Profil Informan Penelitian Konstruksi Makna Haji Mandiri Bagi Jamaah Haji di Kota Bandung.

61 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Profil Informan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada komunitas haji mandiri. Adapun penetapan informan pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan. Menurut Bogdan dan Taylor, informan dipilih secara purposif karena: 1. Dipertimbangkan subjek yang mau menerima kehadiran peneliti secara baik dibandingkan dengan yang lainnya. 2. Kemampuan dan kemauan mereka untuk mengutarakan pengalaman- pengalaman masa lalu dan masa sekarang. 3. Siapa saja yang dianggap menarik. 4. Akan lebih bijak bila menghindari penyeleksian subyek yang memiliki hubungan profesional dan hubungan khusus lainnya yang telah memiliki asumsi-asumsi atau praduga-praduga khusus yang bisa mewarnai penasiran mereka terhadap apa yang diungkapkan. Tentu saja, hal ini dilakukan karena kebutuhan peneliti akan data atau informasi dari informan penelitian yang dapat dipercaya dan sekaligus pula memiliki keabsahan. Berkaitan dengan kebutuhan tersebut, peneliti mengambil sepuluh informan. Informan yang pertama adalah Bapak Mirdasy yang merupakan sudah melakukan ibadah haji sebanyak 3 kali. Dilahirkan di Buah Batu, Bandung. Diusianya yang menginjak orang tua yaitu 40 tahun beliau memiliki 7 orang anak dan 2 istri. Haji pertama beliau menggunakan haji mandiri, namun pada saat haji kedua beliau mengikuti salah satu rombongan haji dengan kelas ONH Plus, sehingga pada saat naik haji terakhir beliau menggunakan jasa naik haji mandiri, bersama kedua istri dan kedua ibu mertuanya. Sehingga menurutnya perjalanan haji yang ke tiga ini yang paling memberikan kesan tersendiri baginya. Informan yang kedua adalah Ibu Euis, usia 37 tahun, memiliki satu orang anak, dari pernikahan pertamanya. Saat ini merupakan salah satu istri dari Bapak Mirdasy sebagai jamaah haji mandiri yang dilaksanakan oleh KUA. Ibadah haji beliau merupakan pengalaman pertama dan beliau merupakan seorang mualaf di dua tahun yang lalu. Beliau seorang manager eksekutif dari salah satu hotel ternama di Kota Bandung. Sehingga beliau memiliki gaya hidup yang mewah dengan pergaulan yang berkelas. Informan ketiga adalah merupakan istri pertama dari Bapak Mirdasi di atas yaitu Ibu Reni. Beliau melakukan ibadah haji mandiri pada usia 38 tahun. Beliau memiliki 6 orang anak. Melakukan ibadah haji mandiri sudah dilakukan sebanyak 1 kali karena sebelumnya menggunakan jasa travel dan lebih cepat. Terakhir melakukan ibadah haji karena suaminya sudah memiliki istri kedua, sehinga beliau ingin mencoba merukunkan keadaan yang terdapat dalam keluarganya. Bapak mirdasyi di atas ingin sekali istri-istrinya hidup berdampingan, saling tolong menolong, memahami, dan saling mengerti. Berbeda dengan istri keduanya, istri pertamanya ini merupakan orang yang sederhana walaupun memiliki beberapa usaha yang membantu kekokohan keluarganya. Informan yang keempat adalah Ibu Isma. Seorang analis dari suatu laboratorium di Bandung. Beliau melakukan ibadah haji menggunakan jasa haji mandiri pada usia 29 tahun, bersama suaminya. Saat ini beliau dikaruniai seorang anak. Alasan beliau menggunakan jasa haji mandiri adalah karena referensi dari orang tuanya yang selalu menggunakan haji mandiri. Informan yang kelima adalah rizki. Seorang manager marketing dari salah satu bank swasta di Bandung. Beliau adalah suami dari Ibu Isma, berangkat haji pada usia 34 tahun. Melakukan ibadah haji karena saat itu ibunya mendapatkan rezeki yang banyak, sehingga memberangkatkan semua putra- putrinya beserta menantunya. Informan yang keenam adalah Ibu neni, yang merupakan Ibu dari peneliti. Beliau melakukan ibadah haji mandiri pada usia 52 tahun. Ini adalah ibadah haji yang kedua kalinya bersama bapak. Dulu pertama kali naik haji pada usia 40 tahunan, dan menginjak pensiun ibu dan bapak pergi ibadah haji lagi. Kedua kalinya ini beliau tetap menggunakan jasa haji mandiri karena dirasa sangat afdol dalam menjalankan ibadahnya. Informan yang ketujuh adalah bapak Rasyid yang merupakan bapak dari peneliti. Beliau melakukan ibadah haji mandiri pada usia 58 tahun. Keduanya melakukan ibadah haji karena memang sudah dipersiapkan dari sebelum- sebelumnya, bahwa ketika akan menginjakan pensiun, maka harus naik haji, jadi segala bentuk apapunya sudah dibahas dan dipersiapkan, dan ini merupakan ibadah haji yang kedua.

4.2 Hasil Penelitian