Konstruksi makna haji mandiri dalam meningkatkan ke khu‟suan

4.2.2 Konstruksi makna haji mandiri dalam meningkatkan ke khu‟suan

dalam menjalankan ibadah haji Haji mandiri merupakan ibadah haji yang dilakukan secara mandiri oleh para jamaah, sehingga jamaah haji tidak tergantung dengan siapapun. Dengan tidak tergantung itu artinya bisa mandiri dalam hal manasik dan mandiri dalam hal perjalanan. Program haji mandiri ini mendapat sambutan dari berbagai lapisan masyarakat calon jemaah haji, sambutan positif dari calon jemaah haji. Idealnya, seorang jamaah calon haji memang harus mandiri. Dalam tataran ide haji mandiri dinilai banyak pihak merupakan terobosan yang bagus. Namun dalam tataran praktik, banyak hal yang perlu di cermati. Karena ibadah Haji adalah ibadah yang membawa seseorang pada suasana dan alam akhirat. Ibadah haji memiliki karakter yang sangat unik dalam membentuk ketakwaan dalam diri seorang muslim. Ibadah haji merangsang segenap kemampuan manusia untuk difungsikan menerjemahkan nilai-nilai ketakwaan. Ibadah haji selain merupakan ibadah ritual yang mencakup berbagai kegiatan fisik dan spiritual, juga merupakan aktifitas ekonomi yang membutuhkan kapasitas finansial yang relatif besar. Dengan demikian ketakwaan yang diharapkan muncul dari ibadah haji bukan hanya ketakwaan dalam bentuk perilaku ucapan dan perbuatan tertentu tetapi juga ketakwaan dalam pengelolaan sumber-sumber dan benda-benda ekonomi. Allah Swt telah menjadikan ibadah Haji sebagai salah satu kewajiban ibadah yang paling mulia dan merupakan bagian dari Rukun Islam yang dengannya Islam tegak di muka bumi ini hingga akhir jaman. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah bagi orang yang mampu baik dari sisi fisik maupun materi untuk bekal perjalanan dan untuk keluarga yang ditinggalkan. Mampu tidak berarti harus kaya raya karena banyak orang yang kaya namun belum berhaji, sementara banyak orang yang tidak kaya malah mampu melaksanakan Haji. Ibadah Haji adalah proses yang merupakan puncak pencapaian spiritual seorang muslim yang kegiatannya paling lengkap. Di dalamnya terdapat kegiatan fisik, lisan, dan rohani serta pengorbanan jiwa, waktu dan harta. Kegiatan fisik berupa perjalanan dari tanah air ke Saudi Arabia yang menempuh jarak yang jauh dan biaya tidak sedikit serta kegiatan ibadah haji yang melelahkan karena harus bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang singkat. Kegiatan lisan berupa lidah yang senantiasa mengumandangkan senandung talbiyah, takbir, dzikir, dan doa untuk menempatkan Allah di atas puncak kebesaran-Nya serta mengecilkan keinginan terhadap harta, wanita dan tahta yang kerap memalingkan kita dari nur Illahi. Kegiatan rohani berupa penjagaan hati agar selalu bersih, ikhlas dan lurus dalam upaya mencapai haji Mabrur serta penyerahan diri dalam rangka mencari ridho Allah. Haji bukanlah sekadar prosesi lahiriah formal belaka, melainkan sebuah momen revolusi lahir dan batin untuk mencapai kesejatian diri sebagai manusia. Menurut beliau, makna Haji yang pertama adalah mengingatkan kembali hakikat kita sebagai manusia. Melalui thawaf, Allah mendemonstrasikan cara kerja alam semesta. Bagaimana bumi, dan planet-planet di jagat raya ini berotasi dan mengelilingi orbitnya masing-masing sesuai Sunnatullah agar selamat. Dengan thawaf, manusia diajarkan untuk tidak diam di pinggiran, melainkan harus meleburkan diri dalam pusaran kafilah manusia yang akan membawanya menuju Allah. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu jamaah haji mengenai makna haji, Ibu Nina menyebutkan bahwa: ―Kalau menurut saya pribadi ibadah haji itu teh merupakan suatu proses yang mana kita melakukan perjalanan yang panjang hmmm,,,,berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan beberapa kegiatan tentunya di satu waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah. Nah, Kunjungan yang dilakukan nya itu tentu bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita terhadap Allah SWT, dan saya menyenani setiap yang terjadi dan dilakukan sesederhana apapun itu begitu neng kalau menurut ibu.‖ Selain itu, hati sayaa merasa tentram, tenang, dan semogaa kedepanya juga tetep seperti ini. Saya menggunakan haji mandiri menurut saya karena dengan haji mandiri saya merasakan ke khu‘suan dalam beribadah karena kita serba sendiri, tanpa ada pemandunya, sehingga membuat ibadah saya menjadi khu‘su dan afdol.‖ Tidak hanya itu, salah satu jamaah haji mandiri Kota Bandung lainnya, memiliki pemaknaan sendiri akan makna haji bagi dirinya, bahwa menurut bapak Rasyid: ―Memahami makna ibadah haji, kalau menurut saya itu sama halnya dengan membutuhkan pemahaman yang secara khusus mengenai sejarah Nabi Ibrahim dan ajarannya, kenapa seperti itu? Ya, karena praktek-praktek ritual ibadah ini dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman yang telah dialami Nabi Ibrahim as, bersama keluarga beliau. Ibrahim as. Yang hampir seluruh muslin tahu bahwa beliau dikenal sebagai ―Bapak para Nabi‖. Hmmm sehingga ada beberapa hal yang akan kita dapatkan ketika memahami pengalaman beliau. Ibadah haji juga bagi saya juga merupakan sesuatu hal yang dapat menyempurnakan ibadah saya secara keseluruhan, maklum saya ini kan sudah pensiun, jadi apalagi yang bisa saya lakukan selain mendekatkan diri kepada allah. ‖ Dimensi ibadah haji yang perlu dipahami itu tidak hanya terfokus pada ritualnya semata, tapi juga hakikat dari seluruh ibadah yang diperintahkan Allah kepada manusia. Rasulullah SAW pernah ber – sabda, ‗‘Ambillah dari aku tata cara berhaji.‘‗ Hadis Nabi tersebut menegaskan bahwa segala tata cara dalam berhaji sudah memiliki perincian maknanya masing-masing. ‗‘Karena itu, harus memahami makna tahapan tahapan ibadah haji yang dilakukannya,‘‗ Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata, لا – هي – ضْف أ ْ ا أ ه ل ي إ . ث ي ا ج ي ف . ا ث ي ْ ج ح » “Nabi shallallahu „alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul- Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu „alaihi wa sallam.” HR. Bukhari no. 1519 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nina beliau mengatakan bahwa : ―Melaksanakan ibadah haji itu sebagai wujud, wujud dari proses ibadah secara keseluruhan karena itu saya menggunakan jasa haji mandiri karena saya melakukan ibadah haji dengan sangat khu‘su karena semuanya harus serba sendiri sehingga itu malah bikin saya jadi tambah focus pada ibadah, terasa sangat khu‘su, keintiman saya dengan penciptapun terasa, karena itu makanya Saya menggunakan haji mandiri menurut saya karena dengan haji mandiri saya merasaka n ke khu‘suan dalam beribadah karena kita serba sendiri, tanpa ada pemandunya, sehingga membuat ibadah saya menjadi khu‘su dan afdol. Berbeda hal yang di maknai oleh seorang bapak Mirdasy, karena faktor pengaruh istrilah makna haji baginya berbeda-beda, seperti yang dikemukakan beliau bahwa: ―Saya memaknai haji dengan beberapa hal yang memang berdasarkan pada pengalaman hidup yang saya rasakan,yaitu Haji yang pertama, saat saya diberi rahmad oleh Allah menjadi Anggota DPRD Prop Jawa Timur yang termuda usia 27 Tahun, saya kelahiran Januari tahun 1970, dan bulan Agustus tahun 1997 menjadi anggota DPRD Jawa Timur, lalu bulan Desember 1997 menunaikan ibadah Haji saat itu belum ada sistem antrian. Pada haji pertama ini saya berangkat sendirian istri tidak ikut serta. Berbeda halnya dengan pengalaman kedua yang saya rasakan adalah: Haji Kedua, saya lakukan ketika saat saya terpilih kembali menjadi anggota DPRD tahun 2004, saya berangkat bersama Istri. Pada haji kedua inilah pertama kali saya berangkat dengan istri saya.dan bagi saya ini adlaah ibdah haji yang sangat menyenangkan dan terasa lengkap. Sementara haji ketiga, saya lakukan ketika saat saya diperbolehkan oleh istri untuk menikah kembali tahun 2007, saya berangkat haji bersama kedua istri, ibu saya dan kedua ibu mertua. Berangkat rame-rame. Jadi menurut saya haji adalah perjalanan bersyukur kepada Allah atas banyaknya nikmat yang diberikan pada saya, istri- istri dan tentunya anak-anak serta keluarga besar. Sehingga bagi saya haji adalah salah satu cara saya bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan pada saya. Haji adalah panggilan jiwa, panggilan bagi pembersihan hati dan pikiran untuk hanya taqorrub pada sang Khaliq – Allah Ajja wajallah.‖ Ibadah haji merupakan ibadah yang sangat mulia, Allah mengisyaratkan untuk benar-benar membersihkan dirinya dari sifat-sifat, tingkah laku dan akhlaq yang tercela. Hal ini adalah sarana untuk mendapatkan haji yang mabrur yang sudah di janjikan Allah Swt. Makna haji dan tujuan haji setiap individu berbeda- beda, sangat banyak fakktor yang mempengaruhinya. Dari Abdullah bin Mas‘ud, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, حْلا ث خ ي كْلا فْ ي ك لا ْ فْلا ي فْ ي إ ف ة ْ عْلا ج حْلا ْي ا ع ت ي سْي ل ض فْلا ه لا جْلا إ ا ث ة ْ ْلا ج حْ ل ُ ― Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga .‖ HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih. Bagi sebagian kaum muslimin, ibadah haji merupakan madrasah yang dipenuhi berkah, media pembelajaran untuk melatih jiwa, menyucikan hati, dan memperkuat iman. Dapat dipastikan, bahwa ibadah haji merupakan madrasah pendidikan keimanan dimana lulusannya adalah para hamba-Nya yang beriman dan bertakwa, mereka yang mereguk manfaat dari ibadah tersebut adalah para hamba Allah yang diberi taufik oleh-Nya. Allah ta‟ala berfirman, قي ج ف ك ْ ي تْ ي ك ج تْ ي ج حْل لا ي ف ْ أ ٧٢ ْ ل ع ف ا ْ ي ل ٧٢ “Dan berserulah kepada manusia untu k mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka …” Al Hajj: 27-28. Berbagai manfaat, faedah, dan pelajaran berharga yang terdapat dalam ibadah haji tidak mungkin untuk dihitung, karena sebagaimana di dalam ayat di atas, Allah berfirman dengan kata ― ع ف ‖ yang merupakan bentuk plural dari kata ―م فعة‖ yang disebutkan secara indefinitif nakirah sehingga mengisyaratkan betapa banyak dan beragam manfaat yang akan diperoleh dari ibadah haji. Tujuan ibadah haji ini adalah agar berbagai manfaat tersebut diperoleh oleh mereka yang melaksanakannya, karena huruf lam pada firman-Nya ― ا ْ ي ل ْ ل ع ف‖ berfungsi untuk menerangkan alasan yang terkait dengan firman-Nya yang sebelumnya, yaitu ayat ― ك ج تْ ي ج حْل لا ي ف ْ أ ‖, sehingga redaksi ayat tersebut bermakna, “Wahai Muhammad, jika engkau menyeru mereka untuk mengerja kan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu, baik dengan berjalan kaki dan berkendara untuk memperoleh berbagai manfaat haji.” Oleh karena itu, mereka yang diberi taufik untuk melaksanakan ibadah ini hendaklah bersemangat dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh manfaat tersebut, di samping dirinya akan memperoleh pahala yang besar dan pengampunan dosa dari Allah ta‟ala. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, ْق سْف ي ْ ل ْث فْ ي ْ ف تْي ْلا ا ه ج ح ْ ه أ هْت ل مْ ي ك ع ج “Barangsiapa yang berhaji di rumah ini, kemudian tidak berbuat keji dan maksiat, niscaya dia akan kembali dalam kondisi seperti tatkala dirinya dilahirkan oleh ibunya tidak memiliki dosa apapun.” Beliau shallallahu „al aihi wa sallam juga bersabda, حْلا ث خ ي كْلا ي فْ ي ك لا ْ فْلا ي فْ ي إ ف ة ْ عْلا ج حْلا ْي ا ع ت ي “Laksanakanlah hajidan umrah, karena keduanya menghapus kefakiran dan dosa sebagaimana api mengh ilangkan karat dari besi.” Tentunya, seorang yang memperoleh keuntungan ini kembali ke negaranya dengan kondisi yang suci, jiwa yang bersih, dan kehidupan baru yang dipenuhi dengan cahaya iman dan takwa, penuh dengan kebaikan, keshalihan, serta berkomitmen dan konsisten menjalankan ketaatan kepada Allah ta‟ala. Ulama telah menyebutkan bahwa apabila keshalihan dan kesucian jiwa ini terdapat dalam diri hamba, maka hal tersebut merupakan tanda bahwa Allah telah ridha kepadanya dan ciri bahwa amalannya telah diterima oleh-Nya. Apabila kondisi seorang yang telah melaksanakan haji menjadi baik, dengan berpindah dari kondisi yang buruk menjadi baik, atau dari kondisi baik menjadi lebih baik, maka hal ini merupakan tanda bahwa hajinya bermanfaat, karena balasan dari suatu kebaikan adalah tumbuhnya kebaikan sesudah kebaikan yang pertama sebagaimana firman Allah ta‟ala, Ibadah haji merupakan ibadah fisik, banyak makna yang tersirat maupun yang tersurat yang dapat kita ambil dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut. Makna dari ibadah haji disini memiliki maksud agar calon jamaah haji dapat mengetahui, memahami dan menghayati tujuan dan hakikat pelaksanaan ibadah haji, sehingga diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT, karena semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk membentuk manusia yang bertaqwa. Begitu juga berasarkan wawancara dengan salah satu responden Bapak Rizki mengatakan bahwa: ―Tentu saja memang setiap orang yang berhaji selain melaksanakan rukun iman yang ke enam maka saya ingin dan berharap ibadah haji yang dikerjakan ini menjadi haji yang mabrur dan saya sangat berharap kalau setiap pulang dari sana, sikap saya dikeluarga, dimasyarakat menjadi lebih baik lagi dari sbelumnya. ― Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara material, fisik, maupun keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah. Ibadah haji merupakan ibadah fisik, banyak makna yang tersirat maupun yang tersurat yang dapat kita ambil dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut. Makna dari ibadah haji disini memiliki maksud agar calon jamaah haji dapat mengetahui, memahami dan menghayati tujuan dan hakikat pelaksanaan ibadah haji, sehingga diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT, karena semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk membentuk manusia yang bertaqwa. Ibadah Haji adalah puncak pencapaian spiritual seorang Muslim yang kegiatannya paling lengkap. Di dalamnya terdapat kegiatan fisik, lisan, dan rohani serta pengorbanan jiwa, waktu dan harta. Kegiatan fisik berupa Perjalanan dari tanah air ke Saudi Arabia yang menempuh jarak yang jauh dan biaya tidak sedikit serta kegiatan ibadah haji yang melelahkan karena harus bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang singkat. Kegiatan lisan berupa lidah yang senantiasa mengumandangkan senandung talbiyah, takbir, dzikir, dan doa untuk menempatkan Allah di atas puncak kebesaran-Nya serta mengecilkan keinginan terhadap harta, wanita dan tahta yang kerap memalingkan kita dari nur Illahi. Kegiatan rohani berupa penjagaan hati agar selalu bersih, ikhlas dan lurus dalam upaya mencapai haji Mabrur serta penyerahan diri dalam rangka mencari ridho Allah. Haji adalah ibadah yang sarat akan simbol-simbol yang bermakna, tindakan simbolik dalam upacara religius tersebut merupakan bagian yang sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan begitu saja. karena ternyata hal itu melambangkan bentuk simbol komunikasi hamba dengan Allah. Maka sangatlah penting bagi orang yang bermaksud menunaikan haji untuk mengetahui makna dari setiap prosesi dalam ibadah tersebut, sehingga ia dapat menghayati dan menangkap tujuan dan esensinya. Kalau tidak dia hanya akan mendapatkan capek dan lelah saja. Disinilah adanya komunikasi antara manusia dengan penciptanya, manusia dengan manusia lainnya. Berkomunikasi dengan baik sehingga mengharapkan perubahan sari suatu perilaku yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Komunikasi sebagai berikut, ― komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas, azas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Lebih khusus lagi bahwa komunikasi adalah proses merubah perilaku orang lain ‖ Effendy, 1993: 13 . Sementara makna haji menurut Ibu Euis bahwa ibadah haji merupakan: ―Ibadah haji menurut saya didalamnya berlangsung peristiwa sosial, yang tidak hanya menghubungkan dan mendekatkan manusia dengan allah, melainkan juga tentang bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lainnya.. Kegiatan ini juga bermanfaat untuk kita dalam menjaga tali silaturahmi, dan juga melalui silaturahmi seperti ini kita diberikan umur panjang dan melimpahkan rezeki kita, harapan itulah yang saya inginkan dengan mengadakan silaturahmi ini. Sesungguhnya, pelaksanaan ibadah haji merupakan manifestasi persaudaraan muslim sedunia, karena haji merupakan muktamar tahunan atau silaturahmi akbar baik di kota Makkah almukaramah maupun di Madinah. Pertemuan muslim sedunia itu, juga bagaikan muktamar bangsa-bangsa. Disini kita saling membawa budaya masing-masing, dengan aneka ragam budaya dan tingkah laku yang berasal dari negaranya. Cara mereka mendirikan sholat, terkadang ada yang berbeda dengan cara yang biasa kita lakukan. Meskipun demikian, ada kesamaan pedoman kiblatnya yaitu Baitullah serta hubungan bathin dengan Allah SWT. Dari sini kita dapat memetik 2 hikmah ikrar keislaman kita, yang diucapkan dalam ikrar 2 kalimah Syahadat, yaitu: Syahadat pertama, yaitu “ Asyhadu alla ila ha illallah, disini menegakkan ikrar bahwa tiada Tuhan selain Allah . Pernyataan ini menjadi sempurna ketika kita menunaikan ibadah haji serta beribadat di Baitullah – Tanah Haram Makah. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Sedangkan syahadat yang kedua, yaitu “ Wa Ashadu Anna Muhamma Rasulullah”, yaitu ikrar kita atas kerasulan Nabi Muhammad Saw.‖ Salah satu makna terbesar yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji adalah semangat persatuan dan kesatuan umat. Dalam ibadah haji semua jemaah harus berganti pakaian ikhrom. Karena pakaian sering kali melambangkan status, level, strata, tingkatan, jabatan, pangkat, dan derajat. Pakaian menciptakan ―batas‖ palsu, dinding penyekat yang menyebabkan perpecahan di antara manusia. Selanjutnya dari perpecahan itu, dari rasa beda baju, beda status, beda golongan, timbul konsep ―aku,‖ bukan ―kami atau kita,‖ sehingga yang menonjol adalah kelompokku, kedudukanku, golonganku, sukuku, ataupun bangsaku. Padahal penonjolan ―keakuan‖ adalah perilaku orang musyrik yang dilarang oleh Allah SWT. Allah berfirman, ―Janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah agama mereka dan mereka menjadi beberapa partai. Tiap- tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.‖ QS. Ar-Ruum 31-32. Para jemaah haji mengenakan pakaian yang sama, yaitu kain kapan — biasanya digunakan sebagai pembungkus mayat —yang terdiri dari dua helai kain putih yang sederhana. Semua memakai pakaian seperti ini. Tidak ada bedanya antara yang kaya dan miskin, yang terhormat dan orang kebanyakan, yang berasal dari timur dan dari barat. Mereka memakai pakaian yang sama, berangkat pada waktu dan tempat yang sama dan akan bertemu pada waktu dan tempat yang sama pula. Mereka beraktivitas dengan aktivitas yang sama, dan menggunakan kalimat yang sama. Manusia yang tadinya terpecah-pecah dalam berbagai ras, negara, kelompok, suku, dan keluarga, dengan ibadah haji dihimpun oleh Allah SWT dengan berbagai faktor kesamaan agar mereka menjadi satu. Manusia yang tadinya terpecah-pecah dalam berbagai ras, negara, kelompok, suku, dan keluarga, dengan ibadah haji dihimpun oleh Allah SWT dengan berbagai faktor kesamaan agar mereka menjadi satu. Hal ini mengisyaratkan bahwa segala permasalahan umat Islam akan dapat terselesaikan secara mendasar apabila mereka bersatu dan bersama-sama dalam bersikap, berbuat, dan menetapkan pilihan. Hal ini mengisyaratkan bahwa segala permasalahan umat Islam akan dapat terselesaikan secara mendasar apabila mereka bersatu dan bersama-sama dalam bersikap, berbuat, dan menetapkan pilihan. Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah 197: Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan Haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. QS. 2:197. Firman Allah ini menegaskan kepada kita bahwa ketika kita sudah berazzam menetapkan niat untuk melaksanakan ibadah haji, hendaklah dia mempersiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya. Persiapan itu adalah tidak berkata kotor, berbuat fasik dan berbantah-bantahan ketika melaksanakan ibadah haji.

4.2.3 Konstruksi makna haji mandiri dalam proses pelatihan diri