Haji Tamattu‟, artinya bersenang-senang Padang Arafah Kota Muzdalifah Kota Mina Konstruksi Sosial: Pendefinisian Awal

b. Haji Tamattu‟, artinya bersenang-senang

Pelaksanaan ibadah haji disebut t amattu‘ jika seseorang melaksanakan ibadah umrah dan haji di bulan haji yang sama dengan mendahulukan ibadah umroh. Artinya, ketika seseorang mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, hanya berniat melaksanakan ibadah umrah. Dan jika ibadah umrahnya sudah selesai, lalu orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan ibadah haji.

c. Haji Qiran, artinya menggabungkan

Pelaksanaan ibadah haji disebut qiran jika seseorang melaksanakan ibadah haji dan umrah disatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji dan umrah sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. 2.2.4 Rukun dan Wajib Haji 2.2.4.1 Rukun haji: Adapun rukun haji,antara lain: a. Ihram . b. Thawaf Ziyarah disebut juga dengan Thawaf Ifadhah. c. Sa‟i. d. Wuquf di padang Arafah. Apabila salah satu rukun haji di atas tidak dilaksanakan maka hajinya batal. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa rukun haji hanya ada 2 yaitu: Wuquf dan Thawaf . Ihram dan Sa‟ i tidak dimasukkan ke dalam rukun karena menurut beliau, ihram adalah syarat sah haji dan sa‟ i adalah yang wajib dilakukan dalam haji wajib haji. Sementara Imam syafi‘i berpendapat bahwa rukun haji ada 6 yaitu: Ihram, Thawaf, Sa‟i, W uquf , Mencukur rambut, dan Tertib berurutan.

2.2.4.2 Wajib dan Syarat haji:

Wajib Haji antara lain: a. Ihram dimulai dari miqat yang telah ditentukan. b. Wuquf di Arafah sampai matahari tenggelam. c. Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam. d. Melempar jumrah di Mina. e. Mencukur rambut Tahallul . f. Tawaf Wada . Syarat-syarat Wajib Haji antara lain; a. Islam. b. Berakal. c. Baligh. d. Mampu.

2.2.5 Rangkaian kegiatan ibadah Haji

Sebelum tanggal 8 Dzulhijjah, calon jamaah haji mulai berbondong untuk melaksanakan tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah. Calon jamaah haji memakai pakaian Ihram dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji, sesuai miqatnya, kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah, yaitu mengucapkan ― Labbaikallahumma labbaik labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni‟mata laka wal mulk laa syarika lak..‖ Tanggal 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua calon jamaah haji menuju ke padang Arafah untuk menjalankan ibadah wukuf . Kemudian jamaah melaksanakan ibadah wukuf , yaitu berdiam diri dan berdoa di padang Arafah hingga Maghrib datang. Tanggal 9 Dzulhijjah malam, jamaah menuju ke Muzdalifah untuk mabbit bermalam dan mengambil batu untuk melontar jumroh secukupnya.Tanggal 9 Dzulhijjah tengah malam setelah mabit jamaah meneruskan perjalanan ke Mina untuk melaksanakan ibadah melontar Jumroh. Tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah melaksanakan ibadah melempar Jumroh sebanyak tujuh kali ke Jumroh Aqobah sebagai simbolisasi mengusir setan. Dilanjutkan dengan tahalul yaitu mencukur rambut atau sebagian rambut. Jika jamaah mengambil nafar awal maka dapat dilanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram untuk tawaf Haji menyelesaikan Haji. Sedangkan jika mengambil nafar akhir jamaah tetap tinggal di Mina dan dilanjutkan dengan melontar jumroh sambungan Ula dan Wustha. Tanggal 11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan Ula di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga. Tanggal 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan Ula di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga. Jamaah haji kembali ke Makkah untuk melaksanakan thawaf Wada‘ thawaf perpisahan sebelum pulang ke negara masing-masing.

2.2.6 Persiapan Ibadah Haji

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum menunaikan ibadah Haji: a. Membersihkan diri dari dosa dan kesalahan baik langsung kepada Allah SWT, maupun kepada sesama manusia. b. Karena ibadah Haji adalah ibadah fisik, maka perlu mempersiapkan mental untuk mengikuti seluruh rangkaian ibadah haji yang memerlukan stamina tinggi, keikhlasan dan kepasrahan kepada Allah SWT. c. Mempersiapkan biaya, baik selama dalam perjalanan haji, maupun untuk nafkah keluarga yang ditinggalkan. d. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan harta kekayaan, seperti zakat, nadzar, hutang, infaq dan shadaqah. e. Melaksanakan janji yang pernah diucapkan. f. Menyelesaikan segala urusan yang berhubungan dengan keluarga yang akan ditinggalkan. Memohon do‘a restu kepada kedua orang tua jika masih hidup. g. Mempersiapkan ilmu dan pengetahuan agama, dan mengikuti kegiatan manasik haji. h. Mempersiapkan obat-obatan pribadi selama menjalankan ibadah haji. i. Mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk keperluan selama perjalanan Ibadah Haji: Perlengkapan Pria a. Kain Ihram dua stel b. Baju sehari-hari secukupnya c. Ikat pinggang d. Keperluan mandi Perlengkapan Wanita a. Mukena minimal 2 buah b. Pakaian ihram rok putih dan mukena atas putih 2 stel c. Pakaian sehari-hari secukupnya d. Kaos kaki secukupnya

2.2.7 Lokasi Utama Ibadah Haji dan Umroh a.

Makkah Al Mukaromah Di kota Makkah Al-Mukaromah inilah terdapat Masjidil Haram yang didalamnya terdapat Ka‘bah yang merupakan kiblat ibadah umat Islam sedunia. Dalam rangkaian perjalanan ibadah haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah haji.

b. Padang Arafah

Padang Arafah terdapat di sebelah timur Kota Makkah. Padang Arafah dikenal sebagai tempat pusatnya haji, sebagai tempat pelaksanaan ibadah wukuf yang merupakan rukun haji. Di Padang Arafah juga terdapat Jabal Rahmah tempat pertama kali pertemuan Nabi Adam dan Hawa. Di luar musim haji, daerah ini di kunjungi oleh jamaah yang sedang melaksanakan umrah namun bukan merupakan rukun umrah.

c. Kota Muzdalifah

Kota ini tidak jauh dari kota Mina dan Arafah. Kota Muzdalifah merupakan tempat jamaah calon haji melakukan Mabit bermalam dan mengambil batu untuk melontar Jumrah di Kota Mina.

d. Kota Mina

Kota Mina merupakan tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan melontarkan batu ke tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan Nabi Ibrahim ketika mengusir setan. Disana terdapat tiga jumrah yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha.

2.3 Landasan teoritis

2.3.1 Teori Konstruksi sosial

Membahas teori konstruksi sosial social construction , tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoritik yang telah dikemukakan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Peter L Berger merupakan sosiolog dari New School for Social Reserach , New York, Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt . Teori konstruksi sosial, sejatinya dirumuskan kedua akademisi ini sebagai suatu kajian teoritis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan. Sebagai catatan akademik, pemikiran Berger dan Luckmann ini, terlihat cukup utuh di dalam buku mereka berjudul ― the Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge” 1 . Publikasi buku ini mendapat sambutan luar biasa dari berbagai pihak, khususnya para ilmuan sosial, karena saat itu pemikiran keilmuan termasuk ilmu-ilmu sosial banyak didominasi oleh kajian positivistik. Berger dan Luckmann meyakini secara substantif bahwa realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di seklilingnya, ― reality is socially constructed ‖. Tentu saja, teori ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu yang merupakan manusia bebas. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu melalui respon-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitif nya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Dalam penjelasan Deddy N Hidayat, bahwa ontologi paradigma konstruktivis memandang realitas sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian, kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. 2 . Melihat 1 Proses penyusunan buku oleh kedua sosiolog ini berlangsung kurang lebih 4 tahun dalam rentang waktu 1962-1966. Bukunya pertama kali terbit tahun 1966. Lihat, Peter L Berger and Thomas Luckmann, The Social Construction of Reality A Treatise in the Sociology of Knowledge, New York: 1966. Sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk ke dalam Bahasa Indonesia, lihat Peter L Berger dan Thomas Luckman, Ta fsir Sosial atas Kenyataan, Jakarta : LP3S, 1990. 2 Deddy Nu Hiadayat, Paradigma dan Perkemba ngan Penelitian Komunikasi dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,VolIII. Jakarta: IKSI dan ROSDA, 1999, hlm. 39 berbagai karakteristik dan substansi pemikiran dari teori konstruksi sosial nampak jelas, bahwa teori ini berparadigma konstruktivis. Pemikiran Berger dan Luckmann tentu juga terpengaruh oleh banyak pemikiran ilmuan lain, baik yang langsung menjadi gurunya atau sekedar terpengaruh oleh pemikiran pendahulunya. Jika dirunut, dapat kita identifikasi bahwa Berger terpengarub langsung oleh gurunya yang juga tokoh fenomologi Alfred Schutz. Schutz sendiri merupakan murid dari Edmund Husserl —pendiri aliran fenomenologi di Jerman. Atas dasar itulah, pemikiran Berger dikatakan terpengaruh oleh pemikiran fenomenologi. Memang tidak dapat disangkal bahwa pemikiran yang digagas Berger dan Luckmann merupakan derivasi perspektif fenomenologi yang telah memperoleh lahan subur baik di dalam bidang filsafat maupun pemikiran sosial. Aliran fenomenologi dikembangkan oleh Kant dan diteruskan oleh Hegel, Weber, Huserl, Schutz baru ke Berger dan Luckmann. 3 Istilah sosiologi pengetahuan yang dilekatkan pada pemikiran mereka pun sebenarnya bukan hal yang baru ada, sebelumnya rintisan ke arah sosiologi pengetahuan telah diperkenalkan oleh Max Scheler dan Karl Manhein. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pemikiran Berger dan Luckmann terpengaruh oleh pemikiran Schutzian tentang fenomenologi, Weberian tentang ―makna-makna subyeyektif‖, Durkheimian-Parsonian tentang ―struktur‖ Marxian tentang ―dialektika‖ serta Mead tentang ―interaksi simbolik‖. 3 Basrowi, Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Surabaya : Insan Cendekian, 2002.hlm. 204 Dalam konteks itulah, Poloma menyimpulkan pembentukan realitas secara sosial sebagai sintesis antara strukturalisme dan interaksionisme. 4

a. Konstruksi Sosial: Pendefinisian Awal

Istilah konstruksi sosial atas realitas social construction of reality didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. 5 Asal usul kontruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagsan pokok Konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemologi dari Italia, ia adalah cikal bakal Konstruktivisme 6 . Dalam aliran filsasat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan id. 7 Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah 4 Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, ed. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1994 5 Ibid. 6 Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta:Kanisius, 1997, hlm. 24 7 Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani,Yogyakarta: Kanisius. 199, hl, 89-106 fakta 8 . Aristoteles pulalah yang telah me mperkenalkan ucapannya ‗ Cogito ergo sum‟ yang berarti ―saya berfikir karena itu saya ada‖. Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini. Pada tahun 1710, Vico dalam „De An tiquissima Italorum Sapientia‟, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ‗Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan‘. Dia menjelaskan bahwa ‗mengetahui‘ berarti ‗mengetahui bagaimana membuat sesuatu ‘ini berarti seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa ia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikontruksikannya 9 . Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme hipotesis; dan konstruktivisme biasa 10 . 1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individdu yang mengetahui dan tdak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri 8 Ibid, 137-39 9 Suparno, hlm.24 10 Ibid, hlm. 25 olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran terjadinya konstruksi itu. 2. Realisme hipotesis , pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. 3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri. Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di dekitarnya . Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.

b. Asumsi Dasar Teori