Jenis dan Rancangan Penelitian Bahan Alat Subjective Assessment Analisis Hasil

14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian dengan judul Pengaruh Minyak Jahe sebagai Fragrance Oil Terhadap Sifat Fisik Sabun Batang Transparan ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian acak.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi jumlah minyak jahe. b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik sabun batang transparan yang meliputi kekerasan, pembentukan busa, derajat keasaman pH, transparansi sabun. c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah suhu waterbath, kecepatan putar mixer, lama pendiaman, lama pengadukan, komposisi sabun selain minyak jahe. d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah perubahan suhu ruangan dan perubahan kelembaban.

2. Definisi Operasional

a. Sabun adalah sabun batang transparan dengan variasi konsentrasi minyak jahe sebagai fragrance oil sesuai dengan formula yang dibuat dalam penelitian ini. b. Kekerasan sabun menunjukkan ketahanan sabun terhadap tekanan mekanik yang diberikan secara vertikal oleh hardness tester. c. Pembentukan busa adalah ketinggian busa yang terbentuk mm setelah dilakukan pengocokan dengan homogenizer selama 1 menit dan dihitung penurunan busanya setelah didiamkan selama 20 menit. d. Busa adalah gelembung-gelembung berisi gas yang terbentuk bila sabun dibasahi oleh air dan dilakukan penggosokan atau pengocokan. Busa ini berwarna putih. e. Transparansi sabun adalah sifat fisik sabun yang tembus pandang sehingga tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan 0,25 inci 0,635 cm dapat terlihat. f. Sifat fisik sabun adalah parameter untuk evaluasi sabun batang transparan yang meliputi kekerasan, pembentukan busa, derajat keasaman pH, transparansi sabun. g. Minyak jahe adalah cairan agak kental berwarna kuning kecoklatan dan beraroma khas aromatik jahe. h. Sabun merek dagang adalah sabun batang transparan yang ada di pasaran, yaitu sabun “LB” dan “MF”. i. Sabun “LB” adalah sabun batang transparan merek dagang yang merupakan produk perusahaan sabun ternama yang telah dikenal luas oleh masyarakat. j. Sabun “MF” adalah sabun batang transparan merek dagang yang merupakan produk sabun herbal yang menggunakan bahan alam.

C. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam stearat farmasetik, “Bratachem”, NaOH 30, minyak jarak farmasetik, “Bratachem”, etanol 96 teknis, “Bratachem”, gliserin farmasetik, “Bratachem”, asam sitrat farmasetik, “Bratachem”, sukrosa farmasetik, “Bratachem”, betaine farmasetik, “Bratachem”, BHT farmasetik, ”Bratachem”, aquadest, dan minyak jahe farmasetik, “PT Phytochemindo Reksa”.

D. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixer Cosmos dengan modifikasi laboratorium Farmasi USD, waterbath Tamson Zoetermeer-Holland, 1985, 0023, termometer, cetakan sabun, lemari es, timbangan elektrik, indikator pH universal Hanna, alat-alat gelas Pyrex, hardness tester Kiya seishuko, glassware Pyrex, homogenizer, millimeter block .

E. Tata Cara Penelitian

1. Formulasi sabun batang transparan

Dalam formulasi sabun batang transparan minyak jahe digunakan suatu formula sebagai acuan untuk membuat formula baru. Formula yang dipilih sebagai formula acuan adalah formula sabun batang transparan menurut Hambali et al. 2006 yang terdiri dari komposisi bahan sebagai berikut : Tabel II. Formula acuan Bahan Komposisi g Asam stearat 7 NaOH 30 18 Minyak jarak 10 Etanol 96 15 Gliserin 13 Asam sitrat 3 Gula 7,5 Betaine 5 Aquadest 4,5 Dari formula acuan pada tabel I dilakukan modifikasi formula untuk 100 g pada penelitian ini yang ditetapkan sebagai formula F2. Komposisi bahannya adalah sebagai berikut : Tabel III. Formula 2 F2 hasil modifikasi dalam 100 g Bahan Komposisi g Asam stearat 8,4 NaOH 30 21,6 Minyak jarak 12 Etanol 96 17,1 Gliserin 14,5 Asam sitrat 3,6 Sukrosa 9,1 Betaine 6 BHT 0,3 Minyak jahe 2 Aquadest 5,4 F1, F3, dan F4 merupakan hasil modifikasi F2 yang ditentukan dengan cara meratiokan jumlah masing-masing komposisi selain minyak jahe terhadap F2 dengan perbandingan ratio jumlah F1:F2:F3:F4 adalah 99:98:96:92 sehingga jumlah yang berbeda antar formula memiliki perbandingan komposisi yang sama. Table IV. Formula modifikasi dari F2 Bahan Komposisi g F1 F2 F3 F4 Asam Stearat 8,5 8,4 8,3 7,9 NaOH 30 21,8 21,6 21,1 20,2 Minyak jarak 12,2 12 11,8 11,3 Etanol 96 17,3 17,1 16,8 16,1 Gliserin 14,7 14,5 14,2 13,6 Asam sitrat 3,7 3,6 3,6 3,4 Sukrosa 9,2 9,1 8,9 8,6 Betaine 6 6 5,9 5,6 BHT 0,3 0,3 0,3 0,3 Minyak jahe 1 2 4 8 Aquadest 5,3 5,4 5,1 5

2. Pembuatan sabun

Asam stearat dicairkan terlebih dahulu pada suhu 70-80 o C. Selanjutnya minyak jarak dicampurkan pada cairan asam stearat dan diaduk sampai homogen, kemudian ditambahkan BHT pada campuran tersebut. Pada suhu yang sama NaOH 30 ditambahkan untuk melakukan reaksi penyabunan. Ditambahkan satu per satu etanol, asam sitrat, betaine, gliserin, dan sukrosa yang telah dilarutkan dalam aquadest pada suhu yang sama. Setelah semua tercampur dan membentuk larutan sabun yang jernih, campuran didiamkan hingga suhu ±40 o C dan dihomogenkan dengan bantuan mixer dengan kecepatan skala 1 selama 1 menit. Minyak jahe ditambahkan pada pertengahan proses homogenisasi. Kemudian dituang kedalam cetakan dan disimpan dalam freezer dengan suhu ±-20 o C selama 2 jam. Masing-masing formula direplikasi sebanyak 3 kali. Tahap selanjutnya dilakukan masa pendiaman atau aging selama 3-4 minggu sampai sabun memiliki kondisi yang stabil dengan tingkat kekerasan dan kemampuan pembusaan yang stabil dan menunjukkan kondisi sifat fisik sebenarnya dari sabun tersebut sehingga siap untuk dilakukan uji sifat fisik.

3. Pengukuran penyusutan bobot

Pengukuran penyusutan bobot bertujuan untuk mengukur tingkat kekonstanan bobot dari sabun batang transparan agar nantinya dapat digunakan untuk pengujian sifat fisik. Pengukurannya dilakukan dengan membandingkan bobot sabun batang transparan minggu 1 dengan minggu 2, minggu 2 dengan minggu 3, dan minggu 3 dengan minggu 4. Sabun hasil pencetakan yang telah didiamkan pada suhu ruang selama 1 minggu dipotong untuk pengujian sifat fisik kemudian ditimbang untuk data bobot sabun minggu 1. Pada minggu berikutnya sabun ditimbang terlebih dahulu sebelum dipotong untuk uji sifat fisik sebesar 7 x 1 cm. Bobot sabun yang tercatat digunakan sebagai data bobot sabun minggu 2 yang akan dibandingkan dengan bobot sabun minggu 1. Kemudian sabun dipotong untuk pengujian sifat fisik dan sisanya ditimbang untuk data bobot sabun minggu 2 yang akan dibandingkan dengan bobot sabun minggu 3. Minggu berikutnya sabun yang belum dipotong ditimbang terlebih dahulu untuk data bobot sabun minggu 3. Demikian selanjutnya hingga didapat data bobot sabun minggu 4.

4. Uji sifat fisik sabun

a. Uji kekerasan sabun Pengamatan kekerasan dilakukan pada minggu ke-4 setelah pembuatan sabun. Sabun dipotong dengan ukuran 1x1x1 cm dan diletakkan pada hardness tester. Hardness tester ditekan secara vertikal sampai menembus bagian bawah sabun, skala kekerasan yang tertera dicatat. Pengukuran dilakukan pada tiap formula, masing- masing 3 kali replikasi. Semua hasil dicatat dan ditentukan rata-rata kekerasan sabun dari tiap formula. Hasil pengukuran dibandingkan dengan sabun “MF”. Sabun dikatakan memenuhi kriteria kekerasan bila tingkat kekerasannya memenuhi kriteria kekerasan sabun “MF” sebagai batas bawahnya, yaitu lebih keras sama dengan 2 Kg. b. Uji kemampuan membentuk dan mempertahankan busa Pengamatan kemampuan membentuk busa dilakukan pada minggu ke-4 setelah pembuatan sabun. Sabun ditimbang sebanyak 3 g dan dilarutkan dalam 30 mL aquadest. Campuran dipanaskan untuk membantu kelarutan. Sebanyak 25 mL larutan campuran dimasukkan ke dalam gelas beker dan dilakukan pengocokan dengan bantuan homogenizer dengan kecepatan skala 4 selama 1 menit. Pengukuran dilakukan menggunakan millimeter block pada tiap replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata ketinggian busa yang terbentuk untuk mengetahui kemampuan membentuk busa. Dilakukan pendiaman selama 20 menit dan dicatat penurunan busanya untuk mengetahui kemampuan sabun mempertahankan busa. Hasil pengukuran kemampuan membentuk busa dibandingkan dengan sabun “MF”, yang memiliki ketinggian busa yang terbentuk sebesar 44 mm, sedangkan hasil pengukuran kemampuan mempertahankan busa dibandingkan dengan penurunan busa sabun “LB”, yaitu 29. Sabun batang transparan yang dihasilkan memenuhi kriteria dalam pembusaan apabila ketinggian busa lebih tinggi sama dengan 44 mm dan penurunan busa lebih kecil dari 29. Kriteria kemampuan membentuk busa ditentukan dari ketinggian busa sa bun “MF” sebagai batas terendah, yaitu 44 mm. Kriteria kemampuan mempertahankan busa ditentuk an dari penurunan busa sabun “LB” sebagai batas tertinggi, yaitu 29. c. Uji derajat keasaman Pengamatan derajat keasaman dilakukan pada minggu ke-4 setelah pembuatan sabun. Sabun ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan dalam 10 mL aquadest. Campuran dipanaskan untuk membantu kelarutan. Kemudian indikator pH universal dicelupkan ke dalam larutan. Indikator pH universal tersebut kemudian diamati dan dibandingkan dengan skala yang tertera untuk menentukan derajat keasaman pH sabun. Pengukuran dilakukan pada tiap formula, masing-masing 3 kali replikasi. Semua hasil dicatat dan ditentukan rata-rata derajat keasamannya pH dari tiap formula. pH sabun batang transparan kemudian diban dingkan dengan pH sabun “LB” dan “MF”, yang memiliki pH sebesar 9-10. Rentang pH standar ditentukan dari pH sabun “MF” sebagai batas pH terendah dan pH sabun “LB” sebagai batas pH tertinggi. pH sabun batang transparan yang dihasilkan memenuhi kriteria pH apabila sesuai dengan rentang pH yang telah ditentukan dari pH sabun “LB” dan “MF” serta ketentuan pH sabun dalam Annual Book of ASTM Standards Vol. 15 tahun 2002, yaitu 9- 11. d. Transparansi sabun Transparansi sabun dapat diuji dengan membaca tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan 0,25 inci0,635 cm. Kemudian dilakukan pengukuran pada tiap formula, masing- masing 3 kali replikasi. Sabun memenuhi kriteria transparansi apabila tulisan berukuran font 14 dapat terlihat melalui sabun dengan ketebalan 0,25 inci 0,635 cm.

F. Subjective Assessment

Subjective assessment dilakukan dengan membagikan sampel sabun batang transparan minyak jahe serta kuisioner yang berisi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka kepada 30 orang mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2012.

G. Analisis Hasil

Hasil yang didapat dari pengujian sifat fisik sabun batang transparan dengan menggunakan minyak jahe sebagai fragrance oil dalam konsentrasi yang berbeda serta 2 merek sabun yang telah beredar di pasaran dibandingkan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode One Way ANOVA Analysis of Variance untuk data yang berdistribusi normal dengan software R i386 3.0.2. Untuk data yang tidak berdistribusi normal, analisis hasilnya dengan menggunakan metode Kruskal-Walis dengan taraf kepercayaan 95 untuk penarikan kesimpulannya. Jika hasil uji statistik menunjukan nilai signifikansi kurang dari 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu, untuk mengetahui perbedaan sifat fisik antar formula sabun batang transparan serta perbandingannya dengan sabun merek dagang maka dilakukan uji statistik menggunakan Tukey HSD. Penyusutan bobot minggu ke-1, 2, 3, dan 4 dianalisis dengan dilakukan uji statistik dengan software R i386 3.0.2 dengan menggunakan metode T berpasangan Paired t-test two tailed untuk data berdistribusi normal atau uji statistik dengan metode Wilcoxon berpasangan untuk data tidak berdistribusi normal. Penarikan kesimpulannya menggunakan taraf kepercayaan 95. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dikatakan ada perbedaan. Tingkat penerimaan konsumen terhadap sabun yang dihasilkan dilihat dari hasil subjective assessment. Data diolah menggunakan metode statistik deskriptif. Data dirangkum ke dalam bentuk persentase dari total responden dan disajikan dalam bentuk diagram batang. 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Formulasi

Formula sabun batang transparan pada penelitian ini mengacu dari formula sabun batang transparan menurut Hambali et al. 2006. Formula acuan tersebut dimodifikasi menjadi formula 2F2 dan kemudian ditentukan F1, F3, dan F4 dari F2 tersebut. Adapun komposisi bahan dalam formula modifikasi yang digunakan untuk membuat sabun batang transparan pada penelitian ini meliputi asam stearat, minyak jarak, natrium hidroksida NaOH, etanol, asam sitrat, betaine, gliserin, gula, butil hidroksi toluen BHT, aquadest, dan minyak jahe. Asam stearat dan minyak jarak merupakan fase minyak dan asam lemak dan NaOH merupakan basa yang berperan membentuk molekul sabun melalui proses saponifikasi. Campuran asam stearat, minyak jarak, dan NaOH akan membentuk garam karboksilat yang merupakan surfaktan anionik Rowe, Sheskey, Owen, 2006. Asam stearat juga berperan sebagai agen pembentuk massa sabun yang padat. Digunakan minyak jarak sebagai fase minyak karena merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam pembuatan sabun dan mudah didapat serta ekonomis. Minyak jarak, yang juga berfungsi sebagai emollient , mengandung asam lemak tak jenuh meliputi asam palmitoleat, oleat, linoleat dan linolenat Gubitz, G.M., Mittelbach, M., Trabi, M., 1999. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap pada struktur molekulnya. Adanya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak