Aspek Pi Pembahasan Penelitian Tindakan Kelas

p D 2 K l b a c m l H a dan ɔ . pada diagram Diagram 9:

2. Aspek Pi

Diks Kesalahan b lebih dari sa siswa lebih berlangsung Skor rata-rat adanya peni campuran y menggunaka siswa S5 larang.” Sis Hal tersebut Adapun pen m berikut. Peningkata Siklus I, S ilihan Kata si yang dig berbahasa y atu, yaitu ba h sering me g. Skor rata- ta tersebut d ingkatan pa yaitu bahas an bahasa Ja “Werninipu swa tersebut t terlihat pa 1 2 3 4 5 ningkatan sk an Skor Ra Siklus II, dan atau Diksi gunakan sis yang terjadi ahasa Jawa d enggunakan rata yang di dapat dikateg ada aspek in sa Jawa d awa ragam n n ireng kan t mendapatk ada penggun 2,55 kor rata-rata ata-rata Asp n Siklus III wa berkaita merupakan dan bahasa I bahasa In iperoleh pad gorisasikan p ni. Siswa m dan bahasa ngoko. Hal te nthi merek s kan skor 2 k naan kata ir 3,03 3 pada aspek pek Pelafala an dengan akibat pen Indonesia. H ndonesia pad da tahap pra pada kategor masih sering Indonesia. ersebut terlih sumount sup arena mengg reng dan lar 3,45 4,0 pelafalan da an dari Pra kesalahan nggunaan ba Hal tersebut d da saat pem atindakan seb ri cukup sehi menggunak . Siswa ju hat pada has per betmen. gunakan rag rang yang 03 apat dilihat atindakan, berbahasa. ahasa yang disebabkan mbelajaran besar 2,77. ingga perlu kan bahasa uga sering il deskripsi Reginipun gam ngoko. seharusnya dengan kata cemeng [cêmê ƞ] dan awis [aw s]. Kata tersebut merupakan bahasa Jawa ragam ngoko. Contoh lainnya pada S5 “Gunanipun kangge tetumpakan.” Kata gunanipun [gunanipUn] masih merupakan ragam krama ngoko. Kesalahan pada aspek ini juga pada penggunaan kata bahasa Indonesia dalam kalimat. S4 mendapatkan skor 3 karena kesalahan penggunaan bentuk krama dari kata berimbuhan dan penggunaan kata berbahasa Indonesia. Tampak pada kalimat S4 “kekuranganipun nimbulake polusi lan bisa kecelakaan.”. Kata nimbulake [nImbUlaké] masih merupakan bentuk ragam ngoko, sedangkan kata bisa kecelakaaan merupakan bentuk kata bahasa Indonesia. Contoh lainnya pada S7 yang mendapat skor 2 karena menggunakan bahasa Indonesia dalam kalimat S7 “kekuranganipun bis saged macet yen lagi kekurangan bensin.” Kata lagi kekurangan bensin merupakan kata bahasa Indonesia. Sedangkan kata yen [yèn] merupakan ragam ngoko. Kata mobil-mobilan [mobil-mobilan] yang diucapkan oleh S9 juga cenderung kata berbahasa Indonesia. Kesalahan pada aspek pilihan kata dilihat juga dari penggunaan ragam ngoko pada kata berimbuhan. Contohnya S9 mendapatkan skor 3 karena belum menggunakan bahasa Jawa ragam krama pada kata berimbuhan. Terlihat pada kalimat S9 “Mobil-mobilan saged ngasilake kangge mainan. Wernine cemeng.”. Kata ngasilake [ngas laké] dan wernine [wêrniné] merupakan ragam ngoko. Hal tersebut juga dialami oleh S24 yang mendapat skor 3. Tampak pada tuturan S24 ”Bise kanthi werna cemeng.”. Kata bise masih berupa ragam ngoko. Aspek diksi pada siklus I memperoleh skor rata-rata sebesar 3,77. Skor tersebut termasuk dalam kategori baik sehingga perlu adanya peningkatan pada aspek ini. Apabila dibandingkan dengan pratindakan, siklus I mengalami peningkatan sebesar 1. Peningkatan tersebut terlihat pada S5 “Ukuranipun alit lan reganipun mirah”. Selain itu juga kata gunanipun [gunanipUn] sudah menjadi ragam krama yakni ginanipun [ginanipUn]. Terlihat pada kalimat S5”Ginanipun kangge dolananipun lare-lare alit.” Siswa tersebut mendapatkan skor 3 karena kosakata yang digunakan sudah benar, yaitu menggunakan bahasa Jawa ragam krama. Hanya saja masih perlu diperbaiki penggunaan bahasa Jawa ragam krama untuk kata sambung dan perubahan kata setelah diberikan imbuhan. Kata lan seharusnya kaliyan dan kata reginipun menjadi reganipun. Hal tersebut juga terjadi pada S26 “Ginanipun kanggo dolanan”. Siswa tersebut juga mengalami kendala bentuk krama dari kata sambung. Siswa tersebut mendapatkan skor 4. Peningkatan juga terjadi pada S4 yang mendapat skor 4. Terlihat dari tuturan S4 “Kekuranganipun saged ndadosaken lare-lare bodho.”. Kata kekuranganipun [kêkura ŋnganipUn] dan ndadosaken [ndad ɔ sakên] sudah merupakan bentuk krama. Meskipun kata kekuranganipun masih ada bentuk kramanya. S9 juga mengalami peningkatan skor menjadi 4. Hal ini tampak pada tuturan S9 ”Saged ngasilaken dolanan lare-lare.” dan “Kekiranganipun ganggu konsentrasinipun lare-lare nalika sinau.”. Kata ngasilaken [ngas lakên] dan kekiranganipun [kêkira ŋnganipUn] sudah berupa ragam krama. Meskipun sudah ada siswa yang menggunakan bentuk krama dari panambang dengan benar, akan tetapi masih ada juga siswa yang belum dapat menggunakan bentuk krama dari panambang. Contohnya pada S4 “Ginanipun kangge ngenengake lare alit”. Kata ngenengake berupa ragam ngoko. S4 mendapat skor 4. Sama dengan S7 “Kaluwihanipun saged ngeneng-enengake lare nalika nangis.”. Kata ngeneng-enengake masih berupa ragam ngoko. Oleh karena itu, S7 mendapatkan skor 4. Aspek diksi pada siklus II memperoleh skor rata-rata sebesar 3,64 atau pada kategori baik sehingga masih perlu adanya peningkatan pada aspek ini. Apabila dibandingkan dengan siklus I, siklus II mengalami penurunan sebesar 0,13. Penurunan tersebut disebabkan karena siswa diminta mendeskripsikan benda yang lebih luas sehingga banyak siswa yang grogi akibat teks mereka lebih panjang. Salah satu contohnya terlihat pada S8 belum tepat dalam menggunakan diksi. Hal tersebut terlihat pada tuturan S8 yang berbunyi “Ngajeng kelas enten wit ageng kagem ngiyup lan nyelehake sepedha”. Siswa tersebut mendapatkan skor 3 karena banyak menggunakan kata enten dalam tuturannya. Kata tersebut seharusnya diganti dengan kata wonten, lan yang seharusnya kaliyan serta nyelehake yang seharusnya dilafalkan nyelehaken. S8 mengalami penurunan skor, yaitu yang pada tahap siklus I mendapatkan skor 4, siklus II mendapatkan skor 3. Sedangkan S5 mengalami peningkatan skor yakni menjadi 4. Hal ini dikarenakan siswa tersebut masih melakukan kesalahan pada bentuk krama dari kata sambung lan. Terlihat pada tuturan S5 yang berbunyi “Pager lan tembokipun jawi dipuncet werna orange.” Sedangkan S26 tetap mendapatkan t w k r p D D k 3 k d i skor 4 kare tersebut terl wonten tama Aspe kategori baik ragam kram penjelasan g Diagram 1 Diagram di kata dari sik

3. Aspek St

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran bahasa indonesia kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu Tanggerang Selatan

0 6 159

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA INGGIL MELALUI ROLE PLAYING DENGAN MEDIA PAPAN TEMPEL PADA SISWA KELAS IV SDN 03 TUGUREJO SEMARANG

1 13 165

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA RAGAM KRAMA MELALUI METODE ROLE PLAYING BERBASIS MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

2 74 263

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA RAGAM KRAMA LUGU MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IIA SDN KARANGAYU 02 SEMARANG

1 19 188

Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama Dalam Berdialog Sesuai Unggah ungguh Basa dengan Media Kartu Karakter Pada Siswa Kelas IXG SMP Negeri 2 Kalimanah Kabupaten Purbalingga

0 36 222

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN BAHASA KRAMA ALUS Penggunaan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dengan Bahasa Krama Alus Pada Siswa Kelas V SDN Wonomulyo Kabupaten Wonogiri Tahu

0 1 16

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN BAHASA KRAMA ALUS Penggunaan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dengan Bahasa Krama Alus Pada Siswa Kelas V SDN Wonomulyo Kabupaten Wonogiri Tahu

0 1 10

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA RAGAM KRAMA LUGU MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IIA SDN KARANGAYU 02 SEMARANG.

0 0 2

Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama Pada Siswa Kelas II TAV (Teknik Audio Vidio) SMKN 7 Semarang Dengan Metode Consept of Sentence.

0 0 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA RAGAM KRAMA INGGIL MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS V SDN KARANGANYAR 02 SEMARANG -

0 0 91