Dampak Dinamika Struktur Umur Penduduk Terhadap Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

DAMPAK DINAMIKA STRUKTUR UMUR PENDUDUK

TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH PADA

BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DI INDONESIA

OLEH

SISKA WIDYA

090501018

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRACT

THE IMPACT OF AGE STRUCTURE OF THE POPULATION DYNAMICS OF GOVERNMENT SPENDING ON EDUCATION AND HEALTH

IN INDONESIA

This research aims to analyze the impact of age structure of the population dynamics of government spending on education and health in indonesia. The analysis method used is the median age formula and Ordinary Least Square (OLS) method. For research purposes used secondary data of time series 1990-2010. They are government spending on education, government spending on health, population in the young age group, population in the middle age group, and population in the old age groups. Data obtained from the Central Bureau of statistics, journals, books, and other research results.

Having conducted research in theory and test results of the hypothesis that the right diagnosis in this case can be concluded that Indonesia's population in 1990-2010 included in the category of middle age, this is obtained by calculating the median age. And from the result of analysis of OLS can be known that the number of the population in young age group have positive effect on government spending on education and health, the population on middle age have negative effect on government spending on education and health and the number of the population in old age group have negative effect on government spending on education and have positive effect on government spending on health.


(3)

ABSTRAK

DAMPAK DINAMIKA STRUKTUR UMUR PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH PADA BIDANG PENDIDIKAN DAN

KESEHATAN DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dinamika struktur umur penduduk terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di indonesia. Analisis yang digunakan adalah metode penghitungan dengan rumus median age dan metode Ordinary Least Square (OLS). Untuk tujuan penelitian digunakan data sekunder berupa time series tahun 1990-2010 yaitu data pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan, jumlah penduduk pada kelompok umur muda, jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan, dan jumlah penduduk pada kelompok umur tua. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, buku, dan hasil penelitian lainnya.

Setelah diadakan penelitian secara teori dan hasil uji terhadap hipotesis yang didiagnosa, dapat disimpulkan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 1990-2010 termasuk dalam kategori penduduk pertengahan, hal ini diperoleh melalui penghitungan median age. Dan dari hasil analisis OLS dapat diketahui bahwa jumlah penduduk pada kelompok umur muda berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan, jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan berpengaruh negatif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan sementara jumlah penduduk pada kelompok umur tua berpengaruh negatif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan.


(4)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah S.W.T karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan tulisan ini pada masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan berupa dorongan semangat serta sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih terutama kepada:

1. Kedua Orang tua penulis yakni Ayahanda Bandung Syahminan dan Ibunda Anila Erianti serta saudari – saudari penulis yang telah banyak memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis selama ini. 2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(5)

Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, tenaga, pikiran serta motivasi dalam membantu penulisan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan petunjuk dan saran hingga selesainya skripsi ini.

7. Bapak Drs. Rachmat Sumanjaya Hsb, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan, semangat serta bimbingan selama di bangku kuliah dan dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Staf Pengajar dan Karyawan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama di bangku kuliah.

9. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan membantu semua pihak yang memerlukannya. Terimakasih.

Medan, Januari 2013

Penulis

NIM.090501018 Siska Widya


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeluaran Pemerintah... 11

2.1.1 Teori – Teori pengeluaran Pemerintah... 13

2.1.1.1 Pengeluaran Pemerintah Secara Mikro... 13

2.1.1.2 Pengeluaran Pemerintah Secara Makro... 13

2.1.2 Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah... 19

2.1.3 Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan... 24

2.1.4 Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Kesehatan.... 26

2.2 Struktur Umur Penduduk... 26

2.2.1 Penduduk Pada Kelompok Umur Muda... 28

2.2.2 Penduduk Pada Kelompok Umur Pertengahan... 29

2.2.3 Penduduk Pada Kelompok Umur Tua... 29

2.3 Piramida Penduduk... 30

2.4 Penelitian Terdahulu... 33

2.5 Kerangka Konseptual... 35

2.4 Hipotesis... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup Penelitian... 37

3.2 Jenis dan Sumber Data... 37

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 38

3.4 Pengolahan Data... 38

3.5 Model Analisis... 38

3.5.1 Perhitungan Dengan Rumus Median Age... 38

3.5.2 Model Ekonometrik... 39

3.5.2.1 Tes of Goodness of Fit... 41

3.5.2.1.1 Koefisien Determinasi... 41

3.5.2.1.2 Uji t-statistik... 41


(7)

3.5.2.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 44

3.5.2.2.1 Multikolinearitas... 44

3.5.2.2.1 Autokorelasi... 45

3.5.2.2.1 Heterokedastisitas... 45

3.6 Batasan Dan Definisi Operasional Variabel... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia... 47

4.1.1 Kondisi Geografis... 47

4.1.2 Kondisi Iklim... 49

4.1.3 Kondisi Ekonomi... 50

4.1.4 Kondisi Penduduk... 52

4.2 Kaitan Antara Struktur Umur Penduduk Dengan Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan Dan Kesehatan di Indonesia... 53 4.3 Perkembangan Variabel... 57

4.3.1 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan... 57 4.3.2 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Kesehatan... 59 4.3.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Muda... 61 4.3.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Pertengahan... 62 4.3.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Tua... 64 4.4 Hasil Analisis... 65

4.4.1 Hasil Perhitungan Median Age... 66

4.4.2 Hasil Analisis Ekonometrik... 68

4.4.2.1 Tes of Goodness of Fit... 71

4.4.2.1.1 Koefisien Determinasi... 71

4.4.2.1.1 Uji t-statistik... 72

4.4.2.1.1 Uji f-statistik... 78

4.4.2.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 79

4.4.2.2.1 Multikolinearitas... 79

4.4.2.2.2 Autokorelasi... 81

4.4.2.2.3 Heterokedastisitas... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 84

5.2 Saran... 85 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Penduduk Indonesia Dengan Beberapa Kategori Tahun

1971-2010... 2 1.2 Pengeluaran Pemerintah Pusat Untuk Pendidikan Dan

Kesehatan... 7 4.1 Luas Dan Tingkat Kepadatan Wilayah Indonesia Menurut

Provinsi... 48 4.2 Produk Domestik Bruto Dan Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia... 51 4.3 Kelompok Umur Menurut Sasaran Pendidikan

Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010... 54 4.4 Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Menurut

Provinsi Hasil Sensus Penduduk 1990-2010... 56 4.5 Umur Median Penduduk Indonesia 1990-2010... 67


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Piramida Penduduk Indonesia 1971-2010... 4

1.2 Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia... 5

2.1 Kurva Teori Wagner... 17

2.2 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Menurut Peacock Dan Wiseman... 19

2.3 Bentuk – Bentuk Piramida Penduduk... 31

2.4 Kerangka Konseptual... 35

3.1 Kurva Normal... 43

3.2 Kurva Uji f-statistik... 44

4.1 Pengeluaran Pemerintah Pusat Pada Bidang Pendidikan... 58

4.2 Pengeluaran Pemerintah Pusat Pada Bidang Kesehatan... 60

4.3 Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Muda... 61

4.4 Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Pertengahan... 63

4.5 Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Tua... 64

4.6 Kurva Uji t Variabel Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Muda Untuk Model I... 74

4.7 Kurva uji t variabel Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Pertengahan Untuk Model I... 75 4.8 Kurva Uji t Variabel Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Tua Untuk Model I... 76

4.9 Kurva Uji t Variabel Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Muda Untuk Model II... 77

4.10 Kurva Uji t Variabel Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Pertengahan Untuk Model II... 78

4.11 Kurva Uji t Variabel Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Tua Untuk Model II... 79

4.12 Kurva Uji f Untuk Model I... 80


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1 Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur... 89 2 Perhitungan Median Age... 91 3 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan,

pengeluaran pemerintah untuk Kesehatan, Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Muda, Jumlah Penduduk Pada Kelompok Umur Pertengahan, Jumlah Penduduk Pada kelompok Umur Tua...

92 4 Hasil Regresi Model I Untuk Bidang Pendidikan... 93

5 Hasil Regresi Model II Untuk Bidang Kesehatan... 93 6 Hasil Uji Multikolinearitas untuk Model I dan

II...

94 7 Hasil Uji Autokorelasi Melalui Uji Langrange

Multiplier Model I Untuk Bidang Pendidikan...

95 8 Hasil Uji Autokorelasi Melalui Uji Langrange

Multiplier Model II Untuk Bidang Kesehatan...

96 9 Hasil Uji Heterokedastisitas Melalui Uji White Model

I Untuk Bidang Pendidikan...

97 10 Hasil Uji Heterokedastisitas Melalui Uji White Model

II Untuk Bidang Kesehatan...

98


(11)

ABSTRACT

THE IMPACT OF AGE STRUCTURE OF THE POPULATION DYNAMICS OF GOVERNMENT SPENDING ON EDUCATION AND HEALTH

IN INDONESIA

This research aims to analyze the impact of age structure of the population dynamics of government spending on education and health in indonesia. The analysis method used is the median age formula and Ordinary Least Square (OLS) method. For research purposes used secondary data of time series 1990-2010. They are government spending on education, government spending on health, population in the young age group, population in the middle age group, and population in the old age groups. Data obtained from the Central Bureau of statistics, journals, books, and other research results.

Having conducted research in theory and test results of the hypothesis that the right diagnosis in this case can be concluded that Indonesia's population in 1990-2010 included in the category of middle age, this is obtained by calculating the median age. And from the result of analysis of OLS can be known that the number of the population in young age group have positive effect on government spending on education and health, the population on middle age have negative effect on government spending on education and health and the number of the population in old age group have negative effect on government spending on education and have positive effect on government spending on health.


(12)

ABSTRAK

DAMPAK DINAMIKA STRUKTUR UMUR PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH PADA BIDANG PENDIDIKAN DAN

KESEHATAN DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dinamika struktur umur penduduk terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di indonesia. Analisis yang digunakan adalah metode penghitungan dengan rumus median age dan metode Ordinary Least Square (OLS). Untuk tujuan penelitian digunakan data sekunder berupa time series tahun 1990-2010 yaitu data pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan, jumlah penduduk pada kelompok umur muda, jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan, dan jumlah penduduk pada kelompok umur tua. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, buku, dan hasil penelitian lainnya.

Setelah diadakan penelitian secara teori dan hasil uji terhadap hipotesis yang didiagnosa, dapat disimpulkan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 1990-2010 termasuk dalam kategori penduduk pertengahan, hal ini diperoleh melalui penghitungan median age. Dan dari hasil analisis OLS dapat diketahui bahwa jumlah penduduk pada kelompok umur muda berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan, jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan berpengaruh negatif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan sementara jumlah penduduk pada kelompok umur tua berpengaruh negatif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas), Kematian (Mortalitas), Perkawinan, Migrasi dan Mobilitas Sosial. Merupakan suatu keseimbangan yang dinamis dimana terjadinya pertumbuhan penduduk oleh hal – hal yang menyebabkan pertambahan maupun pengurangan penduduk. Secara alamiah akan terjadi pertambahan yang disebabkan oleh bayi yang lahir, tetapi disisi lain akan terjadi pengurangan akibat kematian. Disamping itu migrasi masuk dan migrasi keluar juga ikut berperan dalam mempengaruhi perubahan jumlah penduduk di setiap golongan umur.

Berubahnya jumlah penduduk pada masing – masing kelompok umur disebut sebagai Transisi Demografi. Karakteristik demografi yang berubah ini ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk muda yang lebih lambat daripada laju pertumbuhan penduduk tua. Melambatnya laju pertumbuhan penduduk usia muda disebabkan oleh menurunnya tingkat kelahiran, sementara laju pertumbuhan yang cepat pada penduduk usia tua terjadi akibat naiknya angka harapan hidup. Hal inilah yang kemudian merubah wajah piramida penduduk Indonesia. Piramida penduduk Indonesia yang melebar di bawah dan menyempit di bagian atas pada tahun 1971, berubah lebih melebar di bagian atas pada tahun 2000.


(14)

Tabel 1.1

Penduduk Indonesia Dengan Beberapa Kategori Tahun 1971 - 2010

Tahun

1971 1980 1990 2000 2010

Balita

(0-4 tahun)

absolut 19.101.123 21.193.617 20.985.661 20.303.571 19.690.000

persentase 16,14 14,44 11,71 10,09 8,47

pertumbuhan 1,16 -0,10 -0,33 -0,31

Anak

(5-9 tahun)

absolut 18.764.486 21.234.878 23.223.630 20.495.298 19.530.000

persentase 15,85 14,47 12,96 10,18 8,40

pertumbuhan 1,38 -0,90 -1,24 -0,48

Remaja

(10-15 tahun)

absolut 25.508.275 32.906.842 40.410.119 42.720.000 40.390.000

persentase 21,55 22,42 22,54 20,67 17,38

pertumbuhan - 2,87 2,08 0,29 -0,30

Dewasa

(20-29 tahun)

absolut 16.958.314 24.348.475 31.752.674 37.901.269 42.720.000

persentase 14,33 16,59 17,71 18,83 18,38

pertumbuhan - 4,10 2,69 1,79 1,20

Wanita usia subur (15-49

tahun)

absolut 28.623.754 35.945.855 46.089.481 56.304.518 65.490.000

persentase 42,47 43,45 46,41 51,10 50,94

pertumbuhan - 2,56 2,52 2,02 1,52

Usia kerja

(15+ tahun)

absolut 66.320.917 86.726.495 113.555.822 139.988.134 173.750.000

persentase 56,03 59,09 63,35 69,56 74,77

pertumbuhan - 3,03 2,73 2,11 2,18

Usia lanjut

(60+ tahun)

absolut 5.307.549 7.999.655 11.277.835 14.440.817 20.250.000

persentase 4,48 5,45 6,29 7,18 8,17

pertumbuhan - 4,66 3,49 2,50 3,44


(15)

Dari tabel di atas terlihat jumlah penduduk secara absolut, persentase dan tingkat pertumbuhannya pada masing masing struktur umur sesuai dengan hasil sensus penduduk mulai tahun 1971. Terlihat pada periode 1980-1990 pertumbuhan balita (0-4 tahun) mulai menunjukkan angka negatif dan terus mengalami petumbuhan negatif hingga periode 2010. Sementara pada tingkat pertumbuhan anak – anak (5-9 tahun), pertumbuhan negatif terjadi pada periode 1990-2000. Untuk tingkat pertumbuhan kelompok usia remaja (10 – 19 tahun) baru mulai menunjukkan angka negatif pada periode 2000–2010, sementara kelompok usia yang lebih tua yaitu wanit usia subur (15 - 49 tahun), penduduk usia keja (15 tahun keatas) dan usia lanjut (60 tahun keatas) tetap mengalami pertumbuhan positif hingga periode 2010-2020.

Pertumbuhan penduduk pada setiap kelompok umur ini, baik yang positif maupun negatif telah merubah wajah piramida penduduk Indonesia seperti yang terlihat pada gambar berikut :


(16)

Sumber : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM

Gambar 1.1

Piramida Penduduk Indonesia 1971-2020

Pada tahun 1971 piramida menyempit di bagian atas yaitu pada kelompok usia tua (45–49 tahun) hingga kelompok lanjut usia (65-75 tahun keatas). Tidak hanya itu, pada kelompok usia produktif (15–64 tahun) juga terlihat sangat sempit. Sedikit berbeda pada tahun 1990 dimana telah terjadi pertumbuhan baik pada kelompok umur tua, lanjut usia dan produktif. Keadaan yang sama terus terjadi hingga tahun 2010 dan tahun 2020 yang diproyeksikan. Namun keadaan yang mencolok pada kelompok umur lanjut usia tahun 2010 dan 2020 dibandingkan dengan 1971 hingga 2000. Dimana balok pada kelompok umur tua mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu semakin melebar.

Kemajuan dalam bidang ekonomi, teknologi dan pendidikan berimbas pada penurunan angka kelahiran. Hal tersebut membuat seseorang menunda usia perkawinan atau usia melahirkan serta jumlah anak yang lebih sedikit karena lebih


(17)

mementingkan pekerjaan. Sementara kemajuan di bidang kedokteran membuat seseorang menjadi lebih sehat sehingga memiliki umur yang lebih panjang yang artinya meningkatkan angka harapan hidup di Negara yang bersangkutan.

Sumber: Olahan Data Sekunder World Bank

Gambar 1.2

Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia

Pada grafik di atas terlihat bahwa angka aharapan hidup penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dimana pada tahun 2002 angka harapan hidup berada pada posisi 66 tahun. Terus menanjak pada tahun – tahun berikutnya. Dan saat ini angka harapan hidup berada pada posisi 69 tahun. Yang artinya rata – rata penduduk Indonesia dapat bertahan hidup hingga usia 69 tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk dengan jumlah penduduk adalah hal yang berbeda. Tren pertumbuhan penduduk yang menurun belum tentu menyebabkan tren jumlah penduduk juga menurun. Sampai saat ini jumlah penduduk Indonesia yang tercatat pada sensus penduduk 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa, meningkat dari 178,5 juta jiwa pada hasil sensus tahun1990 dan 146,6 juta jiwa pada sensus tahun pertumbuhan penduduk yang mengalami penurunan. Berbeda dengan


(18)

jumlah penduduk, tren tingkat pertumbuhan penduduk mengalami penurunan. Pada tahun 1980-1990 tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,9 persen turun menjadi 1,35 persen pada tahun 1990-2000.

Di Indonesia, Perubahan pada tingkat pertumbuhan penduduk terutama di tentukan oleh fertilitas dan mortalitas yang menghasilkan pertumbuhan penduduk alami. Sementara komponen migrasi masuk dan migrasi keluar belum berpengaruh signifikan. Tingkat pertumbuhan penduduk yang menurun ini menyebabkan pergeseran dalam struktur umur, dimana penyebab utamanya adalah penurunan mortalitas dan fertilitas. Angka fertilitas total sebesar 5,61 pada tahun 1971 menjadi 2,82 pada tahun1995 dan sebesar 2,4 pada tahun 2000. Perubahan dalam struktur umur bukanlah hal yang kentara dalam waktu cepat. Diperlukan Jangka waktu (Time lag) relatif panjang untuk bisa menunjukkan pergeseran tersebut. Artinya penurunan fertilitas dan mortalitas tidak mempengaruhi dengan segera struktur umur yang ada, dan yang terpenting bahwa fertilitas hanya berpengaruh terhadap jumlah yang akan dilahirkan, bukan pada jumlah yang ada.

Merespon fenomena ageing population yaitu tingkat pertumbuhan penduduk tua yang sangat cepat dibandingkan jumlah penduduk muda yang terjadi di banyak negara saat ini, dibutuhkan suatu kesiapan oleh pemerintah sebab belakangan memang pertumbuhan penduduk tua di Indonesia mulai meningkat seiring dengan peningkatan dalam angka harapan hidup. Sesuai dengan fungsi pemerintah yaitu alokatif, distributif, stabilitif dan dinamisatif, maka alokasi anggaran untuk berbagai pembangunan di sektor publik demi kesejahteraan masyarakat menjadi kewajiban pemerintah.


(19)

Tingkat pertumbuhan penduduk yang positif pada usia tua mengaharuskan pemerintah lebih memikirkan pelayanan dalam hal kesehatan sebab penduduk usia tua lebih rentan terhadap masalah kesehatan. Tidak hanya itu, terkait pendidikan juga merupakan hal yang kompleks. Walaupun angka pertumbuhan negatif terjadi pada kelompok usia balita dan anak – anak, bukan berarti menjadi solusi untuk mengurangi pengeluran dalam bidang pendidikan. Sarana dan prasarana serta metode pendidikan yang lebih baik dari sebelumnya kerap dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sebagai contoh pengeluaran pemerintah yang terus meningkat untuk pendidikan dan kesehatan sebagai berikut:

Tabel 1.2

Pengeluaran Pemerintah Pusat Untuk Pendidikan Dan Kesehatan (Milyar rupiah)

Tahun

Total Pengeluaran Pendidikan Kesehatan

2006 43.287 12.730

2007 54.067 17.467

2008 57.960 15.986

2009 89.918 17.302

2010 84.068 18.002

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada tabel di atas terlihat bahwa anggaran pemerintah untuk pendidikan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan Undang – Undang yang mengharuskan pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar 20 persen dari APBN. Sementara untuk anggaran kesehatan dari tahun 2006 ke tahun 2007


(20)

mengalami peningkatan dari 12.730 menjadi 17.467 namun turun pada tahun 2008 tetapi naik kembali pada tahun 2009 dan 2010.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mencoba menganalisis mengenai seberapa besar struktur umur penduduk mempengaruhi pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia. Untuk itu penulis mengambil judul “Dampak Dinamika Struktur Umur Penduduk Terhadap Pengeluran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan dan Kesehatan di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah strukutur umur penduduk Indonesia termasuk dalam kategori umur pertengahan?

2. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk pada kelompok umur muda terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di indonesia?

3. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di indonesia?

4. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk pada kelompok umur tua terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di indonesia?


(21)

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kategori struktur umur penduduk indonesia.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah penduduk pada kelompok umur muda terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah penduduk pada kelompok umur tua terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan studi atau literatur bagi mahasiswa/mahasiswi yang ingin mengetahui bagaimana dampak dinamika struktur penduduk terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

2. Sebagai pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian dengan topik yang sama yang sudah ada sebelumnya.

3. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis dalam kaitannya dengan disiplin ilmu yang penulis tekuni.


(22)

4. Penulis dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan kondisi yang ada di lapangan.

5. Sebagai bahan masukan atau pemikiran bagi instansi yang terkait dalam mengambil keputusan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan alokasi anggaran yang disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya ke berbagai sektor atau bidang dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat melalui bermacam – macam program. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua golongan sebagai berikut :

1. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang secara rutin setiap tahunnya dilakukan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan dan pemeliharaan roda pemerintahan, yang terdiri dari belanja pegawai yaitu untuk pembayaran gaji pegawai termasuk gaji pokok dan tunjangan, belanja barang, yaitu untuk pembelian barang - barang yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah sehari – hari, subsidi, pembayaran angsuran dan bunga utang negara, belanja pemeliharaan yaitu pengeluaran untuk memelihara agar milik atau kekayaan pemerintah tetap terpelihara secara baik dan belanja perjalanan yaitu untuk perjalanan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk pembangunan fisik dan non fisik dalam rangka menambah modal mayarakat. Contoh pembangunan fisik adalah pembangunan jalan,


(24)

jembatan, sekolah dan ruman sakit. Sedangkan pembangunan non fisik seperti pelaksanaan program pengentasan kemiskinan.

Pengeluaran pemerintah adalah hal yang sangat penting karena menyangkut output yang dihasilkan untuk kepentingan hajat hidup orang banyak. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Mangkosoebroto, 1993 : 169).

Pengeluaran yang dilakukan pemerintah menujukkan perannya dalam perekonomian Dalam rangka mencapai kondisi masyarakat yang sejahtera. Menurut Dumairy (1999 : 56) Pemerintah memiliki 4 peran yaitu :

- Peran alokasi, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi.

- Peran distributif, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil – hasil ekonomi secara adil dan wajar.

- Peran stabilitatif, yakni peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan equilibrium.

- Peran Dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju.


(25)

2.1.1 Teori – Teori Pengeluaran Pemerintah 2.1.1.1 Pengeluaran Pemerintah Secara Mikro

Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah menyangkut faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya permintaan akan barang – barang publik dan faktor – faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran barang publik menentukan jumlah barang publik yang disediakan yang selanjutnya akan menimbulkan permintaan terhadap barang lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah yaitu:

a. Perubahan permintaan akan barang publik.

b. Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik dan perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan.

c. Perubahan kualitas barang publik.

d. Perubahan harga faktor – faktor produksi. 2.1.1.2 Pengeluaran Pemerintah Secara Makro A. Teori Keynes

Persamaan keseimbangan pendapatan nasional menurut Keynes adalah Y= C+I+G. Dimana (Y) merupakan pendapatan nasional, (C) merupakan pengeluaran konsumsi dan (G) adalah Pengeluaran pemerintah. Dengan membandingkan nilai (G) terhadap Y serta mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional. Menurut Keynes, untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian, pemerintah berupaya untuk meningkatkan jumlah pengeluaran pemerintah (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional,


(26)

sehingga dapat mengimbangi kecenderungan mengkonsumsi (C) dalam perekonomian.

Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam pengertian fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara keseluruhan. Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda dari peningkatan pajak dan pemotongan pajak merupakan kebijakan dimana pemerintah melaksanakananggaran surplus dalam menekan pengeluaran pemerintah. Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan pengeluaran, maka pemerintah mengoperasikan anggaran defisit dengan mengurangi pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah.

Suatu penurunan dalam pengeluaran pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran sirkulasi pendapatan nasional akan mengurangi permintaan agregat dan melalui proses pengganda (multiplier effect) akan memberikan penurunan tekanan inflasi ketika perekonomian mengalami peningkatan kegiatan yang berlebihan (over-heating). Sebaliknya adanya peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan penurunan dalam pajak, maka suatu suntikan

(injection) ke dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional akan menaikkan permintaan agregat dan melalui efek pengganda akan menciptakan tambahan lapangan pekerjaan.

B. Teori Rostow dan Musgrave

Teori ini dikemukakan oleh Rostow dan Musgrave yang didasarkan pada pandangan mereka melalui pengamatan terhadap pembangunan ekonomi di beberapa Negara. Model ini menghubungkan tahap – tahap pembangunan


(27)

ekonomi dengan pengeluaran pemerintah yang terdiri dari tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, transportasi dan sebagainya.

Di tahap menengah peranan investasi pemerintah masih dibutuhkan namun investasi swasta semakin besar. Peran swasta yang semakin besar ini menyebabkan kegagalan pasar juga semakin besar yang pada akhirnya membuat pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik lebih banyak dan lebi baik. Pada tahap lanjut, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke aktivitas – aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua, pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.

C. Teori Wagner

Teori ini menekankan pada perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang semakin besar terhadap GNP. Menurutnya apabila dalam suatu perekonomian pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan ikut meningkat, terutama karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan dan sebagainya.

Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut: < < .. <

Keterangan:

PkPP = Pengeluaran pemerintah per kapita PPk = Pendapatan nasional per kapita 1,2,..,n = Indeks waktu (tahun)


(28)

Teori Wagner bertitik tolak pada suatu teori yang disebut organictheory of state. Teori tersebut menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak. Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu :

a. Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan; b. Kenaikan tingkat pendapatan masyarakat;

c. Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi; d. Perkembangan demografi;

e. Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industri-industri dan hubungan antara industri-industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan komplekssehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif menjadi semakin besar.

Hukum Wagner ini ditunjukkan oleh digram berikut ini dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1 dan bukan seperti ditunjukkan kurva 2.


(29)

Kurva 1

Kurva 2

Z = kurva perkembangan pengeluaran pemerintah 0 1 2 3 4 5 Waktu

Sumber : Mangkusoebroto

Gambar 2.1 Kurva Teori Wagner D. Teori Peacock dan Wiseman

Teori ini memandang bahwa pemerintah selalu berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar, sehingga teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari pemungutan suara. Mereka percaya bahwa masyarakat mempunyai tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka memiliki kesediaan untuk membayar pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.


(30)

Menurut mereka perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang menjadi semakin besar. Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena ada perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga harus meningkat, dan pemerintah meningkatkan penerimaannya dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan

(displacement effect), yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Selain itu banyak aktivitas pemerintah yang baru kelihatan setelah terjadinya perang, yang disebut efek inspeksi

(inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah, yang disebut efek konsentrasi (concentration effect).

Adanya ketiga efek diatas menyebabkan bertambahnya aktivitas pemerintah setelah perang sehingga tingkat pajak tidak turun kembali. Ini digambarkan dalam kurva berikut:


(31)

Pengeluaran Pemerintah/GDP

D

C F G Pengeluran Pemerintah

A B

Pengeluaran Swasta

0 t t + 1 Tahun Sumber : Mangkusoebroto

Gambar 2.2

Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Menurut Peacock Dan Wiseman Pada grafik diatas terlihat bahwa dalam keadaan normal dari tahun t ke t+1, pengeluaran pemerintah terhadap GDP naik sebagaimana ditunjukkan oleh garis AG. Apabila pada tahun terjadi perang maka pengeluaran pemerintah naik sebesar AC dan kemudian naik seperti ditunjukkan pada segmen CD. Setelah perang selesai (t+1) pengeluran pemerintah tidak turun lagi ke G yaitu perkembangan pengeluaran pemerintah apabila tidak terjadi perang. Hal ini akibat pemerintah memerlukan dana tambahan untuk mengembalikan pinjaman yang digunakan dalam pembiayaan perang sehingga tarif pajak dinaikkan.

2.1.2 Klasifikasi pengeluaran pemerintah

Menurut Suparmoko (1994 : 78) Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sebagai berikut:

a. Pengeluaran pemerintah merupakan investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa yang akan datang.


(32)

b. Pengeluaran pemeritah langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

c. Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang akan datang.

d. Pengeluaran pemerintah merupakan sarana penyedia kesempatan kerja yang lebih banyak dan penyebaran daya beli yang lebih luas. .

Maka pengeluaran pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pengeluaran yang self liquiditing sebagian atau seluruhnya, artinya

pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa atau barang yang bersangkutan. Contohnya pengeluaran untuk jasa negara, pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan pemerintah atau untuk proyek–proyek produktif barang ekspor. 2. Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan

keuntungan ekonomis bagi masyarakat, dimana dengan naiknya tingkat penghasilan dan sasaran pajak yang lain pada akhirnya akan menaikan penerimaan pemerintah. Misalnya, pemerintah menetapkan pajak progresif sehingga timbul redistribusi pendapatan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat.

3. Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak produktif, yaitu pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya untuk bidang rekreasi, objek-objek pariwisata dan sebagainya. Sehingga hal ini dapat juga menaikkan penghasilan dalam kaitannya jasa-jasa tadi.


(33)

4. Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan. Misalnya untuk pembiayaan pertahanan atau perang meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan yang menerimanya akan naik.

5. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang. Misalnya pengeluaran untuk anak-anak yatim piatu. Jika hal ini tidak dijalankan sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi mereka di masa yang akan datang pasti akan lebih besar.

Pengeluaran pemerintah juga dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Pembedaan antara Pengeluaran atau Belanja Rutin dan Pengeluaran atau Belanja Pembangunan.

- Belanja Rutin adalah belanja untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Belanja rutin terdiri atas:

(1) Belanja Pegawai yaitu untuk pembayaran gaji atau upah pegawai termasuk gaji pokok dan segala macam tunjangan.

(2) Belanja Barang, yaitu untuk pembelian barang-barang yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari.

(3) Belanja Pemeliharaan, yaitu pengeluaran untuk memelihara agar milik atau kekayaan pemerintah tetap terjaga dengan baik.

(4) Belanja Perjalanan, yaitu biaya perjalanan untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintah.

- Belanja Pembangunan, adalah pengeluaran untuk pembangunan baik pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik-spiritual.


(34)

2. Pembedaan antara Current Account atau Current Expenditure dengan

Capital Expenditure atau Capital Account.

- Current Expenditure atau Current Budget (anggaran rutin), yaitu anggaran untuk penyelenggaraan pemerintah sehari-hari termasuk belanja pegawai dan belanja barang serta belanja pemeliharaan.

- Capital Expenditure atau Capital Budget (belanja pembangunan) yaitu rencana untuk pembelian capital (tetap).

3. Pembedaan Obligatory Expenditure dengan Optional Expenditure, antara

Real Expenditure dengan Transfer Expenditure dan antara Liquidated Expenditure dengan Cash Expenditure.

- Obligatory Expenditure atau pengeluaran wajib adalah pengeluaran yang bersifat wajib yang harus dilakukan agar efektivitas pelaksaan dapat terselengara dengan baik.

- Optional Expenditure atau Pengeluaran Opsional adalah pengeluaran yang dilakukan pada saat tiba-tiba dibutuhkan.

- Real Expenditure atau pengeluaran nyata adalah pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa.

- Transfer Expenditure adalah pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan mendapatkan barang dan jasa, jadi tidak ada direct quid quo.

- Liquidated Expenditure adalah pengeluaran pemerintah yang sudah diajukan dan disetujui oleh DPR atau DPRD. Semula dalam RAPBN/RAPBD setelah mendapatkan pengesahan menjadi APBN/APBD.


(35)

- Cash Expenditure adalah pengeluaran yang telah sungguh-sungguh dilaksanakan berupa pembayaran-pembayaran konkrit.

Sementara itu menurut Sadono Sukirno (1994 : 168 - 169) ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran pemerintah dalam satu periode yaitu : a. Proyeksi jumlah pajak yang diterima

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Ada kecenderungan semakin banyak pajak yang diterima maka semakin besar pengeluaran yang dilakukan.

b. Tujuan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah

Tujuan – tujuan utama yang ingin dicapai pemerintah yaitu mengurangi pengangguran, menurunkan tingkat inflasi dan mempercepat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Maka diperlukan dana yang besar yang salah satunya bersumber dari pajak. Dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengagguran perlu diadakan perbaikan jalan dan sarana lainnya guna meningkatkan minat investasi swata, Sering kali penerimaan yang berasal dari pajak tidak mencukupi maka terkadang keputusan untuk mencetak uang baru merupakan jalan yang diambil pemerintah.

c. Pertimbangan politik dan keamanan

Stabilitas politik sering kali berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian. Seperti perang yang melanda suatu Negara. Hal ini tentu berdampak pada besarnya alokasi dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membiayai perang, yang pada akhirnya juga mengganggu iklim investasi di Negara yang bersangkutan karena alasan keamanan.


(36)

2.1.3 Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendididkan

Sumber daya manusia bagi suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang menentukan pembangunan ekonomi dan sosial bangsa tersebut. Untuk itu pendidikan formal merupakan kebutuhan mutlak bagi masyarakat yang wajib disediakan oleh Negara. Tidak hanya untuk memperoleh pemgetahuan, norma – norma, nilai luhur dan cita – cita pun bisa sekaligus tertanam, yang ikut andil dalam pembangunan bangsa. Sampai dengan awal dasawarsa 1990-an anggaran pendidikan di banyak negara dunia ke tiga menyerap sekitar 15–27 persen dari total pengeluaran pemerintah, begitu pula halnya dengan Indonesia.

Saat ini pemerintah meyediakan anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk bidang pendidikan. Kebijakan ini tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD. Hal ini tak lain bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka menghadapi perkembangan zaman. Sebab kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari tingkat pendidikan masyarakatnya.

Pendidikan yang kurang memadai dan tidak dikembangkan secara terus menerus tentu akan membuat suatu bangsa tidak siap bersaing dengan bangsa – bangsa lainnya. Walaupun sulit dicatat dalam dokumen statistik, perluasan kesempatan bersekolah dalam segala tingkat telah mendorong pertumbuhan ekonomi secara agresif melalui (Todaro, 1997 : 467) :


(37)

1. Terciptanya angkatan kerja yang lebih produktif karena pengetahuan dan bekal keterampilan yang lebih baik;

2. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas;

3. Terciptanya kelompok pimpinan yang terdidik untuk mengisi lowongan di suatu nit usaha atau lembaga;

4. Terciptanya berbagai program pendidikan dan pelatihan untuk membina sikap – sikap modern.

Achsanah (dalam Maryani, 2010 : 6) menyebutkan bahwa peran dominan pemerintah dalam pasar pendidikan tidak hanya mencerminkan masalah kepentingan pemerintah tetapi juga aspek ekonomi khusus yang dimiliki oleh sektor pendidikan karena karakteristik yang ada pada sektor pendidikan yaitu sebagai berikut:

1. Pengeluaran pendidikan sebagai investasi 2. Eksternalitas

3. Pengeluaran bidang pendidikan dan implikasinya terhadap kebijakan publik

4. Rate of return pendidikan

Tersedianya sumber teknologi yang efisien harus disertai dengan tersedianya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi tersebut. Yang pada akhirnya menunjukkan bahwa pendidikan merupakan investasi dalam meningkatkan produktivitas manusia. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dalah wujud nyata peran serta pemerintah dalam meningkatkan mutu dan produktivitas masyarakatnya.


(38)

2.1.4 Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Kesehatan

Kesehatan adalah kebutuhan mendasar bagi manusia. Manusia tidak akan dapat beraktivitas dengan baik jika mengalami gangguan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah. Tidak hanya bagi usia dewasa namun juga anak – anak. Sebagai Negara berkembang yang sangat rentan akan masalah kesehatan, sarana kesehatan dan jaminan kesehatan harus dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah.

Jika dibandingkan dengan dengan masa sebelum orde baru, maka sejak orde baru hingga saat saat ini, perkembangan dalam bidang kesehatan di Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan. Hal ini diukur dari indikator kesehatan antara lain tingkat kematian bayi, kecukupan gizi anak – anak dan remaja, kondisi sanitasi umum, jumlah dokter dan juru rawat, serta jumlah rumah sakit dan puskesmas, sudah mengalami perkembangan cukup pesat.

Undang – undang di Indonesia yang mengatur mengenai anggaran kesehatan adalah UU No 36 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah pusat dialokasikan minimal 5 persen dari APBN di luar gaji, sementara besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/Kota dialokasikan minimal 10 persen dari APBD di luar gaji.

2.2 Struktur Umur Penduduk

Umur merupakan salah satu karakteristik pokok penduduk. Dalam hal ini struktur umur memegang peranan penting sebab dapat menggambarkan dan mempengaruhi tingkah laku geografis maupun sosial ekonomi. Cerminan dari komposisi umur penduduk biasanya digambarkan dalam piramida penduduk. Dari


(39)

sinilah kemudian terlihat apakah suatu negara memiliki cirri penduduk tua atau

penduduk muda. Penduduk tua artinya di Negara tersebut sebagian besar penduduk berada pada kelompok usia tua. Sedangkan penduduk muda apabila sebagian penduduk besar berada pada kelompok usia muda.

Apabila di suatu Negara penduduk dengan usia tua (45 tahun ke atas) jumlahnya lebih banyak dibandingkan penduduk yang berusia lebih muda, maka hal itu menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di negara tersebut rendah dan tingkat kematiannya tinggi yang menyebabkan tingkat pertumbuhan penduduk rendah. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk.

Berdasarkan struktur umur, penduduk suatu wilayah dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: (1) Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda, (2) Konstriktif, jika sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur muda, dan (3) Stasioner, jika banyaknya penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama kecuali pada kelompok umur tertentu.

Struktur umur penduduk juga dapat digunakan untuk mengukur Angka Beban Tanggungan (Dependentcy Ratio) yaitu angka yang menunjukkan banyaknya orang yang tidak produktif (usia dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) yang harus ditanggung oleh setiap orang yang produktif secara ekonomi (usia 15 – 64 tahun). Distribusi umur dalam demografi digolongkan kedalam


(40)

Umur satu tahunan Umur lima tahunan

0 0 - 4

1 5 - 9

2. . .dst 10 - 14 . . .dst 2.2.1 Penduduk Pada Kelompok Umur Muda (0-14 tahun)

Menurut Badan Pusat Statistik, Penduduk yang masuk kategori umur muda adalah mereka yang berumur 0 – 14 tahun. Umumnya penduduk di negara berkembang yang masuk dalam golongan ini jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih tua. Banyaknya penduduk pada kelompok umur muda menandakan bahwa tingkat Kelahiran (fertilitas) di negara tersebut tinggi sehingga pada gambar piramida penduduk akan menyebabkan menyebabkan dasar piramida penduduk lebih lebar dan meruncing di bagian atas.

Penduduk muda akan mempunyai beban besar dalam investasi sosial untuk pemenuhankebutuhan pelayanan dasar bagi anak-anak dibawah 15 tahun ini. Yaitu pemerintah harus membangun sarana dan prasarana pelayanan dasar mulai dari perawatan Ibu hamil dan kelahiran bayi, bidan dan tenaga kesehatan lainnya, sarana untuk tumbuh kembang anak termasuk penyediaan imunisasi, penyediaan pendidikan anak usia dini, sekolah dasar termasuk guru-guru dan sarana sekolah yang lain.

Penduduk muda tidak selamanya cenderung bertambah lebih banyak meskipun pertumbuhan maupun golongan muda biasanya berjalan seirama. Pola komposisi umur dibentuk oleh akumulasi kelahiran dan kematian yang cukup


(41)

lama, akibatnya pola tersebut merupakan gambaran yang cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan dalam beberapa tahun saja.

2.2.2 Penduduk Pada Kelompok Umur Pertengahan (15-64 tahun)

Penduduk yang tergolong dalam kelompok umur pertengahan atau kelompok umur produktif menurut Badan Pusat Statitik adalah penduduk dengan usia 15–64 tahun. Penduduk pada kelompok umur inilah yang menanggung kebutuhan penduduk usia muda dan tua yang tercermin dalam angka beban tanggungan (dependentcy ratio). Kelompok usia pertengahan sangat berperan penting bagi pebangunan suatu negara. Karena merekalah yang berperan aktif dalam menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB). Namun tidak dadapat dipungkiri bahwa tingkat konsumsinya juga sangat besar karena menbutuhkan segala hal yang berhubungan dengan pendidikan dan kesehatan.

2.2.3 Penduduk Pada Kelompok Umur Tua (65-75 tahun keatas)

Menurut Badan Pusat Statistik, Penduduk yang masuk kategori umur tua adalah mereka yang berumur 65-75 tahun keatas. Negara yang sebagian besar penduduknya berada pada kelompok umur tua pada umumnya adalah negara – negara maju karena umumnya negara - negara maju memiliki angka life expaectancy yang tinggi. Semakin banyak penduduk dalam kelompok umur tua artinya semakin besar beban yang dalam pembayaran pensiun, perawatan kesehatan fisik dan kejiwaan lanjut usia (lansia), pengaturan tempat tinggal dan lain lain yang perlu mendapat perhatian baik dari pemerintah pusat maupun daerah.


(42)

2.3 Piramida Penduduk

Piramida penduduk digunakan untuk menggambarkan struktur umur dan jenis kelamin penduduk secara grafik. Melaui piramida penduduk dapat dilihat bagaimana komposisi umur dan jenis kelamin penduduk di suatu negara. Dari sinilah dapat tergamabr jelas seberapa besar proporsi penduduk pada masing – masing kelompok umur. Berikut adalah cara – cara penggambaran piramida penduduk :

- Sumbu vertikal untuk distribusi umur.

- Sumbu horizontal untu jumlah penduduk, dapat absolute atau persentase. - Dasar piramida dimulai untuk umur muda (0–4 tahun), semakin keatas

untuk umur yang semakin tua.

- Puncak piramida sering dibuat dengan system open end interval, artinya umur 75, 76, 77, 78 dan seterusnya cukup ditulis 75+.

- Bagian kiri untuk laki – laki dan bagian kanan untuk perempuan. - Ukuran balok diagram untuk masing – masing umur harus sama.

Distribusi umur penduduk yang berbeda – beda pada masing – masing negara menyebabkan bentuk piramida penduduknya juga berbeda beda. Bentuk bentuk piramida penduduk tersebut adalah sebagai berikut:


(43)

60 60

15 15

(1) (2)

60 60 60

15 15 15

(3) (4) (5) Sumber: Lembaga Demografi FE UI, Dasar – Dasar Demografi

Gambar 2.3

Bentuk - Bentuk Piramida Penduduk Model 1

Dasar piramida ini lebar dengan slope yang tidak terlalu curam atau cenderung datar. Piramida ini mengindikasikan tingkat kelahiran dan kematian penduduk yang sangat tinggi, sebelum Negara yang bersangkutan mengadakan pengendalian terhadap kematian dan kelahiran. Bentuk piramida seperti ini juga menunjukka umur median rendah serta dependentcy ratio yang tinggi. Contohnya piramida penduduk India tahun 1951 dan piramida penduduk Indonesia tahun 1971.


(44)

Model 2

Dasar piramida ini lebih lebar dibanding model 1 dan slope setelah kelompok umur 0–4 tahun hingga ke puncak juga lebih curam. Ini terjadi pada negara – negara yang memgalami permulaan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi karena terjadinya tingkat kematian bayi dan anak – anak yang menurun tetapi pada tingkat fertilitas belum terjadi penurunan. Di Negara seperti ini

median age sangat rendah sedangkan dependentcy ratio tertinggi di dunia. Contoh Negara dengan bentuk piramida seperti ini yaitu Brazilia, Meksiko dan Srilangka. Model 3

Bentuk sarang tawon kuno (old fashioned beehive) adalah sebutan bagi piramida ini. Merupakan ciri dari negara dengan tingkat kelahiran dan kematian yang rendah. Memiliki median age sangat tinggi dan dependentcy ratio sangat rendah terutama pada kelompok – kelompok umur tua. Bentuk seperti ini dimiliki hampir semua negara Eropa Barat.

Model 4

Bentuk piramida ini mirip lonceng sehingga disebut The bellshaped pyramid. Terdapat pada negara – negara yang telah mengalami penurunan tingkat kelahiran dan kematian selama 100 tahun terakhir. Ciri - cirinya adalah median age cenderung menurun serta dependentcy ratio yang semakin tinggi. Contohnya Amerika Serikat.

Model 5

Piramida ini dimiliki oleh negara yang mengalami penurunan drastis pada tingkat kelahiran dan kematian. Penurunan secara terus menerus menyebabkan


(45)

jumlah absolut penduduk berkurang. Contoh Negara dengan piramida seperti ini adalah jepang.

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Jurnal Penelitian yang ditulis oleh Jaka Sriyana (2008) yang berjudul “Dampak Transisi Demografi Terhadap Defisit Fiskal di Indonesia” menganalisis pengaruh pergeseran struktur umur penduduk Indonesia ke arah peningkatan pertumbuhan penduduk tua atau yang disebut ageing population

terhadap aspek sosial dan ekonomi. Model pendekatan Overlaping Generation (OLG) digunakan untuk menjelaskan hubungan antara ageing population dengan keuangan Negara. Diperoleh hasil bahwa ageing population menyebabkan perubahan karakteristik dan penyebaran penduduk, sementara dari sisi keuangan negara walaupun penerimaan pemerintah tetap meningkat namun pengeluaran juga meningkat. Hal ini berujung pada meningkatnya defisit anggaran akibat peningkatan berbagai komponen ageing population yaitu belanja pensiun, kesehatan, dan dana jaminan sosial.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Bezdek, et al (2003) dalam jurnalnya yang berjudul “Fiskal Implication of Population Ageing” meneliti pengaruh ageing population di Republik Ceko terhadap pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan dan dana pensiun. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1995 - 2000 dan melakukan proyeksi data hingga tahun 2050. Diperoleh hasil bahwa pergeseran struktur penduduk berpengaruh positif terhadap peningkatan pengeluaran pemerintah. Tekanan pengeluaran publik yang terbesar akibat ageing population di Negara yang bersangkutan adalah


(46)

pengeluaran untuk dana pensiun dan kesehatan. Keduanya mengalami peningkatan hingga 7,8 persen dari GDP sampai tahun 2050. Hal ini membuat anggaran pemerintah yang awalnya deficit 3,3 persen dari GDP meningkat menjadi 7,1 persen dari GDP pada tahun 2030.

3. Dalam jurnal yang berjudul “The Ageing Population of Brunei Darussalam: Trend and Economic Consequences” yang merupakan hasil penelitian dari Azim (2002) menganalisis dampak ageing population di Brunei Darusalam terhadap kondisi makro perekonomiannya secara deskriptif. Diperoleh hasil bahwa peningkatan tajam dalam proporsi pensiunan menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan biaya yang lebih besar di bidang kesehatan dan dana pensiun. Proporsi kenaikan ini menyebabkan berkurangnya anggaran untuk proyek – proyek lain. Hal ini membuat pemerintah berusaha membuat kebijakan baru dengan jalan mengurangi tunjangan pensiun. Selain itu peningkatan pertumbuhan penduduk tua menyebabkan berkurangnya tabungan (saving) karena pendapatan yang diperoleh pensiunan lebih sedikit dari pekerja. Sedikit tabungan berarti sedikit investasi, yang pada gilirannya akan mengurangi pasokan barang dan jasa secara agregat, inilah yang menyebabkan turunnya pendapatan nasional.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Shimasama (2004) dengan judul “Population Ageing, Policy Reform and Endogenous Growth in Japan: A Computable Overlapping Generation Approach” menganalisis dampak perubahan struktur umur penduduk yang mengarah pada ageing population terhadap fiskal dan pengeluaran pemerintah untuk dana pensiun di Jepang. Analisis dilakukan pada


(47)

sektor rumah tangga, pemerintah dan produksi melaui pendekatan Computable General Equilibrium (CGE). Diperoleh hasil bahwa pengeluaran pemerintah meningkat akibat peningkatan anggaran untuk dana pensiun dan mengakibatkan kondisi fiskal negara tersebut menjadi tidak seimbang.

2.5 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, dimana tingkat kebenaranya perlu dibuktikan dan diuji secara empiris.

Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan

Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Kesehatan

Jumlah penduduk pada kelompok umur muda (0-14 tahun)

Jumlah penduduk pada kelompok umur tua (65-75 tahun keatas) Jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan (15-64 tahun)


(48)

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Kategori struktur umur penduduk Indonesia adalah kategori umur pertengahan. 2. Jumlah penduduk pada kelompok umur muda berpengaruh positif terhadap

pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan di Indonesia, ceteris paribus. 3. Jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan berpengaruh negatif

terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan di Indonesia, ceteris paribus.

4. Jumlah penduduk pada kelompok umur tua berpengaruh negatif terhadap Pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan di Indonesia, ceteris paribus. 5. Jumlah penduduk pada kelompok umur muda berpengaruh positif terhadap

Pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan di Indonesia, ceteris paribus. 6. Jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan berpengaruh negatif

terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan di Indonesia, ceteris paribus.

7. Jumlah penduduk pada kelompok umur tua berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan di Indonesia, ceteris paribus.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam rangkaiaan kegiatan ilmiah untuk berpikir dan bertindak dalam rangka mengumpulkan informasi empiris untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis dampak dinamika struktur umur penduduk terhadap pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia, dimana variabel yang digunakan adalah jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, mulai dari kelompok umur 0-4 tahun hingga 75 tahun keatas, pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan, dan pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk urutan waktu (Time series) dalam kurun waktu dua puluh satu tahun yang dimulai dari tahun 1990-2010. Data yang digunakan diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Selain itu juga diperoleh melalui media internet, jurnal dan buku – buku yang berhubungan dengan penelitian ini.


(50)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, dan laporan-laporam penelitian ilmiah yang berhubungan dengan topik yang diteliti. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan pencatatan secara langsung data pada tahun 1990-2010 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provisi Sumatera Utara.

3.4 Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data penelitian, penulis menggunakan program Eviews 5.0 dan bantuan software Microsoft Word serta Microsoft Excel

untuk melakukan penghitungan median age.

3.5 Model Analisis

3.5.1 Perhitungan Dengan Rumus Median Age

Model analisis ini digunakan untuk melihat apakah struktur umur penduduk pada tahun x menunjukkan ciri penduduk muda, pertengahan atau tua melalui penghitungan umur median (median age). Umur median adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yan sama dimana bagian pertama lebih muda dan bagian kedua lebih tua daripada Median Age. Ini berguna untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok umur tertentu.

Median Age dirumuskan sebagai berikut :


(51)

Keterangan :

= Batas bawah kelompok umur yan mengandung jumlah N = Jumlah Penduduk

Fx = jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang mengandung

= Jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai I = Clas interval umur

Dengan ketentuan sebagai berikut :

Umur Median Kategori 20 tahun Penduduk muda

20 – 30 tahun Penduduk pertengahan (intermediate) ≥ 30 tahun Penduduk tua

3.5.2 Model Ekonometrik

Model ekonometrik digunakan untuk melihat pengaruh struktur umur terhadap pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan dengan dengan memisahkannya menjadi 2 model. Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat terkecil biasa. Variabel-variabel independent yang mempengaruhi variabel dependent dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:

Model I Untuk Pengeluran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan :

Y = f (X1, X2, X3)... (1) Kemudian fungsi tersebut ditranformasikan sebagai berikut:


(52)

Dimana :

Y = Pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan α = Intercept

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah penduduk pada kelompok umur muda X2 = Jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan X3 = Jumlah penduduk pada kelompok umur tua

µ = Term of error

Berdasarkan model analisis di atas, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (jumlah penduduk pada kelompok

umur muda) maka Y (pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan) maka Y (pengeluaran pemerintah pada bidang

pendidikan) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

< 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (jumlah penduduk pada kelompok umur tua) maka Y (pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan)

akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Model II Untuk Pengeluran Pemerintah Pada Bidang Kesehatan :


(53)

Kemudian fungsi tersebut ditranformasikan sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2X2+β3X3 + µ... (2) Dimana:

Y = Pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan α = Intercept

β1,β2, β3 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah penduduk pada kelompok umur muda X2 = Jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan X3 = Jumlah penduduk pada kelompok umur tua

µ = Term of error

Berdasarkan model analisis di atas, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (jumlah penduduk pada kelompok

umur muda) maka Y (pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (jumlah penduduk pada kelompok umur produktif) maka Y (pengeluaran pemerintah pada bidang

kesehatan) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (jumlah penduduk pada kelompok tua) maka Y (pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan) akan


(54)

3.5.2.1 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.5.2.1.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independent secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel dependent . Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0< R2≤1). Jika R2 semakin besar (mendekati 1) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati 0) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas kecil terhadap variabel terikat.

3.5.2.1.2 Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0: bi = 0 ...(tidak ada pengaruh) Ha: bi ≠ 0 ...(ada pengaruh)

Dimana bi adalah koefisien variabel independent ke-i nilai parameter hipotesis. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t* =

Dimana :

bi = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol


(55)

Kriteria pengambilan keputusan:

H0: b = 0 H0 diterima (t-hitung<t-tabel) artinya variabel independent secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.

Ha: b ≠ 0 Ha diterima (t-hitung>t-tabel) artinya variabel independent secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.

Ha diterima Ha diterima H0 diterima

Gambar 3.1 Kurva Normal 3.5.2.1.3 Uji F Statistik (Uji Keseluruhan)

Uji F-Statistik dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependent. Untuk pengujian ini, digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0: b1 = b2 = bn = 0...(tidak ada pengaruh) Ha: b1 ≠ b2 ≠ bn ≠ 0...(ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika Fhitung > F-tabel, maka H0 ditolak yang artinya variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent.


(56)

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

K = Jumlah variabel independent ditambah intercept dari suatu model persamaan

N = Jumlah Sampel

Dengan kriteria pengambilan keputusan:

H0: b1= b2 = bn = 0 H0 diterima (F-hitung< F-tabel) artinya variabel independent secara keseluruhan atau bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent.

Ha: b1 ≠ b2 ≠ bn ≠ 0 Ha diterima (F-hitung>F-tabel) artinya variabel independent secara keseluruhan atau bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent.

Ho diterima Ha diterima


(57)

3.5.2.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.5.2.2.1 Multikolinearitas (Multikolinearity)

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel independent diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-hitung, dan standart error. Adanya multikolinearity ditandai dengan:

• Standard error tidak terhingga; • R2 dan F-hitung yang sangat tinggi;

• Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α=1%, α=5%,α= 10%; • Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

Atau dapat dijelaskan sebagai berikut:

Jika: R21,2,3 < R2 model estimasi : tidak ada multikolonearitas R21,2,3 > R2 model estimasi : ada multikolinearitas 3.5.2.2.2 Autokorelasi (serial correlation)

Autokorelasi terjadi apabila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei, ej) ≠ 0 u ntuk i = j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Dalam penelitian ini digunakan uji

Langrange Multiplier (LM-Test) atau Breusch-Godfrey Test untuk mengetahui apakah di dalam model estimasi terdapat autokolerasi atau tidak diantara variabel-variabel yang diamati. Dengan kriteria sebagai berikut:

Nilai Obs* R- square > χ2 atau Prob < 0,05 terdapat autokolerasi Nilai Obs* R- square < χ2 atau Prob > 0,05 tidak terdapat autokolerasi.


(58)

3.5.2.2.3 Heteroskedastisitas (Heterokedasticity)

Heteroskedastisitas merupakan salah satu asumsi Ordinary Least Square (OLS) yang dideteksi keberadannya melalui White Heterokedasticity test atau uji white. Melaui uji white dilihat apakah nilai probabilitasnya lebih besar atau lebih kecil dari 0,05. Jika lebih kecil dari 0,05 maka terdapat heterokedastisitas dalam model estimasi dan sebalinya jika nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka tidak ditemukan heterokedastisitas dalam model estimasi.

3.6 Batasan dan Definisi Operasional Variabel

1. Jumlah penduduk pada kelompok umur muda adalah adalah total himpunan manusia yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu, yang termasuk dalam kelompok umur 0 – 14 tahun (ribu jiwa).

2. Jumlah penduduk pada kelompok umur tua adalah total himpunan manusia yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu, yang termasuk dalam kelompok umur 15-64 tahun (ribu jiwa).

3. Jumlah penduduk pada kelompok umur tua adalah total himpunan manusia yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu, yang termasuk dalam kelompok umur 65-75 tahun keatas (ribu jiwa). 4. Pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan adalah total anggaran yang

dialokasikan oleh pemerintah suatu negara bagi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dalam jangka waktu tertentu (milyar rupiah).


(59)

5. Pengeluaran pemerintah pada bidang kesehatan adalah total anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah suatu negara bagi kebutuhan pelayanan kesehatan dalam jangka waktu tertentu (milyar rupiah).


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Indonesia 4.1.1 Kondisi Geografis

Indonesia merupakan salah suatu negara berbentuk Republik di Asia Tenggara yang sejak 2004 dibagi kedalam 33 provinsi. Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia barada pada secara astronomis diapit oleh dua Luas perairan Indonesia jauh lebih luas daripada daratannya yang menyebabkan negara ini disebut negara bahari. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² sedangkan luas perairannya 3.257.483 km².

Ada lima pulau besar yang terdapat di dalamnya yaitu sumatera, jawa, kalimantan, sulawesi dan papua. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia bermukim disana. mempunyai puluhan bahkan ratusan gunung api dan sungai. Adapun batas – batas wilayah negara Indonesia adalah sebagai berikut :

Utara : Negara km,

Singapura, Filipina dan Laut Cina Selatan

Selatan : Negara Barat : Samudera Indonesia

Timur : Negara


(61)

Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Kepadatan Penuduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2010

Provinsi Luas (Km2)

Kepadatan Penduduk per Km2

Nanggroe Aceh Darussalam 57.956,00 78

Sumatera Utara 72.981,23 178

Sumatera Barat 42.012,89 115

Riau 87.023,66 64

Jambi 50.058,16 205

Sumatera Selatan 91.592,43 81

Bengkulu 19.919,33 86

Lampung 34.623,80 220

Kepulauan Bangka Belitung 16.424,06 74

Kepulauan Riau 8.201,72 205

DKI Jakarta 664,01 14.469

Jawa Barat 35.377,76 1.271

Jawa Tengah 32.800,69 987

DI Yogyakarta 3.133,15 1104

Jawa Timur 47.799,75 784

Banten 9.662,92 1.100

Bali 5.780,06 673

Nusa Tenggara Barat 18.572,32 242

Nusa Tenggara Timur 48.718,10 96

Kalimantan Barat 147.307,00 242

Kalimantan Tengah 153.564,50 12

Kalimantan Selatan 38.744,23 94

Kalimantan Timur 204.534,34 17

Sulawesi Utara 13.851,64 164

Sulawesi Tengah 61.841,29 43

Sulawesi Selatan 46.717,48 172

Sulawesi Tenggara 38.067,70 59

Gorontalo 11.257,07 92

Sulawesi Barat 16.787,18 69

Maluku 46.914,03 33

Maluku Utara 31.982,50 32

Papua Barat 97.024,27 8

Papua 319.036,05 9

Indonesia 1.910.931,32 124


(62)

Pada tabel 4.1 diatas terlihat bahwa daerah – daerah yang wilayahnya paling luas adalah daerah – daerah di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua namun hal ini berbanding terbalik dengan jumlah penduduknya. Daerah yang paling banyak penduduknya justru pulau jawa, padahal daerahnya tidak begitu luas, inilah yang menyebabkan tingkat kepadatan penduduk di pulau Jawa sangat tinggi, berbeda jauh dengan tingkat kepadatan di pulau – pulau lainnya terutama Papua.

4.1.2 Kondisi Iklim

Iklim adalah rata-rata cuaca dalam periode yang panjang. Sedangkan cuaca merupakan keadaan atmosfer pada suatu saat.Indonesia mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Ada tiga jenis mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut. Iklim yang mempengaruhi kondisi iklim Indonesia yaitu :

1. Iklim Musim (Iklim Muson)

Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang membawa musim kering/kemarau.


(1)

Lampiran 4. Hasil Regresi Model I Untuk Bidang Pendidikan

Dependentt Variable: PENDIDIKAN Method: Least Squares

Date: 11/30/12 Time: 09:29 Sample: 1990 2010

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -124178.6 121427.0 -1.022660 0.3208 PM 4.332869 1.798176 2.409592 0.0276 PP -0.157614 0.109124 -1.444353 0.1668 PT -11.30400 2.022096 -5.590237 0.0000 R-squared 0.784475 Mean dependentt var 21668.57 Adjusted R-squared 0.746441 S.D. dependentt var 27448.33 S.E. of regression 13821.50 Akaike info criterion 22.07548 Sum squared resid 3.25E+09 Schwarz criterion 22.27444 Log likelihood -227.7926 F-statistic 20.62574 Durbin-Watson stat 0.579816 Prob(F-statistic) 0.000007

Lampiran 5. Hasil Regresi Model II Untuk Bidang Kesehatan

Dependentt Variable: KESEHATAN Method: Least Squares

Date: 11/30/12 Time: 09:26 Sample: 1990 2010

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -72654.82 20224.45 -3.592425 0.0022 PM 0.736547 0.299498 2.459275 0.0249 PP -0.023485 0.018175 -1.292154 0.2136 PT 3.723897 0.336793 11.05692 0.0000 R-squared 0.882946 Mean dependentt var 6240.429 Adjusted R-squared 0.862290 S.D. dependentt var 6203.447 S.E. of regression 2302.060 Akaike info criterion 18.49064 Sum squared resid 90091131 Schwarz criterion 18.68960 Log likelihood -190.1517 F-statistic 42.74407 Durbin-Watson stat 0.760154 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Lampiran 6. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Model I Dan II

a.

Jumlah penduduk pada kelompok umur muda (X1) terhadap jumlah

penduduk pada kelompok umur pertengahan (X2) dan jumlah penduduk

pada kelompok umur tua (X3)

Dependentt Variable: PM Method: Least Squares Date: 12/01/12 Time: 09:58 Sample: 1990 2010

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 66454.18 2827.045 23.50659 0.0000 PP 0.009474 0.014128 0.670553 0.5110 PT -0.475437 0.240199 -1.979346 0.0633 R-squared 0.188249 Mean dependentt var 63155.16 Adjusted R-squared 0.098054 S.D. dependentt var 1907.641 S.E. of regression 1811.702 Akaike info criterion 17.97348 Sum squared resid 59080745 Schwarz criterion 18.12270 Log likelihood -185.7216 F-statistic 2.087144 Durbin-Watson stat 0.780429 Prob(F-statistic) 0.153040

b.

Jumlah penduduk pada kelompok umur pertengahan (X2) terhadap

jumlah penduduk pada kelompok umur muda (X1) dan jumlah penduduk

pada kelompok umur tua (X3)

Dependentt Variable: PP Method: Least Squares Date: 12/01/12 Time: 10:02 Sample: 1990 2010

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -58392.88 261914.4 -0.222946 0.8261 PM 2.572469 3.836341 0.670553 0.5110 PT 2.613267 4.323967 0.604368 0.5531 R-squared 0.031225 Mean dependentt var 128918.3 Adjusted R-squared -0.076417 S.D. dependentt var 28774.49 S.E. of regression 29853.68 Akaike info criterion 23.57757 Sum squared resid 1.60E+10 Schwarz criterion 23.72679


(3)

Log likelihood -244.5645 F-statistic 0.290083 Durbin-Watson stat 2.144875 Prob(F-statistic) 0.751634

c.

Jumlah penduduk pada kelompok umur tua (X3) terhadap jumlah

penduduk pada kelompok umur muda (X1) dan jumlah penduduk pada

kelompok umur pertengahan (X2)

Dependentt Variable: PT Method: Least Squares Date: 12/01/12 Time: 10:03 Sample: 1990 2010

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 32271.14 11936.37 2.703598 0.0145 PM -0.375970 0.189947 -1.979346 0.0633 PP 0.007611 0.012593 0.604368 0.5531 R-squared 0.184519 Mean dependentt var 9507.833 Adjusted R-squared 0.093910 S.D. dependentt var 1692.511 S.E. of regression 1611.080 Akaike info criterion 17.73876 Sum squared resid 46720398 Schwarz criterion 17.88798 Log likelihood -183.2570 F-statistic 2.036436 Durbin-Watson stat 0.149200 Prob(F-statistic) 0.159486

Lampira 7. Hasil Uji Autokorelasi Melalui Uji Langrange Multiplier Model I

Untuk Bidang Pendidikan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.466985 Probability 0.092304 Obs*R-squared 12.04717 Probability 0.060925

Test Equation:

Dependentt Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/02/12 Time: 19:48

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2083.584 130989.6 -0.015906 0.9876


(4)

PM -0.035135 1.999612 -0.017571 0.9863 PP 0.088922 0.103475 0.859357 0.4085 PT -0.826493 1.838577 -0.449529 0.6618 RESID(-1) 0.914049 0.307321 2.974251 0.0126 RESID(-2) -0.360193 0.414155 -0.869705 0.4030 RESID(-3) 0.261633 0.412108 0.634865 0.5385 RESID(-4) -0.241806 0.418693 -0.577526 0.5752 RESID(-5) -0.108854 0.407925 -0.266847 0.7945 RESID(-6) -0.017713 0.338871 -0.052272 0.9592 R-squared 0.573675 Mean dependentt var 4.58E-11 Adjusted R-squared 0.224864 S.D. dependentt var 12742.79 S.E. of regression 11218.99 Akaike info criterion 21.79436 Sum squared resid 1.38E+09 Schwarz criterion 22.29175 Log likelihood -218.8407 F-statistic 1.644656 Durbin-Watson stat 1.853812 Prob(F-statistic) 0.215565

Lampiran 8. Hasil Uji Autokorelasi Melalui Uji Langrange Multiplier Model

II Untuk Bidang Kesehatan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.194432 Probability 0.131569 Obs*R-squared 13.88282 Probability 0.084871

Test Equation:

Dependentt Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/02/12 Time: 19:52

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6843.035 44244.74 -0.154663 0.8805 PM 0.198076 0.672187 0.294674 0.7749 PP -0.032140 0.035308 -0.910282 0.3864 PT -0.189488 0.639938 -0.296104 0.7739 RESID(-1) 0.975640 0.332576 2.933589 0.0167 RESID(-2) -0.923918 0.503918 -1.833467 0.0999 RESID(-3) -0.056231 0.650583 -0.086432 0.9330 RESID(-4) 0.357004 0.671591 0.531580 0.6079 RESID(-5) -1.017397 0.669450 -1.519751 0.1629 RESID(-6) 0.299263 0.778457 0.384431 0.7096 RESID(-7) -0.292611 0.787534 -0.371553 0.7188 RESID(-8) 0.322138 0.802312 0.401512 0.6974


(5)

R-squared 0.661087 Mean dependentt var 1.22E-11 Adjusted R-squared 0.246859 S.D. dependentt var 2122.394 S.E. of regression 1841.892 Akaike info criterion 18.17053 Sum squared resid 30533094 Schwarz criterion 18.76740 Log likelihood -178.7906 F-statistic 1.595950 Durbin-Watson stat 1.669087 Prob(F-statistic) 0.245958

Lampiran 9. Hasil Uji Heterokedastisitas Melalui Uji White Model I Untuk

Bidang Pendidikan

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.898820 Probability 0.556410 Obs*R-squared 8.899033 Probability 0.446646

Test Equation:

Dependentt Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 12/02/12 Time: 20:12 Sample: 1990 2010

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.23E+10 3.30E+11 -0.037213 0.9710 PM 6968275. 6952692. 1.002241 0.3378 PM^2 -97.36777 95.02596 -1.024644 0.3275 PM*PP 70.36772 134.0620 0.524889 0.6101 PM*PT -451.7716 1106.577 -0.408261 0.6909 PP -4794654. 9751846. -0.491666 0.6326 PP^2 -0.074412 1.692238 -0.043972 0.9657 PP*PT 42.60410 118.8602 0.358439 0.7268 PT 25077701 73067269 0.343214 0.7379 PT^2 -139.3946 1077.241 -0.129400 0.8994 R-squared 0.423763 Mean dependentt var 1.55E+08 Adjusted R-squared -0.047703 S.D. dependentt var 2.05E+08 S.E. of regression 2.10E+08 Akaike info criterion 41.46762 Sum squared resid 4.84E+17 Schwarz criterion 41.96501 Log likelihood -425.4100 F-statistic 0.898820 Durbin-Watson stat 2.398711 Prob(F-statistic) 0.556410


(6)

Lampiran 10. Hasil Uji Heterokedastisitas Melalui Uji White Model II Untuk

Bidang Kesehatan

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.377949 Probability 0.303301 Obs*R-squared 11.12886 Probability 0.266980

Test Equation:

Dependentt Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 12/02/12 Time: 20:11 Sample: 1990 2010

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.32E+09 1.01E+10 -0.327543 0.7494 PM 132765.8 213577.8 0.621627 0.5469 PM^2 -1.291120 2.919076 -0.442304 0.6668 PM*PP 0.306301 4.118212 0.074377 0.9420 PM*PT -1.276386 33.99262 -0.037549 0.9707 PP -10744.59 299564.2 -0.035867 0.9720 PP^2 -0.031446 0.051983 -0.604929 0.5575 PP*PT -0.194748 3.651233 -0.053338 0.9584 PT -16359.30 2244533. -0.007289 0.9943 PT^2 7.394761 33.09147 0.223464 0.8273 R-squared 0.529945 Mean dependentt var 4290054. Adjusted R-squared 0.145355 S.D. dependentt var 6973614. S.E. of regression 6446896. Akaike info criterion 34.50185 Sum squared resid 4.57E+14 Schwarz criterion 34.99924 Log likelihood -352.2694 F-statistic 1.377949 Durbin-Watson stat 3.055269 Prob(F-statistic) 0.303301


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Sumatera Utara

0 28 99

Dampak penerimaan dan pengeluaran Pemerintah daerah terhadap kinerja ekonomi dan kemiskinan di Indonesia

2 6 331

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG KESEHATAN, PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN, PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)” (Studi Kasus Di Indonesia Tahun

2 11 92

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SERTA JUMLAH PENDUDUK TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA ANGGOTA OKI STUDI KASUS KAWASAN AFRIKA SUB-SAHARA

0 9 167

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI BIDANG KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI SUMATERA BARAT TAHUN 1998-2008.

0 0 6

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEMISKINAN, PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 1992-2011.

0 0 14

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA.

0 0 10

Dampak Dinamika Struktur Umur Penduduk Terhadap Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Di Indonesia

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeluaran Pemerintah - Dampak Dinamika Struktur Umur Penduduk Terhadap Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Di Indonesia

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Dampak Dinamika Struktur Umur Penduduk Terhadap Pengeluaran Pemerintah Pada Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Di Indonesia

0 0 10