11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Anak Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”. “Tuna” berarti kurang atau tiada memiliki dan “rungu” berarti pendengaran, sehingga
secara bahasa “tunarungu” berarti tidak dapat mendengar atau tuli Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990: 971.
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengarannya kurang dengar atau bahkan tuli Tim, 2005: 13. Atau dengan kata lain,
orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar suara Murni Winarsih, 2007: 21. Sebenarnya apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu
tidak begitu nampak perbedaaan dengan anak dengar normal pada umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah terlihat bahwa mereka adalah
anak tunarungu. Sumber lain menyebutkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang
karena berbagai hal menjadikan pendengarannya mendapatkan gangguan atau mengalami kerusakan sehingga sangat mengganggu aktivitas
kehidupannya Edja Sadjaah, 2005: 69. Dalam sumber berbeda, tunarungu dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya Sutjihati Somantri, 2012: 93.
12 Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli deaf dan
kurang dengar low of hearing. Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga
pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih
dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa alat bantu dengar hearing aids Sutjihati Somantri, 2012: 93.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran
baik sebagian atau seluruhnya, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karakteristik Anak Tunarungu