri, acara kuis super deal 2 milyar tidak mengandung unsur judi. Pendapat berbeda disampaikan oleh Bapak Mustopo yang sehari-hari aktif dalam kegiatan keagaamaan di lingkungan rumahnya. Ketika peneliti menanyakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 56 tentang ada tidaknya unsur judi dalam acara kuis yang disukainya yaitu kuis lawan 100 di Indosiar, beliau menyatakan memang ada sedikit ada unsur judi. Berikut adalah petikan wawancara peneliti dengan Bapak Mustopo : INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB “Baik, secara umum memang menurut saya berbagai acara kuis di televisi itu ada sedikit mengandung unsur judi. Unsur judinya mungkin dari hadiah yang dipertaruhkan oleh para peserta. Kan memang awalnya peserta diberikan modal, nah setelah beberapa permainan, peserta juga diberikan pilihan yang mengharuskan untuk mempertaruhkan uang yang diperolehnya. Hampir sama dengan judi di masyarakat. Cuma memang bedanya kalau di kuis, uangnya dimodali oleh acaranya, sedangkan kalau judi betulan, uangnya murni uang kita sendiri. Betul kan ?” Menurut Bapak Mustopo, adanya unsur judi dalam acara kuis 1 lawan 100 dilihat dari adanya hadiah yang dipertaruhkan oleh peserta. Memang awalnya peserta diberikan modal dari banyaknya pertanyaan yang berhasil dijawab oleh peserta, selanjutnya pada beberapa permainan, peserta akan diberikan pilihan yang mengharuskan untuk mempertaruhkan uang yang diperolehnya. Secara praktek memang berbeda dengan praktek judi di masyarakat namun bila ditelaah lebih lanjut, menurut Bapak Mustopo, acara tersebut juga mengandung unsur judi. Bedanya hanya pada uang yang dipertaruhkan. Pendapat yang berbeda disampaikan oleh informan ke empat yaitu Bapak Lie, bahwa acara kuis 1 lawan 100 tidak mengandung unsur judi. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak Lie : INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB ”begini, menurut saya wajar jika sebuah kuis berhadiah uang karena memang uang atau hadiahnya adalah daya tarik utama dari para peserta mengikuti acara kuis tersebut, kalau tidak ada maka kuisnya juga tidak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 57 akan seru. Dari cara bermain, menurut saya 1 lawan 100 positif, karena peserta tidak begitu saja mendapatkan hadiah, tapi harus bisa menjawab pertanyaan yang diberikan. Nah, disini dibutuhkan kemampuan intelektual dari para peserta untuk tetap bertahan agar uangnya semakin bertambah. Lagian kalau dibilang judi, rasanya nggak mas, kan setiap hadiahnya dipotong pajak”. Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa menurut Bapak Lie adalah suatu kewajaran jika sebuah kuis memberikan hadiah yang sangat besar kepada para pesertanya, mengingat hadiah adalah daya tarik utama dari penayangan sebuah kuis. Menurut beliau, suatu kuis tidak akan berjalan dengan seru jika tidak ada tawaran hadiah yang menggiurkan bagi para pesertanya. Selain itu dalam kuis 1 lawan 100, peserta tidak dengan mudah memperoleh uang yang ditawarkan seperti halnya kuis-kuis lain. Dalam kuis ini, peserta dituntut untuk mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pembawa acara yang berkaitan dengan pengetahuan umum. Oleh karena itu Bapak Lie menganggap tidak ada unsur judi dalam acara kuis tersebut, mengingat setiap hadiah yang diberikan dalam acara televisi khususnya acara kuis pasti telah dipotong pajak sehingga hadiah tersebut dinyatakan sah. Berbagai pendapat mengenai ada tidaknya unsur judi dalam acara kuis tersebut menunjukkan bahwa informan memberikan perhatian khusus terhadap tayangan acara kuis tersebut. Dengan memberikan perhatian terhadap tayangan visual maka pemirsa menolak rangsangan lainnya. Seperti yang dikatakan Gemble 1984:53 ketika rangsangan-rangsangan bersaing untuk mendapatkan perhatian kita, kita hanya dapat fokus kepada salah satu rangsangan saja. Proses memberikan perhatian kepada rangsangan yang ada merupakan bagian dari proses seleksi. Seleksi merupakan proses awal dari terbentuknya persepsi. Seperti yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 58 dikatakan Wood 1997:40 menjelaskan persepsi adalah proses aktif dari seleksi, pengorganisasian dan interpretasi terhadap manusia, objek, peristiwa, situasi dan aktivitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap orang terhadap penayangan sebuah acara televisi khususnya acara kuis umumnya berbeda-beda. Namun secara umum, para informan tersebut menyatakan bahwa acara kuis yang banyak ditayangkan di televisi tidak mengandung unsur judi mengingat lebih besarnya unsur hiburan bagi pemirsa yang menonton, selain itu dengan ditayangkannya acara kuis tersebut membuat para informan berasumsi bahwa tayangan acara kuis tersebut telah memenuhi sensor dari pihak televisi sehingga layak untuk ditayangkan di televisi.

3. Sikap Terhadap Maraknya Acara Kuis Berbau Judi di Televisi

Setelah melakukan pemaparan hasil wawancara peneliti dengan para informan berkaitan dengan berbagai hal yang berkaitan dengan ada-tidaknya unsur judi dalam acara kuis di televisi, berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara peneliti dengan para informan berkaitan dengan sikap yang terbentuk terhadap maraknya acara kuis berbau judi di televisi, seperti terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB “apa ya mas ? emang sih, sekarang ini banyak banget acara-acara semacam itu. Jadi menyikapinya positif aja bahwa acara tersebut juga mengandung unsur hiburan untuk pemirsa. Untuk pemirsa yang lain misal anak-anak, ya harus tetap didampingi sama orang tua supaya nggak menelan mentah- mentah acara tadi”. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 59 Dewi, informan pertama menyatakan bahwa sikap yang harus diambil oleh para pemirsa terkait maraknya acara kuis berbau judi di televisi adalah sikap positif artinya harus lebih menyadari bahwa acara kuis semacam itu adalah acara yang bersifat menghibur para pemirsa, sedangkan pemirsa anak-anak atau siapapun yang dirasa tidak layak untuk menonton acara tersebut diharapkan agar senantiasa mendapatkan pendampingan yang tepat dari orang tua pada saat menonton acara tersebut, agar anak-anak tidak menelan mentah-mentah semua informasi yang disampaikan dalam acara kuis tersebut. Disini peran orang tua sangat besar untuk memberikan arahan yang benar bagi anak-anak sehingga mereka mampu memilah-milah informasi apa yang baik untuk mereka serap dan mana yang tidak. Pendapat serupa juga disampaikan oleh informan kedua yaitu Bapak Mustopo. Beliau berpendapat bahwa untuk menyikapi maraknya tayangan kuis berbau judi di televisi adalah dengan ber-positif thingking karena para pemirsa tidak bisa memaksakan membuat acara sesuai dengan keinginannya tetapi para pemirsalah yang harus lebih pintar memilih tayangan mana yang bermanfaat atau tidak bagi dirinya dan juga keluarganya. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti : INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB “ya positif thingking saja mas, karna kita pemirsa kan nggak bisa memaksakan membuat acara tapi kita pemirsa yang harus pintar memilih tayangan mana yang bermanfaat untuk kita, mana yang tidak”. Bapak Bambang, selaku informan ketiga menyatakan bahwa dirinya merasa santai dengan maraknya tayangan kuis yang berbau judi di televisi, karena Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 60 menurut beliau sudah ada pihak berwenang yang bertugas untuk memfilter tayangan-tayangan yang tepat bagi para pemirsanya, sehingga diharapkan dapat meminimalkan dampak buruk akibat penayangan sebuah acara bagi para pemirsanya. Bapak Bambang juga berpesan agar para pemirsa dapat merasa santai seperti halnya dirinya, maka langkah yang tepat adalah tidak menonton tayangan acara tesebut jika memang dirasa tidak disukai. Dengan demikian hal tersebut akan membuat pemirsa tidak terbebani dengan dampak buruk akibat ditayangkannya acara semacam itu. Uraian tersebut terangkum dalam petikan wawancara berikut ini : INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “ya…santai aja mas, kan sudah ada KPI yang bertugas memfilter tayangan- tayangan yang mana yang baik untuk pemirsanya. Kalau nggak suka ya jangan dilihat, kan gampang to kalau begitu”. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB “ya santai saja mas. Pemirsa saja yang harus lebih jeli dan selektif untuk memilih tayangan mana yang baik untuk dia dan mana yang tidak. Tentunya dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, pemirsa akan mampu menelaah mana informasi yang benar dan mana yang tidak”. Dari hasil wawancara peneliti dengan informan ke empat yaitu Bapak Lie diketahui bahwa pada pernyataan ini beliau juga memberikan jawaban yang sama dengan informan lainnya, bahwa cara yang tepat untuk menyikapi maraknya tayangan acara kuis yang berbau judi di televisi adalah dengan cara bersikap santai, dan beliau berpesan agar para pemirsa dapat lebih jeli dan selektif untuk memilih tayangan mana yang baik atau tidak bagi dirinya ataupun keluarganya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 61 Menurut Beliau, tingkat pendidikan tiap orang juga berperan dalam pembentukan persepsi pemirsa terhadap informasi yang didapatkannya.

4. Keinginan Untuk Ikut Terlibat Dalam Acara Kuis Yang Berbau Judi Di

Televisi Pada bagian ini peneliti akan memaparkan bentuk tindakan yang mungkin muncul setelah orang memiliki persepsi terhadap sebuah acara, khususnya kuis. Salah satu bentuk perubahan tindakan adalah adanya keinginan untuk ikut terlibat dalam acara kuis berbau judi di televisi. Hasil yang diperoleh dari keempat informan yang diwawancarai adalah bahwa keempat informan mengakui tidak memiliki keinginan untuk ikut terlibat dalam berbagai kuis yang berbau judi di televisi. Alasan yang diberikanpun cukup beragam seperti terurai dalam petikan wawancara berikut ini : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB “hmm….dulu sih sempet kepikiran, cuman kayaknya nggak deh mas. Aku masih suka nonton aja daripada terlibat di kuis tadi”. Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa karena seringnya menonton acara kui-kuis di televisi, Dewi dulu sempat memiliki keinginan untuk ikut terlibat di dalamnya tetapi itu hanya sebatas keinginan karena Dewi merasa bahwa dirinya lebih suka menonton kuis itu saja daripada harus terlibat di dalamnya. Ketika ditanyakan lebih lanjut mengenai adanya keterlibatan pihak lain seperti keluarga atau teman yang juga ingin mengikuti kuis-kuis yang berbau judi di televisi, Dewi menyatakan bahwa tidak ada satupun teman atau keluarga yang tertarik. Sama halnya seperti Dewi, mereka hanya memiliki keinginan saja tetapi tidak pernah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 62 ikut terlibat dalam acara-acara kuis semacam itu. Berikut adalah kutipan wawancaranya : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB ”kalo teman atau keluarga kayaknya nggak ada mas yang pernah ikutan kuis kayak gitu. Sama seperti aku, cuman pengen aja tapi nggak pernah terlibat langsung”. Hasil wawancara peneliti dengan informan kedua, dengan pertanyaan yang sama yaitu adanya keinginan untuk terlibat dalam acara kuis yang berbau judi di televisi diperoleh hasil sebagai berikut : INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB “nggak Mas, saya masih konsisten untuk mencari rezeki dari hasil keringat saya, bukan dari permainan-permainan seperti itu”. Dari wawancara tersebut terlihat bahwa Bapak Mustopo tidak pernah memiliki keinginan untuk terlibat dalam permainan-permainan seperti itu. Beliau menyatakan bahwa hingga saat ini, dirinya masih konsisten untuk mencari rezeki dari hasil keringatnya, bukan melalui permainan seperti halnya yang ditawarkan dalam acara kuis tersebut. Bapak Mustopo juga mengakui bahwa tidak ada satupun keluarga atau temannya yang pernah atau memiliki keinginan untuk terlibat dalam acara kuis semacam itu. Berikut adalah kutipan wawancaranya : INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB “sepertinya nggak ada Mas”. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bapak Bambang, bahwa beliau sangat menyadari kondisinya dan tidak memiliki keinginan apapun untuk ikut Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 63 terlibat dalam acara-acara kuis yang berbau judi di televisi. Dari pihak keluargapun tidak ada satupun yang pernah atau memiliki keinginan untuk ikut terlibat dalam acara kuis semacam itu, namun beliau menyatakan bahwa ada salah satu anak dari temannya yang dulu pernah mengikuti kuis-kuis yang diselenggarakan oleh provider kartu seluler. Namun beliau berpesan agar pihak lain lebih berhati-hati untuk mengikuti acara kuis semacam itu mengingat ada kemungkinan dirugikan karena menerima hadiah yang belum tentu sesuai dengan yang ditawarkan ataupun kemungkinan-kemungkinan lainnya. Uraian pendapat Bapak Bambang di atas terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini : INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “nggak lah Mas, sudah tua gini kok. Nggak pengen aneh-aneh”. “kalau keluarga, sepertinya nggak ada Mas. Cuma anaknya teman dulu rasanya pernah ikut, itu lho kuis-kuis yang pakai provider”. Berikut adalah petikan wawancara peneliti dengan informan ke empat : INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB “nggak Mas, saya Cuma suka menonton saja tapi nggak suka kalau sampai harus ikutan”. ”sepertinya nggak Mas, teman-teman juga rasanya nggak ada”. Melalui hasil wawancara di atas diketahui pula bahwa informan ke empat yaitu Bapak Lie, tidak pernah memiliki keinginan untuk terlibat dalam acara kuis- kuis yang berbau judi di televisi. Beliau mengaku bahwa hanya menyukai acara kuis tersebut tetapi tidak memiliki keinginan untuk terlibat langsung di dalamnya. Demikian pula dari pihak keluarga ataupun teman-temannya, tidak ada satupun Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 64 yang pernah terlibat atau memiliki keinginan untuk terlibat dalam acara kuis semacam itu. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa umumnya para informan dalam penelitian ini tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam acara kuis yang berbau judi di televisi. Mereka menyatakan bahwa hanya menyenangi acaranya saja tetapi tidak pernah ingin terlibat di dalamnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada aspek ini, pemirsa hanya bersikap afektif saja atau menyukai acara tersebut sehingga hal ini memberikan gambaran nyata bahwa masyarakat masih kritis, masih bisa membedakan hal-hal yang dirasa baikburuk dari sebuah tayangan sehingga mampu memfilter tindakannya di kehidupan sehari-hari.

5. Persepsi Terhadap Banyaknya Pemirsa Yang Tertarik Untuk Ikut

Terlibat Dalam Acara Kuis Yang Berbau Judi Di Televisi Untuk mendukung hasil penelitian ini, peneliti juga menganalisis bagaimanan persepsi masyarakat yang diwakili oleh para informan terhadap banyaknya pemirsa yang tertarik untuk ikut terlibat dalam acara kuis yang berbau judi di televisi. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan empat informan yang diteliti : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB ”apa ya mas? Menurut aku ya karna hadiah yang ditawarkan. Hadiah, entah uang atau barang adalah daya tarik agar orang mau menonton acara kuis tersebut dan membuat kuisnya jadi lebih seru karna peserta harus pintar mengatur strategi dan bisa menjawab pertanyaan yang diajukan agar tidak kehilangan uang yang sudah didapat”. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 65 INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB “Menurut saya, pasti karena hadiah yang ditawarkan atau mungkin ingin mendapatkan uang dengan cara mudah”. Dari hasil wawancara peneliti dengan dua informan pertama yaitu Dewi dan Bapak Mustopo diketahui bahwa menurut mereka, alasan yang mendorong banyak pemirsa ikut terlibat dalam acara kuis semacam itu adalah karena besarnya hadiah yang ditawarkan dan dapat diperoleh dengan cara yang mudah. Mengingat hadiah adalah daya tarik utama dari penayangan acara kuis semacam itu. Oleh karena itu dalam kuis-kuis semacam itu, peserta dituntut untuk pintar mengatur strategi dan bisa menjawab pertanyaan yang diajukan agar tidak kehilangan uang yang sudah didapatkan. Dengan demikian persepsi informan secara umum terhadap pernyataan ini adalah wajar. Artinya seseorang melakukan sebuah tindakan karena adanya rangsangan tertentu yang menarik dirinya adalah sesuatu yang wajar. Pendapat serupa juga disampaikan oleh informan ketiga dan keempat yaitu Bapak Bambang dan Bapak Lie. Menurut beliau, umumnya para pemirsa tertarik untuk mengikuti acara kuis yang berbau judi di televisi adalah karena hadiah yang ditawarkan dan juga adanya keinginan untuk mendapatkan uang dengan cara mudah sehingga melupakan cara-cara nyata untuk mendapatkan uang seperti bekerja, berusaha ataupun berdoa. Tingginya minat para pemirsa untuk ikut terlibat dalam acara kuis semacam itu dipersepsikan sebagai suatu hal yang wajar mengingat saat ini, dengan berbagai kesulitan hidup, banyak orang yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 66 berpikiran instant artinya menginginkan mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah. Berikut adalah petikan wawancara dengan dua informan : INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “kalau menurut saya, pasti karena hadiah yang ditawarkan. Hari gini mas, siapa yang nggak mau mendapatkan uang dengan cara mudah. Instant aja”. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB ”Menurut saya, mungkin karena hadiah yang ditawarkan atau juga ingin mendapatkan uang dengan cara mudah”. Dari berbagai uraian di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa secara umum persepsi informan terhadap banyaknya pemirsa yang ingin ikut terlibat dalam acara kuis yang berbau judi di televisi menunjukkan rendahnya mental individu untuk berjuang melawan hidup. Tawaran mendapatkan uang dengan cara mudah dengan cara mengikuti kuis-kuis yang menjanjikan hadiah uang atau barang yang berlimpah dengan cara yang mudah membuat banyak orang melupakan problema hidup. Tuntutan hidup yang semakin keras membuat mereka lebih memilih cara instan untuk mendapatkan uang. Oleh karena itu pemirsa harus lebih jeli dalam mempersepsikan acara-acara kuis semacam ini yang sedang marak di berbagai stasiun televisi.

6. Persepsi Terhadap Maraknya Stasiun Televisi Yang Menayangkan Acara

Kuis Berbau Judi Di Televisi Stasiun televisi, tentulah pihak yang paling bertanggung jawab dengan maraknya acara-acara kuis berbau judi di televisi, karena stasiun televisi merupakan pihak yang membuat dan menyiarkan acara-acara kuis semacam itu. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 67 Maraknya berbagai acara kuis yang berbau judi di televisi membuat para informan memiliki persepsi yang negatif terhadap stasiun televisi yang menayangkannya. Berikut ini adalah petikan wawancara dengan beberapa informan dalam penelitian ini : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB “ya pasti untuk mengejar rating mas. Kan profit oriented”. INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB “seperti yang saya sampaikan tadi, selain latah atau ikut-ikutan karena semua stasiun televisi menayangkan, tentunya untuk mengejar rating”. Menurut informan pertama dan kedua yaitu Dewi dan Bapak Mustopo, alasan utama pihak stasiun televisi berlomba-lomba untuk membuat acara kuis yang berbau judi adalah demi mengejar rating. Mengingat saat ini, acara kuis semacam inilah yang paling banyak diminati pemirsa. Apalagi stasiun televisi seolah latah untuk ikut-ikutan menayangkan acara kuis sejenis. Tidak mengherankan bila di setiap stasiun televisi yang berbeda kita menemukan berbagai jenis kuis, mulai dari kuis yang dibuat oleh stasiun televisi Indonesia sendiri hingga kuis yang diadaptasi dari kuis yang sukses di luar negeri. Harapan tiap stasiun televisi tentunya tingginya rating acara dan juga meningkatnya pendapatan iklan mereka. Untuk mendukung pernyataan informan pertama dan kedua, peneliti akan memaparkan hasil wawancaranya : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 68 INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “ya biar ratingnya tinggi dan sponsornya banyak mas. Kan banyak tuh yang suka”. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB “bisa jadi ya hanya untuk mengejar rating mas, lagian biaya produksinya saya rasa nggak semahal bikin sinetron atau acara-acara besar lainnya. Jadi mungkin stasiun televisi lebih praktis kalau memproduksi acara kuis”. Menurut Bapak Bambang dan Bapak Lie, persepsi dirinya terhadap stasiun televisi yang menayangkan acara kuis berbau judi di televisi adalah karena alasan mengejar rating dan pendapatan perusahaan. Menurut Beliau, biaya produksi untuk membuat acara kuis tentu tidak semahal jika stasiun televisi membuat acara lain seperti sinetron ataupun pertunjukan musik lainnya. Oleh karena alasan itulah pihak stasiun televisi lebih memilih memproduksi acara kuis dibandingkan acara- acara lainnya. Dari berbagai uraian yang telah disampaikan para informan di atas nampak bahwa mereka memiliki persepsi yang negatif terhadap stasiun televisi yang menayangkan berbagai acara kuis yang dirasa mengandung unsur judi di dalamnya. Pihak stasiun televisi dinilai lebih mengutamakan faktor profit oriented semata dan melupakan tujuan mulia untuk memberikan pesan moral kepada para pemirsanya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 69

7. Persepsi Terhadap Keberadaan Acara-Acara Kuis Yang Berbau Judi Di

Televisi Di bagian akhir penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengambil kesimpulan mengenai bagaimana persepsi masyarakat yang diwakili oleh para informan terhadap keberadaan acara-acara kuis yang berbau judi di televisi. Umumnya para informan memberikan pernyataan yang hampir serupa. Berikut adalah petikan wawancaranya : INFORMAN I 19 April 2011, pukul 16.00 sd pukul 17.00 WIB “seperti yang udah aku sampaikan sebelumnya. Menurut aku acara kuis tadi bukan judi karna emang nggak ada unsur murni judi seperti halnya bermain kartu. Persepsiku mengenai acara-acara seperti itu, bahwa acara itu hanyalah acara yang murni bersifat hiburan atau entertainment untuk pemirsa. Adanya presenter dari kalangan artis atau artis yang menjadi bintang tamu atau peserta dalam acara kuis tadi serta besarnya hadiah yang ditawarkan adalah murni content dari acara kuis. Jadi saya cukup netral dengan adanya tayangan-tayangan semacam itu, asalkan kuis tadi tidak merugikan siapapun, baik peserta ataupun pemirsa”. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui pendapat Dewi bahwa acara- acara kuis di televisi terutama kuis kesukaannya yaitu Super Deal 2 Milyar di ANTV, hanyalah acara yang murni bersifat hiburan atau entertainment untuk pemirsa. Adanya presenter dari kalangan artis atau artis yang menjadi bintang tamu atau peserta dalam acara kuis tadi serta besarnya hadiah yang ditawarkan adalah murni content dari acara kuis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Dewi memiliki persepsi netral terhadap keberadaan acara-acara kuis yang berbau judi di televisi, asalkan tidak merugikan siapapun baik peserta ataupun pemirsa. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 70 INFORMAN 2 20 April 2011, pukul 10.00 sd pukul 11.00 WIB “menurut saya, dengan maraknya acara kuis semacam itu, maka pemirsa yang harus lebih selektif untuk memfilter informasi-informasi yang disampaikan dalam berbagai acara tersebut. Intinya harus berpositif thinking dan menikmati saja”. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bapak Mustopo bahwa persepsi dirinya adalah netral dalam menyikapi acara-acara kuis yang ditengarai mengandung unsur judi di dalamnya. Dengan semakin maraknya acara kuis semacam itu, maka pemirsa harus lebih selektif untuk memfilter informasi- informasi yang disampaikan dalam berbagai acara tersebut. Beliau berpesan agar selalu berpositif thinking dan menikmati saja tayangan acara hiburan semacam itu. Demikian halnya pertanyaan Bapak Bambang yang memberikan jawaban yang serupa dengan pernyataan Bapak Mustopo. Berikut adalah petikan wawancaranya: INFORMAN 3 20 April 2011, pukul 15.00 sd pukul 16.00 WIB “ya menurut saya, dengan semakin maraknya acara kuis semacam itu, maka pemirsa harus lebih selektif untuk memfilter informasi-informasi yang disampaikan dalam berbagai acara tersebut. Intinya lebih kritis karena tidak semua acara itu bagus dan bermanfaat”. INFORMAN 4 21 April 2011, pukul 18.00 sd pukul 19.00 WIB “menurut saya, sah-sah saja jika stasiun televisi menayangkan acara kuis- kuis semacam itu, tinggal pemirsanya saja yang harus lebih kritis dan selektif dalam menyikapi tayangannya. Mengingat acara kuis itu kan lebih banyak unsur hiburannya....jadi ya tidak apa-apa mas”. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa informan ketiga dan keempat yaitu Bapak Bambang dan Bapak Lie, memiliki persepsi netral terhadap maraknya acara-acara kuis yang berbau judi di televisi. Pemirsa yang harus lebih Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 71 selektif untuk memfilter informasi-informasi yang disampaikan di dalam berbagai acara tersebut sehingga dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang tidak bagi dirinya pribadi ataupun orang lain yang menonton. Dari berbagai uraian di atas dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa pemirsa tidak memiliki kemampuan untuk membuat sebuah acara, namun dengan beragamnya tingkat pendidikan yang dimiliki pemirsa maka pemirsa akan memiliki kemampuan untuk memfilter dan memilah-milah tayangan-tayangan yang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Mengingat saat ini banyak sekali tayangan-tayangan yang kurang bermutu dan hanya sekedar mengejar keuntungan pihak stasiun televisi saja.

4.3. Pembahasan

Dokumen yang terkait

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KONFLIK KEBUN BINATANG SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Konflik Pengelolahan dan Kepemilikan Lahan Kebun Binatang Surabaya (KBS) di Harian Jawa Pos).

3 5 129

MOTIF PEMIRSA TELEVISI SURABAYA DALAM MENONTON ACARA VARIETY SHOW “EAT BULAGA INDONESIA” DI SCTV (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa Televisi Surabaya Terhadap Acara Variety Show Eat Bulaga Indonesia Segmen Kuis Indonesia Pintar di SCTV).

2 4 163

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN ”MANFAAT PAJAK” DI TELEVISI (Studi Deskriptif kualitatif Persepsi Masyarakat SurabayaTentang Iklan ”Manfaat Pajak” di Televisi).

0 0 74

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM ACARA ETHNIC RUNAWAY DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Opini Masyarakat Surabaya Tentang Acara Ethnic Runaway di Trans TV).

1 10 91

PERSEPSI GURU TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT SEKOLAH GRATIS DI TELEVISI (Studi Deskriptif Kuatitatif Persepsi Guru di Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat Sekolah Gratis di Televisi).

0 1 92

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN DIABETASOL DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Iklan Diabetasol Versi “Majalah” di Televisi).

0 1 79

PERSEPSI GURU TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT SEKOLAH GRATIS DI TELEVISI (Studi Deskriptif Kuatitatif Persepsi Guru di Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat Sekolah Gratis di Televisi)

0 0 18

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN DIABETASOL DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Iklan Diabetasol Versi “Majalah” di Televisi)

0 0 21

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG JUDI DALAM ACARA KUIS YANG DITAYANGKAN DI TELEVISI ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Judi Dalam Acara Kuis Yang Ditayangkan di Televisi )

0 0 16

MOTIF PEMIRSA TELEVISI SURABAYA DALAM MENONTON ACARA VARIETY SHOW “EAT BULAGA INDONESIA” DI SCTV (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa Televisi Surabaya Terhadap Acara Variety Show Eat Bulaga Indonesia Segmen Kuis Indonesia Pintar di SCTV)

0 1 29