Bentuk Perjanjian Pemberian Bantuan Modal Usaha

di atas. Apabila dihubungkan dengan pendapat Mariam Darus Badrulzaman yang menyatakan bahwa Pasal 1754 KUH Perdata bersifat riil yang berarti bahwa apabila yang telah diserahkan kepada pihak peminjam barulah lahir perjanjian pinjam-meminjam menurut pengertian Pasal 1754 KUH Perdata. Di sisi lain ada hal khusus yang membuat perjanjian pinjam-meminjam antara PTPN II Persero dengan DEWI PERABOT sedikit berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjam uang yang diatur dalam Buku III Bab XIII KUH Perdata. Hal khusus tersebut antara lain yaitu bahwa dalam perjanjian pinjam- meminjam pemberian bantuan modal usaha oleh PTPN II Persero kepada DEWI PERABOT lebih menitikberatkan pada aspek bantuan. Hal ini terlihat dengan adanya kelonggaran pinjaman tanpa disertai jaminan dan pembebanan bunga pinjaman yang cukup ringan. Di samping itu dana yang diterima juga tidak dapat digunakan menurut kemauan penerima pinjaman tetapi telah ditentukan untuk pengembangan usahanya.

B. Bentuk Perjanjian Pemberian Bantuan Modal Usaha

Sebelum terjadinya perjanjian pinjam-meminjam antara PTPN II Persero dnegan DEWI PERABOT, maka belum ada keterikatan atau hubungan hukum antara kedua belah pihak. Proses terjadinya perjanjian pinjam-meminjam dimulai ketika ada himbauan dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1232KMK.0131989 tentang Pedoman Pembinaan Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN. PTPN II Persero sebagai salah stau BUMN berusaha untuk melaksanakan himbauan pemerintah tersebut. Untuk itu diadakanlah usaha-usaha mencari calon mitra binaan, yang dilakukan dengan cara mendapatkan informasi dari Kementerian Perindustrian tentang industri kecil yang perlu mendapatkan pembinaan, dan salah satu industri kecil yang terdaftar di Kementerian Perindustrian adalah DEWI PERABOT. Selanjutnya PTPN II Persero mengadakan survei langsung ke lokasi pembuatan perlengkapan rumah tangga furniture DEWI PERABOT di desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah benar DEWI PERABOT tersebut memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan dan layak untuk dibina PTPN II Persero menjadi Anak Angkat. Pada waktu mengadakan survei lapangan itulah dijelaskan bagaimana DEWI PERABOT itu dijelaskan, apa-apa saja kendala yang dihadapi, dan dijelaskan pula prospek pengembangan usaha perlengkapan rumah tangga furniture ini sangat baik. Melihat prospek dan peluang usaha yang baik inilah nama DEWI PERABOT dinyatakan layak dan memenuhi kriteria untuk menjadi Anak Angkat PTPN II Persero kemudian pada hari yang telah ditetapkan, diadakanlah pertemuan untuk merealisasikan pelaksanaan bantuan modal usaha. Dalam pertemuan ini dibuat Surat Perjanjian tentang Modal Pengembangan Usaha antara PTPN II Persero sebagai Bapak Angkat dengan DEWI PERABOT sebagai Anak Angkat. Dari pihak PTPN II Persero, perjanjian pinjam-meminjam ditandatangani oleh Direktur SDMUmum PTPN II Persero yaitu Ir. Tambah Karo-Karo, S.H, M.M, sedangkan dari Pihak DEWI PERABOT diwakili oleh MUSMULYADI. Isi dari perjanjian pinjam-meminjam bantuan modal usaha memuat 14 empat belas pasal. Dalam hal ini perjanjian yang dibuat secara umum tetap berdasar pada Buku III KUH Perdata, khususnya Pasal 1338 dan Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sedangkan di dalam Pasal 1320 KUH Perdata diatur tentang syarat sahnya perjanjian, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Bila kita melihat isi perjanjian yang dibuat oleh PTPN II Persero dengan DEWI PERABOT, maka perjanjian yang dibuat adalah sah menurut hukum, dan sesuai dengan ketentuan pasal tersebut di atas. Perjanjian pinjam-meminjam yang dibuat akan terlaksana apabila ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Dalam hal ini tentu saja telah terjadi kesepakatan antara PTPN II Persero dengan DEWI PERABOT, mengingat proses lahirnya perjanjian pinjam-meminjam diawali dengan adanya survei lapangan dan kemauan dari DEWI PERABOT untuk mendapatkan pembinaan. Dengan adanya kesepakatan ini maka mengikatlah perjanjian itu bagi kedua belah pihak sebagai suatu undang-undang sesuai dengan isi Pasal 1338 KUH Perdata. Dalam hal kecakapan untuk membuat suatu perikatan maka terlihat bahwa perjanjian ini dibuat oleh orang yang cakap untuk melakukan tindakan hukum dan mereka berwenang untuk membuat suatu perjanjian. Hal ini telah terdapat di dalam perjanjian ini. Mengenai suatu hal tertentu di dalam perjanjian ini adalah obyek dari perjanjian. Yang menjadi obyek dari perjanjian ini adalah pemberian bantuan modal usaha yang berupa uang sebesar Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah. Menurut perjanjian yang dibuat bahwa pinjaman tersebut hanya digunakan untuk pengembangan usaha. Suatu sebab yang halal di dalam perjanjian adalah bahwa isi perjanjian ini tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi sebab di sini bukanlah berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian tesrebut. Perjanjian pinjam-meminjam yang dilakukan oleh PTPN II Persero dengan DEWI PERABOT tentu saja tidak bertentangan dengan kepentingan umum, karena kerja sama ini dibuat dalam rangka melaksanakan himbauan pemerintah yang ditujukan kepada usaha besar untuk membantu para pengusaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan sendiri dan dapat berperan dalam perekonomian nasional.

C. Wanprestasi dan Penyelesaiannya