Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

pribadi yang sabar, disiplin, sikap kewaspadaan yang tinggi, memperhatikan hal- hal kecil yang akan memberikan petunjuk bagi pembelajaran hidupnya nanti. Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kesetiaan Kaze yang tercermin dalam kondisi sosial yang terungkap dalam novel “Pembunuhan Sang Shogun”? 2. Bagaimana kondisi sosial zaman Edo yang dijadikan setting pada novel ini?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus. Dalam analisis ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada cerita yang menggambarkan bentuk kesetiaan tokoh Kaze pada tuannya dan sebagai pendukung akan dipaparkan bagaimana kehidupan sosial dan interaksi masyarakat Jepang pada zaman Edo terutama di kota Edo yang tergambar dalam novel Pembunuhan Sang Shogun karya Dale Furutani.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Novel adalah sastra kisahan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dari setiap pelaku Kamus Besar Berbahasa Indonesia, 2001. Sosiologi sastra menurut Ratna 2003:2 yaitu pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Sosiologi sastra mewakili keseimbangan antara kedua komponen, yaitu sastra dan masyarakat. Oleh karenanya, analisis sosiologis memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu. Laurenson dalam Fananie 2001:133 berpendapat bahwa terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu : 1. Perspektif yang memandang sastra sebagai dokumen sastra dan sebagai dokumen sosial yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. 2. Prespektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya. 3. Model yang dipakai karya tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial budaya atau peristiwa sejarah. Unsur-unsur penunjang terciptanya sebuah karya sastra, khususnya prosa yaitu tema, plot, setting, dan lain sebagainya. Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Penikmat sastra secara bebas menafsirkan watak, perwatakan, dan karakter yang merujuk pada sifat dan sikap para tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nugriantoro 1995:165, adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang telah diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dengan penerimaan pembaca. Tokoh cerita dalam suatu karya sastra fiksi naratif merupakan karya pengarang yang murni berasal dari alam pikirannya. Boulton dalam Aminuddin 2000:79 mengungkapkan, bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang memunculkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di dalam mimpi, pelaku yang hanya memiliki semangat perjuangan, pelaku memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia. Boulton dalam Aminuddin 2000:37 juga mengungkapkan, bahwa cipta sastra selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin pembacanya juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik maupun berbagai problema yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan manusia. Karya sastra adalah karya seni seperti seni suara, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain. Namun, hal yang membedakan dengan seni adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa. Disamping itu bahasa itu sendiri adalah suatu sistem komunikasi yang syarat dengan pesan kebudayaan. Kehidupan manusia tidak dari kebudayaan yang atas dasar bahasa, sedangkan bahasa itu sendiri adalah sistem tanda Ratna, 2003:111.

1.4.2 Kerangka Teori

Untuk menganalisis suatu karya sastra diperlukan pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam menganalisis novel ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis sastra dan semiotik. Untuk melihat gambar kehidupan sosial suatu individu secara khusus dalam masyarakat dalam suatu karya sastra adalah dengan menggunakan disiplin ilmu Sosiologis Sastra dalam kaitan ini menurut Saini dalam Endaswara 2003:83 memberikan tiga kedudukan sastra terhadap kehidupan masyarakat. Yakni sebagai pemekatan, penentangan, dan olok-olok. Ketiga ini sebenarnya terkait dengan fungsi sastra sebagai kehidupan sosial. Pendekatan sosiologis akan digunakan dalam menganalisis permasalahan sosial yang dihadapi tokoh Kaze, karena pendekatan ini dapat menunjukkan bagaimana tokoh Kaze berinteraksi dalam lingkungan sosialnya. Menurut Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Soekanto 1990:21 sosiologis adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sedangkan menurut Bruce dalam Wiyarti 2008:1 sosiologis adalah suatu sistem tata nilai yang ditujukan kepada masyarakat tentang bagaimana seharusnya mereka berkelakuan dan mengatur diri mereka. Dengan menggunakan teori sosiologis ini, penulis dapat menganlisis kondisi sosial Kaze dalam novel Pembunuhan Sang Shogun yang menyebabkan masalah-masalah dalam berinteraksi sosial. Contohnya adalah pada saat Kaze dalam proses penyamaran dirinya sebagai pemain kabuki untuk menghindari kejaran anak buah Tokugawa sampai Kaze membuktikan dirinya bahwa dia tidak bersalah. Semiotika adalah ilmu tanda dan istilah ini berasal dari kata Yunani Semion yang berarti tanda Panuti Sudjiman 1992:15. Menurut Pradopo 2001:270 Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa sosial masyarakat dan kebudayaan itu mempelajari system-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda- tanda tersebut mempunyai arti. Penulis menggunakan pendekatan Semiotik karena mengetahui adanya persoalan-persoalan yang dialami tokoh Kaze dalam menjalani kehidupannya sebagai seorang Ronin. Berdasarkan teori diatas, maka penulis menginterpretasikan sikap dan kondisi tokoh utama dengan pendekatan sosiologis dan pendekatan semiotika dalam novel. Akan terlihat di bagian mana yang terdapat pergolakan kehidupan dan kondisi sosial Kaze di dalam lingkungan masyarakat serta faktor-faktor apa saja yang mendukung dan tidak mendukung kehidupan tokoh untuk mewujudkan keinginannya sebagai seorang shogun berkuasa pada masa itu. Hal ini dapat dilihat dari tanda-tanda berupa tingkah laku, ucapan-ucapan dan pikiran-pikiran tokoh utama dalam cerita ini.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan kondisi sosial yang menyangkut kesetiaan tokoh Kaze yang terungkap dalam novel “Pembunuhan Sang Shogun”. 2. Untuk mendeskripsikan kondisi sosial pada zaman Edo yang menjadi latar belakang sosial tokoh utama dalam novel ini.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Hendaknya sebuah karya sastra itu ditujukan untuk bermanfaat bagi banyak orang. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : - Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai sosiologis sastra dalam karya fiksi khususnya dalam novel “Pembunuhan Sang Shogun”. - Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan menambah informasi tentang bagaimana keadaan sosial pada zaman Edo. - Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Departemen Sastra Jepang sebagai referensi tentang analisis novel.

1.6 Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian pasti menggunakan metode sebagai penunjang dalam mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Koentjaraningrat 1980:30 mengatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, atau kelompok tertentu. Penulis menggunakan metode studi kepustakaan Library Research dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan karya sastra, kritik sastra, dan buku-buku panduan analisis sosiologis dalam karya sastra serta tambahan literature tambahan lainnya. Menurut Hadari Nawawi 1991:133 studi kepustakaan adalah mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku atau referensi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kemudian membaca novel dan menganalisis masalah-masalah yang ada dengan teori yan berhubungan dengan penulisan ini. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran, selain itu penulis memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia di perpustakaan umum Universitas Sumatera Utara dan juga memanfaatkan buku-buku pribadi penulis. Selain memanfaatkan literature yang berupa buku, penulis juga memanfaatkan teknologi internet, mengumpulkan data dari berbagai website yang berhubungan dengan materi penelitian ini.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONDISI SOSIAL ZAMAN EDO DAN

KESETIAAN SAMURAI

2.1 Kondisi Sosial Zaman Edo

Zaman ini berlangsung dari tahun 1603-1868. Tokugawa Iemitsu adalah daimyo dari Mikawa, sebuah daimyo kecil, kemudian mampu mengalahkan Hideyoshi pada perang Sekigahara di tahun 1600. Kemudian menjadi seiitaishogun pada tahun 1603 dengan pusat pemerintahan Bakufu di Edo. Selama zaman pemerintahan Tokugawa di Edo berlangsung kira-kira 260 tahun ini disebut zaman Edo Situmorang 2006:17 Sistim pemerintahannya disebut sistim bakuhantaisei yaitu sistem pemerintahan bakufu dan han. Bakufu adalah pemerintahan pusat dan memiliki pusat pemerintahan sendiri. Sedangkan wilayah Han adalah wilayah yang diperintah oleh Daimyo, dan untuk urusan kedalam bebas tanpa campur tangan Shogun. Namun demikian banyak sekali peraturan Keshogunan untuk memperlemah kedaimyoan atau wilayah Han. Bakufu menguasai kira-kira seperempat wilayah jepang secara langsung. Selain itu kota-kota besar seperti Kyoto, Osaka, Nagasaki juga dikuasai secara langsung. Daimyo yang merupakan keluarga Shogun disebut dengan Shinpan, dibuat menjadi penguasa wilayah Han dekat dengan Edo. Sedangkan Daimyo yang membantu Tokugawa dalam perang Sekigahara disebut dengan Fudai, yaitu daimyo yang menjadi penguasa Han mengantarai Daimyo yang musuh Tokugawa dalam perang sekigahara. Kemudian Daimyo yang menjadi musuh Tokugawa

Dokumen yang terkait

Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Shinrinteki No Bunseki

2 79 64

Analisis Konsep Kazoku Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto (Banana Yoshimoto No Sakuhin Daidokoro No To Iu Shosetsu Ni Okeru Kazoku Ni Gainen No Bunseki)

7 71 54

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “1 Liter Of Tears” Karya Aya Kito Aya Kito No Sakuhin No “1 Rittoru Namida” To Iu Shosetsu Ni Okeru Shujinko No Shinrigakutekina Bunseki

4 68 81

Analisis Kesetiaan Samurai Dalam Novel Kaze Karya Dale Furutani

0 62 67

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 1 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 1

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 7 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 15

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 2

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 5