Landasan Hukum Pemberian Jaminan

3. Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per-05MBU2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan Program kemitraan sendiri dapat diartikan sebagai program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN dalam bentuk pinjaman modal kerjainvestasi, pinjaman khusus dan beban pembinaan.

B. Landasan Hukum Pemberian Jaminan

Dalam pengembangan usaha, aspek permodalan memang merupakan salah satu kendala dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha kecil. Walaupun demikian kendala lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah teknis produksi dan kemampuan pemasaran serta manajemen, juga masih perlu diperhatikan. Bagi perbankan sendiri, masalah manajemen seringkali membuat mereka menjadi ragu untuk memberikan fasilitas kredit kepada pengusaha kecil. Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan untuk memperbaiki keadaan tersebut. Karena pembangunan ekonomi akan berjalan baik, bila ketenangan sosial dan politik terjamin. Ketenangan sosial dan politik hanya akan tercapai atau dapat dipertahankan, apabila berkembangnya perusahaan-perusahaan besar diikuti berkembangnya pengusaha menengah kecil. Upaya yang dapat dtempuh untuk mengatasi kesenjangan pengusaha besar, menengah dan kecil sekaligus juga mempercepat dapat masuk ke jajaran pebisnis atas Indonesia, adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya SDM-nya. Peningkatan kualitas SDM ini dapat melalui pemantapan jiwa dan semangat kewiraswastaan, serta peningkatan profesionalisme dan keterampilan teknis usahanya. Masalah lain yang juga perlu ditumbuhkan dalam rangka mengangkat citra pengusaha menengah kecil adalah masalah “Kemitraan Usaha” antara yang besar, menengah dan yang kecil. Diharapkan melalui kemitraan ini akan dapat mendorong lebih cepat pengusaha menengah kecil masuk dalam jajaran pebisnis atas, sehingga akan lebih berperan dalam perekonomian nasional yang selama ini belum pernah diperhitungkan. Berkaitan dengan kebijaksanaan dan peraturan pemerintah yang dapat memperluas peluang usaha, telah dikeluarkan beberapa peraturan. Sebagai landasan kebijaksanaan untuk memperluas lapangan usaha dapat terlihat dari GBHN 1998 yang mengamanatkan kepada pemerintah untuk mengembangkan kerja sama yang sehat di antara pengusaha besar, menengah dan kecil. Di samping itu tersirat dengan jelas ketetapan MPR No. IMPR1993 tentang GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang tahap kedua. Di dalam ketetapan itu, antara lain menetapkan pertumbuhan ekonomi harus diarahkan. Hal ini untuk mendapatkan peningkatan pendapatan masyarakat secara merata, serta mengatasi ketimpangan ekonomi serta kesenjangan sosial. Secara umum, hubungan kerja sama usaha yang ditujukan untuk memperkuat struktur industri nasional dilakukan melalui program keterkaitan “Bapak Angkat” dengan pengusaha kecil. Hal ini berpijak pada UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Di dalam Pasal 10 disebutkan bahwa pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan bagi: 1. Keterkaitan antara bidang-bidang usaha industri untuk meningkatkan nilai tambah serta sumbangan yang lebih besar bagi pertumbuhan produksi nasional. 2. Keterkaitan antara usah industri dengan sektor-sektor bidang ekonomi lainnya, meningkatkan nilai tamabah serta sumbangan yang lebih besar bagi pertumbuhan produksi nasional. 3. Pertumbuhan industri melalui prakarsa, peran serta dan swadaya masyarakat. Pola keterkaitan sistem Bapak Angkat ini nampaknya akan terus dikembangkan. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Presiden Soeharto ketika menyerahkan penghargaan Upakarti tanggal 16 Desember 1989 yang lalu, bahwa sistem Bapak Angkat yang semula dikembangkan dalam lingkungan BUMN akan terus dikembangkan dan ditingkatkan, sehingga mencakup pula usaha-usaha swasta. Pembinaan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN dilaksanakan berdasarkan himbauan pemerintah tentang Bapak Angkat, yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1232KMK.0131989 tanggal 11 November 1989. Selanjutnya diterbitkan pula Keputusan Menteri Keuangan RI No. 316KMK.0161994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Kecil dan koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Kemudian diubah lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 60KMK.0161996 tanggal 9 Februari 1996 tentang perubahan isi Pasal 3 dari Keputusan Menteri Keuangan sebelumnya. Pada Pasal 3 yang ini disebutkan dana yang dipergunakan untuk pembinaan usaha kecil dan koperasi ini berasal dari: 1. Bagian pemerintah atas laba BUMN sebesar antara 1-3 dari seluruh laba perusahaan setelah pajak. 2. Pengembalian pinjaman dan bunga dari mitra binaan. 3. Hasil bunga yang berasal dari penempatan dana pembinaan yang belum tersalurkan. Untuk mendukung semua kegiatan ini, pemerintah mengeluarkan UU No. 20 Tahun 2008. Di dalam Pasal 5 disebutkan bahwa Pemberdayaan Usaha Kecil bertujuan: 1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan; 2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan 3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Di lingkungan PTPN II Persero Tanjung Morawa sendiri, sebagai dasar hukum adanya Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi, selain mengacu kepada ketentuan tersebut di atas juga berdasarkan keputusan bersama antara Direktur Jenderal Pembinaan BUMN Departemen Keuangan dengan Direktur Jenderal Pembinaan Pengusaha Kecil Departemen Koperasi dan PPK Nomor KEP.1515BU1994 tanggal 14 Oktober 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari BUMN. Pada Pasal 1 disebutkan Tujuan Keputusan Bersama ini adalah: 1. Untuk lebih mengefektifkan pengeluaran dana pelaksanaan pembinaan oleh BUMN kepada Usaha Kecil dan Koperasi. 2. Untuk meningkatkan koordinasi dalam pelaksanaan pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 3. Mewujudkan Usaha Kecil dan Koperasi yang mandiri dan tangguh. 4. Mewujudkan hubungan kemitraan antara BUMN dengan Usaha Kecil dan Koperasi. Inilah yang menjadi landasan hukum pemberian bantuan modal kepada pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi. Dalam pelaksanaannya telah banyak kelompok usaha kecil dan koperasi serta pengusaha ekonomi lemah yang menjadi mitra binaan dari PTPN II Persero Tanjung Morawa.

C. Peranan PTPN II Persero Meningkatkan Ekonomi Rakyat sebagai