LATAR BELAKANG Analisa Dan Perencanaan Pile Cap Dengan Metode Strut And Tie Model Berdasarkan ACI Building Code 318-2002

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Beton sebagai bahan struktur bangunan telah dikenal sejak lama karena mempunyai banyak keuntungan-keuntungan dibanding dengan bahan bangunan yang lain. Perencanaan komponen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja dan masih mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan tegangan lebih lanjut tanpa mengalami keruntuhan. Timbulnya tegangan- tegangan lentur akibat terjadinya momen karena beban luar dan tegangan tersebut merupakan faktor yang menentukan dalam menetapkan dimensi geometris penampang komponen struktur. Proses perencanaan atau analisis umumnya dimulai dengan memenuhi persyaratan terhadap lentur, kemudian baru sisi lainnya seperti geser. Kemudian retak panjang penyaluran dianalisis sehingga seluruhnya memenuhi syarat. Perencanaan struktur berdasarkan analisa batas limit analysis telah banyak diselidiki melalui berbagai penelitian selama hampir empat dasawarsa belakangan ini. Berbagai manfaat telah diperoleh melalui penyelidikan dan penelitian tersebut, terutama pada kekuatan balok dan pelat yang dibebani geser, torsi dan beban kombinasi. Berdasarkan pertimbangan bahwa perilaku struktur beton sangat beragam, maka penggunaan metode limit analysis belum meluas dan sebagian masih 2 membutuhkan penelitian yang mendalam. Walaupun demikian, pada umumnya struktur beton dirancang bertulangan lemah under-reinforced dimana kuat strukturnya terutama ditentukan oleh lelehnya tulangan, dan dari berbagai percobaan yang mendalam menunjukkan bahwa pendekatan limit analysis memberikan hasil yang sangat memuaskan termasuk beton bertulangan kuat over-reinforced. Pendekatan melalui limit analysis dapat dinyatakan dalam dua kategori, pertama berdasarkan lower bound static dan kedua berdasarkan upper bound kinematic. Pendekatan kinematic pada umumnya dipergunakan pada rancangan yang sudah ada existing design karena keseimbangan dari model yang dipakai hanya berlaku untuk keadaan tertentu, sedangkan pendekatan metode static dapat diterapkan langsung dalam perancangan dan detailing karena kekuatan beton dan baja tulangan yang dibutuhkan dapat diperoleh dari sistem keseimbangan gaya-gaya dalam dari struktur yang dibebani sampai beban batas ultimate load.. Berbagai penelitian terus maju dan mengalami perkembangan dan muncullah berbagai model yang rasional yang dianggap cukup sederhana dan cukup akurat dalam aplikasinya sudah banyak diusulkan. Dan sampai saat ini model yang dianggap konsisten dan rasional adalah pendekatan melalui “STRUT AND TIE MODEL” . Pada analisa struktur, biasanya digunakan asumsi Bernoulli yang menyatakan bahwa penampang tetap datar selama deformasi. Dalam kenyataannya, pada daerah kerja beban terpusat, pada daerah tumpuan atau dimana terdapat konsentrasi tegangan yang besar, asumsi tersebut tidak berlaku sehingga diperlukan perhitungan yang lebih teliti. Prof. M.P Collins menyatakan bahwa pola retak akibat keruntuhan tarik tidak selamanya dengan kemiringan 45°, tetapi pola retak dapat dimodelkan 3 dalam bentuk sebuah rangkaian retakan sejajar yang terbentuk pada sudut θ. Teori dari Prof. M.P Collins ini dikenal dengan teori medan tekan Compression Field Theory CFT dan Modified Compression Field Theory MCFT pada tahun 1986. Sementara ACI 318 2002 mensyaratkan sudut antara komponen strut dan komponen tie tidak boleh diambil kurang dari 25°. Sumber : Appendix A-ACI 318 2002 A.2.5 pp. 378 . Pengembangan dari Strut and Tie Method membawa pengaruh yang besar dalam peraturan beton di beberapa Negara Eropa, Kanada dan baru akhir-akhir ini di Amerika. Namun peraturan beton di Indonesia belum mempergunakannya. Strut and Tie berawal dari “Truss Analogy Model” yang pertama kali diperkenalkan oleh Ritter 1899 dan Morsch 1902. Selanjutnya atas inisiatif Schlaich dan Schafer Stuttgart, Truss Analogy dikembangkan ke dalam suatu bentukmodel yang lebih umum dan konsisten, dan kemudian dikenal sebagai Strut-and-Tie Model Model Penunjang dan Pengikat.

1.2 PERMASALAHAN