21 kurang mampu dalam mengontrol diri sendiri impulsif, memiliki
imajinasi yang rendah, emosinya kurang stabil, memiliki kecemasan yang tinggi anxiety, memiliki sifat ketergantungan pada orang lain
keluarganya, kurang mandiri, senang bergaul dengan orang yang dekat saja, memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa nuansa, keras
kepala, lekas marah atau cepat tersinggung, dan kurang memiliki konsep tentang suatu hubungan.
3. Klasifikasi Anak Tunarungu
Anak tunarungu dapat diklasifikasikan berdasarkan sejauh mana alat pendengarannya dapat berfungsi. Berat ringannya daya dengar atau
ketajaman seseorang dalam mendengar bunyi dinyatakan dalam ukuran dB atau deciBell. Misalnya terdapat seorang anak menderita gangguan
pendengaran seberat 50 dB, artinya suara atau bunyi yang mampu dia dengar meliputi kekerasan sebesar lebih dari 50 dB. Secara rinci berikut
adalah klasifikasi anak tunarungu berdasarkan derajat kehilangan kemampuan mendengar.
a. Mild Losses 20 to 30 dB, people with losses in this range learn to
speak by ear in the ordinary developmental way, and are borderline between the hard of hearing and the normal.
b. Marginal losses 30 to 40 dB, people with such losses usually have
some difficulty in hearing speech at the distance of than a few feet and in following conversation, speech can be learned by ear.
c. Moderate losses 40 to 60 dB, with application of sound and the
hearing in this range can learn speech aurally. d.
Severe losses 60 to 75 dB, people with hearing losses in this range will not acquire speech without the use of specialized
techniques. Most such peo ple are concidered “educational deaf”.
They are borderline between the hard of hearing an the deaf. e.
Profound losses greater than 75 dB, people with hearing losses in this range seldom learn language by ear alone even with maximum
22 application of sound Charles W. Telford dalam Edja Sadjaah,
2005: 76.
Klasifikasi di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut. a.
Gangguan pendengaran ringan 20 sampai 30 dB, orang yang kehilangan pendengaran pada taraf ini mampu belajar berkomunikasi
dengan memfungsikan telinganya dan berkembang secara normal. Taraf ini merupakan batas antara kurang dengar dan normal.
b. Gangguan pendengaran marginal 30 sampai 40 dB, orang yang
kehilangan pendengaran pada taraf ini biasanya mengalami kesulitan mendengar dalam jarak sejauh lebih dari satu kaki dan kesulitan
mengikuti percakapan, tetapi mereka masih dapat menangkap pembicaraan melalui telinganya.
c. Gangguan pendengaran jenis sedang 40 sampai 60 dB, orang yang
kehilangan pendengaran pada taraf ini hanya mampu mendengar suara keras dan dibantu dengan penglihatannya, sehingga mereka dapat
belajar percakapan melalui metode oral. Metode ini yaitu dengan membaca gerak bibir lawan bicaranya.
d. Gangguan pendengaran berat 60 sampai 75 dB, orang yang
kehilangan pendengaran pada taraf ini tidak dapat berkomunikasi tanpa menggunakan teknik-teknik khusus. Kebanyakan dari mereka harus
mengikuti pendidikan bagi anak tuli. Taraf ini merupakan batas antara kurang dengar dan tuli.
e. Gangguan pendengaran sangat berat lebih dari 75 dB, orang yang
kehilangan pendengaran pada taraf ini jarang berkomunikasi
23 menggunakan telinganya walaupun dengan suara yang diucapkan
sangat keras.
4. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu