BAB IV TINJAUAN HUKUM PEMBERIAN BANTUAN MODAL USAHA DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA II PERSERO TANJUNG MORAWA
A. Prosedur Pemberian Bantuan Modal Usaha
Prosedur untuk mendapatkan bantuan modal kerja yang dilakukan oleh PTPN II Persero tersebut sejalan atau bersamaan waktunya dengan proses
lahirnya perjanjian pinjam-meminjam, yaitu sampai dibuat dan ditandatanganinya surat perjanjian tentang bantuan modal usaha.
Adapun prosedur pemberian bantuan modal usaha kepada DEWI PERABOT adalah sebagai berikut:
Usaha kecil yang dapat ikut dalam Program Kemitraan Bapak Angkat adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil. Adapun kriteria usaha yang
termasuk ke dalam usaha kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- dua ratus juta
rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah.
2. Milik Warga Negara Indonesia.
3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
4. Berbentuk usaha dagang perseroan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 5.
Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. 6.
Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 satu tahun. 7.
Belum memenuhi persyaratan perbankan non-bankable. Usaha kecil yang berminat untuk ikut dalam Program Kemitraan terlebih
dahulu harus mengajukan proposal permohonan pinjaman dana yang akan dipergunakan untuk pengembangan usahanya. Proposal permohonan pinjaman
memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut: 1.
Nama dan alamat unit usaha 2.
Nama dan alamat pemilikpengurus unit usaha 3.
Bukti identitas diri pemilikpengurus 4.
Bidang usaha 5.
Izin usaha atau surat keterangan dari pihak yang berwenang 6.
perkembangan kinerja usaha arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha
7. Rencana usaha dan kebutuhan dana
Proposal permohonan dilampiri dokumenpersyaratan sebagai berikut: 1.
Pasfoto KTP pemohon 2.
Pasfoto pemohon 3.
Fotokopi izin usaha 4.
Fotokopi agunansurat jaminan 5.
Foto tempat usaha
6. Fotokopi laporan keuangan tahun terakhir
7. Fotokopi rekening bank.
Setelah DEWI PERABOT terpilih menjadi calon mitra binaan PTPN II Persero maka DEWI PERABOT menyusun rencana penggunaan dana bantuan
pengembangan usahanya untuk diajukan kepada PTPN II Persero. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan dana bantuan tersebut adalah
untuk pengembangan usaha. Oleh karena itu DEWI PERABOT menitikberatkan penggunaan dana yang ada untuk membuat perlengkapan rumah tangga seperti
buffet, lemari, tempat tidur dan perlengkapan rumah tangga lainnya. PTPN II Persero setelah menerima usulan rencana penggunaan dana dan
besarnya dana yang dibutuhkan, lalu melakukan seleksi dan evaluasi atas permohonan yang diajukan. Dalam hal ini besarnya pinjaman untuk masing-
masing mitra binaan, termasuk DEWI PERABOT. Kemudian DEWI PERABOT menyelesaikan proses administrasi dengan
PTPN II Persero, lalu ditandatangani oleh kedua belah pihak Surat Perjanjian pinjam-meminjam yang diikuti dengan penyerahan uang bantuan pinjaman modal
kerja. Dengan ditandatanganinya perjanjian pinjam-meminjam dan diterimanya
uang pinjaman bantuan modal usaha, maka sejak saat itu timbul pula hak dan kewajiban para pihak. Di dalam surat perjanjian pinjam-meminjam dicantumkan
secara tegas pasal yang khusus mengatur hak dan kewajiban para pihak. Pengaturan mengenai hak dan kewajiban para pihak terdapat dalam Pasal 4 surat
perjanjian pinjam-meminjam yang menyebutkan bahwa
1. Pihak Kedua diwajibkan melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan yang
dibuat dalam perjanjian ini. 2.
Pihak Kedua diwajibkan menyelenggarakan pencatatanpembukuan dengan tertib.
3. Pihak Kedua diwajibkan membayar kembali pinjaman secara tepat waktu.
4. Pihak Kedua diwajibkan menyampaikan laporan perkembangan usaha
setiap triwulan, semester dan tahunan kepadan Pihak Pertama. 5.
Pihak Kedua diwajibkan memiliki izin-izin syarat-syarat yang diperlukan baik yang sekarang ada maupun yang timbul di kemudian hari, sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 6.
Pihak Pertama atau kuasanya berhak sewaktu-waktu memeriksa pembukuan, memanggil dan menegur Pihak Kedua.
Secara umum kewajiban para pihak diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 116KMK.0161994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan
Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba BUMN. Kewajiban mitra binaan diatur dalam Pasal 9 yaitu:
1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui.
2. Mengelola dana dengan baik sesuai dnegan rencana yang telah diajukan
sebelumnya. 3.
Menyelenggarakan pencatatanpembukuan dengan tertib. 4.
Membayar kembali pinjaman sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
5. Menyampaikan laporan perkembangan hasil usaha setiap triwulan kepada
BUMN pembina. Kewajiban BUMN pembina diatur di dalam Pasal 10 yaitu:
1. Membentuk unit khusus yang menangani pembinaan usaha kecil dan
koperasi di bawah pengawasan seoang direktur. 2.
Menyusun rencana anggaran dana pembinaan usaha kecil dan koperasi. 3.
Melakukan seleksi dan menetapkan calon mitra binaan dari daftar yang disediakan oleh Kementerian Transmigrasi dan Koperasi.
4. Menyiapkan dan menyalurkan dana kepada mitra binaan.
5. Melakukan pembinaan secara teknis sepanjang terdapat keterkaitan usaha
antara BUMN dengan mitra binaan. 6.
Mengadministrasikan kegiatan pembinaan. 7.
Melakukan pembukuan atas penggunaan dana pembinaan secara kompatibel dan diaudit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan serta dipertanggungjawabkan oleh Direksi BUMN dalam RUPS untuk Persero dan RPB untuk Perum.
8. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta menyampaikan laporan
pembinaan setiap triwulan kepada Menteri Keuangan c.q. Dirjen Pembinaan BUMN.
9. Melaporkan hasil audit BPKP atas pengelolaan dan pembinaan usaha kecil
dan koperasi oleh BUMN kepada Menteri Keuangan. Bila dikaitkan dengan isi Pasal 1754 KUH Perdata maka bantuan
pemberian pinjaman modal usaha dapat dikualifikasikan ke dalam pasal tersebut
di atas. Apabila dihubungkan dengan pendapat Mariam Darus Badrulzaman yang menyatakan bahwa Pasal 1754 KUH Perdata bersifat riil yang berarti bahwa
apabila yang telah diserahkan kepada pihak peminjam barulah lahir perjanjian pinjam-meminjam menurut pengertian Pasal 1754 KUH Perdata.
Di sisi lain ada hal khusus yang membuat perjanjian pinjam-meminjam antara PTPN II Persero dengan DEWI PERABOT sedikit berbeda dengan
perjanjian pinjam-meminjam uang yang diatur dalam Buku III Bab XIII KUH Perdata. Hal khusus tersebut antara lain yaitu bahwa dalam perjanjian pinjam-
meminjam pemberian bantuan modal usaha oleh PTPN II Persero kepada DEWI PERABOT lebih menitikberatkan pada aspek bantuan. Hal ini terlihat dengan
adanya kelonggaran pinjaman tanpa disertai jaminan dan pembebanan bunga pinjaman yang cukup ringan. Di samping itu dana yang diterima juga tidak dapat
digunakan menurut kemauan penerima pinjaman tetapi telah ditentukan untuk pengembangan usahanya.
B. Bentuk Perjanjian Pemberian Bantuan Modal Usaha