Peranan PTPN II Persero Meningkatkan Ekonomi Rakyat sebagai

Direktur Jenderal Pembinaan Pengusaha Kecil Departemen Koperasi dan PPK Nomor KEP.1515BU1994 tanggal 14 Oktober 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari BUMN. Pada Pasal 1 disebutkan Tujuan Keputusan Bersama ini adalah: 1. Untuk lebih mengefektifkan pengeluaran dana pelaksanaan pembinaan oleh BUMN kepada Usaha Kecil dan Koperasi. 2. Untuk meningkatkan koordinasi dalam pelaksanaan pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 3. Mewujudkan Usaha Kecil dan Koperasi yang mandiri dan tangguh. 4. Mewujudkan hubungan kemitraan antara BUMN dengan Usaha Kecil dan Koperasi. Inilah yang menjadi landasan hukum pemberian bantuan modal kepada pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi. Dalam pelaksanaannya telah banyak kelompok usaha kecil dan koperasi serta pengusaha ekonomi lemah yang menjadi mitra binaan dari PTPN II Persero Tanjung Morawa.

C. Peranan PTPN II Persero Meningkatkan Ekonomi Rakyat sebagai

Bapak Angkat Sistem keterkaitan Bapak Angkat dengan Anak Angkat adalah salah satu wujud nyata kepedulian pengusaha besar untuk membantu para pengusaha kecilindustri kecil agar mereka dapat mandiri dan tumbuh menjadi besar. Dalam hal ini, para pengusaha besar sebagai Bapak Angkat membantu pengusaha kecil dalam bidang permodalan, manajemen, promosi dan pemasaran hasil produksinya. Sistem Bapak Angkat Mitra Usaha adalah hubungan keterkaitan antara perusahaan besarmenengah sektor produksi atau jasa dengan industri kecil atas asas saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, yang merupakan sistem pengejawantahan asas kekeluargaan dari Pasal 33 UUD 1945. 20 20 Trisura Suhardi, op.cit, hal. 95. Menurut Pasal 1 ayat 13 UU No. 9 Tahun 1995 disebutkan bahwa kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar. Pengertian keterkaitan usaha atau kemitraan tersebut di atas adalah pengertian kerja sama yang dilakukan atas dasar kemampuan yang seimbang. Kalau itdak, maka yang lemah akan ditelan yang kuat, yang satu akan kalah dan yang satu menang, yang satu untung yang lain buntung. Kerja sama yang dilakukan juga tidak boleh berdasarkan atas rasa belas kasihan dan harus ada saling ketergantunganketerkaitan usaha karena kepentingan yang sama dan saling menguntungkan agar kerja sama tersebut efektif dan dapat berkesinambungan. Kemitraan tidak boleh bersifat subsidi dan situasional di mana salah satu pihak memperlakukan mitra usahanya hanya apabila diperlukan saja dan sewaktu-waktu dapat diganti. Keterkaitan usaha antara perilaku ekonomi, yaitu koperasi, BUMN dan swasta sudah merupakan tekad nasional dalam rangka pembangunan ekonomi Indonesia, terutama dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II yang diharapkan mengantarkan kepada tercapainya Demokrasi Ekonomi Pancasila. Oleh karena itu peranan pemerintah dikatakan perlu untuk menetapkan instrumen kebijaksanaan dan mekanisme tepat yang dapat menjamin kelangsungan kemitraan antara pengusaha yang besar, menengah dan kecil. Proses kemitraan usaha ini harus sebagai proses jangka panjang, di mana masing-masing pihak yaitu BUMN, koperasi dan swasta memiliki kemampuan yang seimbang dan komplementer, sehingga kerja sama yang terjadi dapat dilakukan atas dasar kebutuhan nyata dari pihak yang bersangkutan dan saling menghormati serta menghargai. Dengan demikian melalui sistem keterkaitan dan kemitraan dari segi ekonomi maupun sosial dalam memperkuat struktur industri dan ekonomi sosial. Menurut Pasal 26 UU No. 20 Tahun 2008 disebutkan bahwa kemitraan dilaksanakan dengan pola: 1. Inti Plasma Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar bertindak sebagai inti dan Usaha Kecil selaku plasma, perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi. 2. Subkontrak Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. 3. Waralaba Pola waralaba adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak lisensi, merek dagang dan saluran distribusi perusahaan kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen. 4. Perdagangan Umum Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya. 5. Distribusi dan Keagenan Pola keagenan adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya. 6. Bentuk-bentuk lain di luar pola sebagaimana tertera dalam huruf a, b, c, d dan e tersebut, adalah pola kemitraan yang pada saat ini sudah berkembang, tetapi belum dibakukan, atau pola baru yang akan timbul di masa yang akan datang. Sistem keterkaitan yang dilakukan saat ini antara PTPN II Persero dengan DEWI PERABOT adalah pola keterkaitan pembinaan. PTPN II Persero sebagai Bapak Angkat adalah perusahaan negara yang bergerak dalam bidang agribisnis yang berbasis perkebunan, sama sekali tidak ada hubungannya dengan usaha DEWI PERABOT yang bergerak dalam bidang pembuatan perabot rumah tangga furniture. Akan tetapi oleh karena adanya himbauan pemerintah tentang Program Bapak Angkat yang dapat dibina untuk dikembangkan. Setelah diadakan studi kelayakan maka usaha DEWI PERABOT yang terletak di desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu usaha yang dipilih oleh PTPN II Persero Tanjung Morawa untuk menjadi mitra binaan.

D. Hubungan dalam Pemberian Bantuan Pinjaman