35 3.
Menekankan pentingnya kasih sayang dan kepercayaan dalam pembelajaran dan belajar, mendorong anak untuk bersikap terbuka dan dilakukan melalui
penciptaan iklim yang tidak otoriter Sunardi dan Sunaryo, 2007: 277. 4.
Guru bukan sekedar melakukan penanganan langsung terhadap anak. Guru hendaknya juga menjadikan orangtua secara konsisten dapat terlibat
langsung dalam kegiatan pengasuhan, menjalin interaksi yang berkualitas, dan mampu memberikan pengalaman yang berbeda kepada anaknya
Sunardi dan Sunaryo, 2007: 264. 5.
Membangun kedekatan dan kontrol sentuhan proximity and touch control Redl Wineman dalam Sunardi dan Sunaryo, 2007: 276. Sebisa mungkin
guru membangun hubungan yang baik dengan anak tunarungu. Guru diharapkan dapat membangun kedekatan dan kontrol sentuhan pada anak
agar tercipta hubungan yang baik dan timbul kepercayaan dan kenyamanan pada diri anak tunarungu. Hal ini dapat membantu anak tunarungu agar
tidak lagi malu-malu dalam berinteraksi sosial.
D. Kerangka Berpikir
Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran, baik sebagian atau seluruhnya. Sama halnya dengan anak normal lainnya, dalam
kehidupan sehari-hari anak tunarungu juga memiliki kebutuhan untuk melakukan interaksi sosial. Namun demikian sebagai akibat gangguan dalam
pendengarannya, anak tunarungu memiliki hambatan dalam melakukan interaksi sosial. Kemampuan berbahasa mereka kurang berkembang dengan baik, padahal
36 berbahasa merupakan bagian terpenting dari komunikasi, sedangkan syarat
terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Anak tunarungu dapat berinteraksi sosial dalam lingkungan yang lebih
umum dan luas melalui sekolah inklusif. Misalnya dengan sesama anak tunarungu, anak tunarungu dengan anak normal, anak tunarungu dengan guru
kelas, hingga anak tunarungu dengan guru pendamping khusus. Hal ini tentu akan mempengaruhi kemampuan interaksi sosial mereka, karena anak tunarungu
dihadapkan pada lingkungan yang kompleks dan berbeda dengan kondisi dirinya.
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja interaksi sosial antara sesama anak tunarungu di kelasnya?
2. Apa saja interaksi sosial antara anak tunarungu dengan anak normal di
kelasnya? 3.
Apa saja interaksi sosial antara anak tunarungu dengan guru kelasnya? 4.
Apa saja interaksi sosial antara anak tunarungu dengan guru pendamping khususnya?
5. Apa saja upaya yang dilakukan guru kelas untuk meningkatkan interaksi
sosial anak tunarungu di sekolah?
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah Moleong, Lexy J., 2005: 6. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan istrumen kunci. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data secara gabungansimultan Sugiyono, 2009: 8.
Penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif kualitatif jika digolongkan berdasarkan tujuannya. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut dapat berasal dari hasil wawancara, catatan lapangan, foto, video, dan
dokumen pribadi Moleong, Lexy J., 2005: 11. Peneliti bermaksud untuk mencermati interaksi sosial anak tunarungu di SD Negeri 4 Bejen Karanganyar,
khususnya di kelas IVB secara mendalam.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Bejen, Karanganyar, khususnya di kelas IVB. Sekolah tersebut terletak di Jalan Ronggowarsito No. 2 Bejen,