Wanprestasi dan Penyelesaiannya TINJAUAN HUKUM PEMBERIAN BANTUAN MODAL USAHA DI PT.

mereka berwenang untuk membuat suatu perjanjian. Hal ini telah terdapat di dalam perjanjian ini. Mengenai suatu hal tertentu di dalam perjanjian ini adalah obyek dari perjanjian. Yang menjadi obyek dari perjanjian ini adalah pemberian bantuan modal usaha yang berupa uang sebesar Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah. Menurut perjanjian yang dibuat bahwa pinjaman tersebut hanya digunakan untuk pengembangan usaha. Suatu sebab yang halal di dalam perjanjian adalah bahwa isi perjanjian ini tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi sebab di sini bukanlah berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian tesrebut. Perjanjian pinjam-meminjam yang dilakukan oleh PTPN II Persero dengan DEWI PERABOT tentu saja tidak bertentangan dengan kepentingan umum, karena kerja sama ini dibuat dalam rangka melaksanakan himbauan pemerintah yang ditujukan kepada usaha besar untuk membantu para pengusaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan sendiri dan dapat berperan dalam perekonomian nasional.

C. Wanprestasi dan Penyelesaiannya

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda wanprestatie yang berarti prestasi buruk. Dalam bahasa sehari-hari wanprestasi sering dikatakan sebagai perbuatan ingkar janji untuk memenuhi suatu perikatan. Menurut Munir Fuady wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. 21 Menurut Subekti, apabila si berutang debitur tidak melakukan apa-apa yang dijanjikannya maka dikatakan ia melakukan wanprestasi ia alpa atau lalai atau ingkar janji. 22 “Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Kalau begitu seorang debitur disebutkan dan berada dalam keadaan wanprestasi apabila ia melakukan pelaksanaan prestasi perjanjian telah lalai sehingga terlambat dari jadwal waktu yang akan ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut sepatutnyaselayaknya.” Menurut M. Yahya Harahap yang dimaksud dengan wanprestasi adalah 23 1. Perbuatan yang dilakukan debitur dapat disesalkan. Untuk dapat dipersalahkan telah melakukan wanprestasi menurut Qirom Syamsuddin Meliala sebagaimana dikutip dari pendapat Sri Soedewi yaitu “Wanprestasi baru dapat terjadi bila telah memenuhi 3 tiga unsur yaitu: 2. Akibatnya dapat juga lebih dahulu baik dalam arti yang obyektif maupun yang subyektif. 3. Pelaku dapat dimintai pertanggungjawabannya, artinya pelaku bukan orang gila atau lemah ingatan.” 24 Di dalam suatu perjanjian, dapat timbul resiko penyelewengan dari isi perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Penyelewengan- 21 Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 87 22 R. Subekti II, op.cit, hal. 50. 23 M. Yahya Harahap, op.cit, hal, 64. 24 Qirom S. Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian beserta Perkembangan, Liberty, Yogyakarta, 1995, hal. 26. penyelewengan ini dapat timbul karena berbagai faktor, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Faktor kesengajaan terjadi apabila pihak pengusaha kecil tidak mau melakukan kewajibannya untuk membayar kembali pinjaman modal yang telah diberikan kepadanya. Di dalam Pasal 9 disebut mengenai kelalaian. Di dalam perjanjian disebut bahwa apabila Pihak Kedua melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan gagalnya usaha maka jumlah pinjaman yang diterima ditambah jasa administrasi sebesar 6 enam persen per tahun tetap menjadi tanggung jawab Pihak Kedua untuk mengembalikan seluruh pinjaman. Hal-hal tersebut tentu saja menimbulkan perselisihan-perselisihan antara kedua belah pihak, sehingga dari tujuan pembinaan yang diharapkan, maka perselisihan tersebut harus ada penyelesaiannya. Penyelesaian perselisihan ini dicantumkan di dalam perjanjian pinjam uang yang disepakati yaitu dalam Pasal 6 yang menyebutkan: 1. Apabila Pihak Kedua pada waktunya tidak melaksanakan pembayaran cicilan pinjamanpelunasan beserta jasa administrasinya kepada Pihak Pertamm sebagaimana disebut dalam Pasal 3 ayat 1 dari surat perjanjian ini, maka untuk terlaksananya pembayaranpelunasan hutang Pihak Kedua kepada Pihak Pertama, Pihak Pertama berhak memanggil, membuat teguran tertulis, membuat somasi atau melakukan upaya hukum kepada Pihak Kedua. 2. Pihak Pertama mempunyai hak untuk mengambil alih barang jaminan yang berada di bawah kekuasaan Pihak Kedua, apabila Pihak Kedua: a. Tidak melaksanakan pembayaran cicilan selama 3 tiga bulan berturut-turut, atau b. Sampai dengan tanggal jatuh tempo tidak melaksanakan kewajiban pembayaran 3. Pihak Kedua wajib menyerahkan barang jaminan dalam keadaan baik dengan tanpa syarat apapun kepada Pihak Kedua PTPN II Persero mengharapkan penyelesaian perselisihan yang timbul lebih diutamakan dengan cara kekeluargaan, musayawarah dan mufakat karena penyelesaian dengan jalur pengadilan merupakan alternatif yang terakhir, apabila tidak dimungkinkan cara lain untuk mengatasi hal tersebut. Dalam faktor ketidaksengajaan seperti misalnya pihak pengusaha kecil meninggal dunia atau bangkrut, pihak PTPN II Persero mempunyai kebijaksanaan sendiri. Kebijaksanaan tersebut dapat berupa penundaan jadwal pembayaran pinjaman sehingga pihak pengusaha kecil mempunyai tenggang waktu. Kebijaksanaan lain dapat berupa penghapusan hutang. Penghapusan piutang atau pinjaman yang tidak dapat dilunasi pada dasarnya mengikuti kontraksurat perjanjian yang disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu: 1. Menyisihkan piutang atau pinjaman yang tidak dapat dilunasi menjadi piutang ragu-ragu. Kriteria piutang ragu-ragu adalah: a. Debitur bangkrut atau bubar b. Laporan keuangan yang bersangkutan tidak mampu membayar hutang- hutang. Penyisihan piutang yang tidak dapat ditagih menjadi piutang ragu-ragu berdasarkan Berita Acara yang dibuat oleh Tim Peneliti yang anggotanya ditetapkan Direksi. 2. Mengusulkan dalam RUPS dalam Pembahasan Program Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi untuk penghapusan piutang atau pinjaman yang tidak dapat dilunasi tersebut. 3. Apabila pembahasan Program Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dalam RUPS tersebut, unitpejabat yang ditunjuk mengelola Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi mengajukan surat penghapusan piutang kepada Direksi dengan tembusan Dewan PengurusDewan Komisaris. 4. Dengan persetujuan Dewan PengurusDewan Komisaris menerbitkan surat keputusan tentang penghapusan piutangpinjaman yang tidak dapat dilunasi dengan penghibahan jumlah yang tidak dapat dilunasi tersebut kepada mitra binaan.

D. Berakhirnya Perjanjian Pemberian Bantuan Modal Usaha