yang terdapat di permukaan kulit. Pada pH isoelektrik, yaitu pH 4-6, molekul- molekul asam amino akan terionisasi menjadi
+
H
2
N-RCOO
-.
Masing-masing molekul asam amino tersebut berikatan satu sama lain. Inilah yang disebut dengan
jembatan garam. Dengan adanya sabun dengan pH cenderung basa akan menjadikan lingkungan di permukaan kulit menjadi cenderung bermuatan negatif
sehingga merenggangkan ikatan ion antar molekul-molekul asam amino. Saat jembatan garam renggang, molekul sabun RCOOH akan masuk menembus
jembatan garam dan mengikat kotoran Ali dan Yosipovitch, 2013.
B. Sabun Batang Transparan
Sabun batang transparan merupakan jenis sabun batang yang banyak digunakan sebagai sabun wajah dan tubuh. Tingkat transparansinya adalah yang
paling tinggi sehingga penampakannya paling berkilau dibandingkan dengan jenis sabun batang yang lain, yaitu sabun opaque dan sabun translucent. Sabun batang
transparan mampu memancarkan dan meneruskan cahaya yang melaluinya sehingga sifatnya menjadi tembus pandang dan objek yang berada di depannya
dapat terlihat dengan jelas Hambali, Suryani, Rivai, 2005, Paul, 2007. Sabun batang transparan dibuat melalui reaksi saponifikasi antara
trigliserida dengan basa. Sabun ini awalnya dibuat dari sabun opaque hanya saja ditambahkan dengan bahan tambahan lain, yaitu alkohol, gula, dan gliserin untuk
mencegah terbentuknya kristal-kristal serabut yang umumnya terbentuk pada sabun opaque. Dengan demikian akan dihasilkan sabun yang transparan, jernih,
dan berkilau.
Penambahan minyak
jarak juga
dapat meningkatkan
transparansinya. Untuk menghasilkan sabun yang transparan, larutan sabun yang masih panas harus benar benar jernih dan tidak menampakkan partikel solid atau
endapan yang terlihat Cavitch, 1997, Hill dan Moaddel, 2004. Untuk memperoleh kondisi sabun batang transparan yang stabil dalam
hal kekerasan dan kemampuan membentuk busanya, maka harus dilakukan masa pendiaman selama 3-4 minggu. Hal ini disebabkan pada masa pendiaman akan
terjadi penguapan alkohol atau air dari sediaan sabun yang dibuat Dumas dan Helmond, 1995, Hambali, Suryani, Rivai, 2006.
C. Pewangi
Pewangi merupakan salah satu bahan tambahan dalam pembuatan sabun. Peran pewangi sangatlah penting bagi nilai estetika sabun. Pewangi dapat
mempengaruhi kualitas sabun di pasaran. Keharuman yang baik membuat suatu produk sabun akan mudah diterima oleh konsumen. Pewangi menjadi salah satu
faktor penentu suatu produk dibeli dan digunakan. Pewangi diduga dapat mempengaruhi sifat fisik dari sabun yang dihasilkan karena wujudnya yang
berupa cairan serta kepolarannya. Dengan demikian senyawa pewangi akan terpartisi dan terdistribusi pada bagian-bagian tertentu dari misel, seperti core,
lipophylic tail area, water-micelle interface, ataupun external phase, tergantung
kepolaran dari komponen-komponen senyawa pewangi dan menyebabkan perubahan pada misel. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya perubahan sifat
fisik sabun, seperti viskositas dan kemampuan pembusaannya Herman, 2005.
Gambar 4. Partisi fragrance oil dalam sistem surfaktan Herman, 2005
D. Minyak Jahe