Kekuatan Tie Pengangkuran Tie

72

3.8.1 Kekuatan Tie

Kekuatan nominal dari tie, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : T n = A st f y Dimana : T ................................................................3.20 n A = gaya tarik batas terfaktor st f = luas baja tulangan biasa y = tegangan leleh baja tulangan Lebar tie ditentukan untuk memenuhi kondisi keamanan untuk tegangan tekan pada titik-titik nodal pada pertemuan antara strut dan tie pada simpul tersebut. Lebar tie dapat diambil tidak lebih dari 70 dari lebar strut terbesar yang terhubung ke tie pada setiap nodal .

3.8.2 Pengangkuran Tie

Umumnya masalah utama dalam desain tie adalah pengangkuran bagian tie pada wilayah nodal. ACI mengharuskan pengangkuran bagian tie yang dicapai sepenuhnya pada saat centroid dari tulangan di sebuah tie meninggalkan wilayah nodal yang diperpanjang. Hal ini ditunjukkan pada gambar 3.8. Dalam hal ini, kait atau angkur mekanis mungkin diperlukan. 73 BAB IV PERHITUNGAN Rencanakan dan berikan rincian tulangan untuk pile cap yang merupakan bagian dari suatu sistem pondasi dengan menggunakan metode strut dan tie. Dengan data desain sebagai berikut : Dimensi kolom = 750 mm x 750 mm Beban mati kolom = 2200 kN Beban hidup kolom = 1100 kN Diameter tiang pancang = 500 mm Daya dukung tiang pancang = 750 kN f c ’ = 30 MPa f y = 390 Mpa Penyelesaian : 4.1 Langkah 1: Pemilihan Dimensi Pile Cap Desain Pile Cap Dengan Metode Strut and Tie Untuk menentukan dimensi pile cap, terlebih dahulu kita harus menentukan jumlah tiang Beban total yang bekerja pada pile cap adalah : P . total = P DL + P LL Maka, jumlah tiang pancang yang diperlukan : n = 1,05 x P total P pile = 1,05 x 3300 750 = 4,62 buah = 2200 + 1100 = 3300 kN 74 Pu 750 1000 625 625 1250 1250 3750 625 625 1250 1250 3750 500 750 Gunakan 5 buah tiang pancang. Dimana nilai faktor 1,05 pada rumus di atas digunakan sebagai pertimbangan untuk berat sendiri dari pile cap. Jarak antar tiang biasanya diambil sebesar 2,5 � – 3,0� 1T . Maka kita rencanakan jarak antara tiang diambil sebesar 1250 mm. Jarak dari titik tengah tiang ke tepi pile cap diambil Asumsikan bahwa ketebalan pile cap adalah 1000 mm. sebesar 625 mm. Tiang pancang disusun sedemikian rupa seperti terdapat pada gambar di bawah. Gambar rencana pile cap 75 c d b a e F 2 F 2 F 1 F 1 F tie F ac 45 1088,44 1088,44 1088,44 1088,44 1088,44 1088,44 1088,44 1088,44 1088,44 1088,44 Maka : Berat sendiri pile cap = 3,75 x 3,75 x 1,0 x 25 = 351,5625 kN Beban ultimit yang dipikul oleh pile cap ACI318-02 Sec. C.2.1 adalah : P u = 1,4P DL + 1,7P LL Maka : P upile = P u 5 = 5442,1875 kN 5 = 1088,44 kN = 1,4 x 2200 + 351,5625 + 1,7 x 1100 = 5442,1875 kN Langkah 2: Membangun Model Strut and Tie Beban kolom dibagi menjadi 5 bagian yang sama masing-masing 1088,44 kN. Masing-masing beban terhubung ke pusat satu tiang pile melalui strut miring seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini . θ 76 Gambar pemodelan strut and tie Pada gambar di atas, lokasi masing-masing beban pada penampang kolom harus ditentukan sedemikian rupa untuk dimodelkan ke dalam strut and tie model. Dimana lokasi tersebut ditentukan berdasarkan batas tekan maksimum dari strut . Gambar berikut ini menunjukkan penampang dari kolom yang dibagi menjadi 5 area, masing-masing terhubung ke satu buah strut . Pada gambar tersebut di atas, luas area A 1 dari strut vertikal strut berbentuk botol pada node atas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut Dimana : f : A 1 = F u ϕ f cu cu f = kuat tekan efektif beton cu = 0, 85 β s f c β ’ ACI318-02 Sec. A.3.2 s Untuk strut and tie model digunakan � = 0,75 ACI318-02 Sec. 9.3.2.6 = 0,60 strut berbentuk botol A1 A2 A2 A2 A2 750 750 77 Maka : A 1 = F u 0,75 x 0,85 � s f c = 1088,44 x 10 3 N 0,75 x 0,85 x 0,6 x 30 = 94853,159 mm 2 ≈ 308 mm x 308 mm Oleh karena itu, maka luas area A 2 yaitu daerah perpotongan dari strut miring dengan node atas dengan penampang dari kolom dapat ditentukan sebagai berikut : A 2 = 750 2 − 308 2 4 = 116909 mm 2 Kemudian tentukan pusat titik berat C.G dari area A 2 , dimana titik berat ini merupakan titik pembebanan pada masing-masing strut. Dengan cara yang mudah, kita dapat menentukan letak pusat titik beratnya perhitungan tidak ditampilkan. Maka diperoleh letak titik berat : c = 164,2 mm x c = 750 – 2 x 164,2 = 421,6 mm A1 A2 A2 A2 A2 750 750 c = 164,2 C.G C.G C.G C.G 308 x c = 421,6 c = 164,2 c = 164,2 78 Diasumsikan bahwa titik berat strut miring menghubungkan titik berat dari area A 2 dan titik pusat tiang pile . Langkah 3: Menghitung Untuk beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan tanah Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Strut dan Tie digunakan tebal selimut beton sebesar 75 mm. Asumsikan jarak dari garis tengah tulangan tie bawah ke serat beton bawah adalah 150 mm dan tebal strut horizontal atas adalah 300 mm. Maka, jarak antara tie bawah dengan strut horizontal atas ec adalah sebagai berikut lihat gambar : θ ec = 1000 – 150 – 3002 = 700 mm ab = ad = 1250 – 421,62 = 1039,2 c d b a e F 2 F 2 F 1 F 1 F tie F ac 45 2500 mm 421,6 mm 421,6 mm 2500 mm mm 79 ac = �1039,2 2 + 1039,2 2 = 1469,65 mm � = tan -1 � ec ac � = tan -1 � 700 1469,65 � = 25,47 25 ……………… OK Sesuai dengan persyaratan yang ditentukan ACI318-02 bahwa sudut terkecil antara sebuah strut dan sebuah tie yang bergabung di daerah node ditetapkan sebesar 25 , maka sudut kemiringan strut masih memenuhi syarat. Maka gaya pada strut F 1 : F 1 = 1088,44 kN sin 25,47 = 2531,03 kN Sedangkan gaya pada tie diperoleh sebagai berikut: F ac = F 1 cos θ = 2531,03 cos 25,47 = 2285,04 kN F tie = F ac cos 45 = 2285,04 cos 45 = 1615,77 Dengan d kN emikian, F 2 = F tie = 1615,77 kN tekan Langkah 4: Pemilihan Tulangan Pada Tie Penulangan tie dapat diperoleh dari persamaan berikut : F nt ≥ F tie A st f y ≥ F A tie st A x 390 ≥ 1615,77 x 1000 st ≥ 4143 mm 2 Gunakan tulangan 7 Ø 29 mm As = 4623,6 mm Tulangan tie disusun tepat di atas tiang pile. 2 80 Pada lokasi lain di luar daripada tie digunakan tulangan minimum A s min Luas tulangan minimum yang diperlukan adalah sebagai berikut : A s min = 0,6 f y b d → d = 1000 - 150 = 850 mm A s min = 0,6 390 x 1000 x 850 = 1307,7 mm 2 m . Gunakan tulangan 5 Ø 19 m’ → A s = 1417,6 mm 2 Langkah 5:Pemeriksaan Kekuatan Strut Langkah 5.1: Strut F Pada node bawah : 1 Karena tulangan tie yang digunakan hanya satu lapis tulangan maka : w t Telah diasumsikan sebelumnya bahwa jarak dari garis tengah tie ke bawah serat terluar beton adalah 150 mm, maka : = 2c + ∅ w t w = 300 mm s = l b sin θ + w t w cos θ s = 500 sin 25,47 + 300 cos 25,47 = 485,86 mm 81 θ θ θ Kapasitas strut miring berdasarkan ACI318-02 diberikan oleh : F ns = f cu A c F ns = 0,85 β s f c ’ x w s β . b dimana b adalah diameter tiang pancang s F = 0,60 untuk strut miring berbentuk botol dengan retak tanpa tulangan khusus. ns = 0,85 x 0,60 x 30 x 485,86 x 500 x 10 -3 = 3716,829 kN Kuat nominal strut harus lebih besar daripada gaya yang terjadi : � F ns ≥ F 1 Untuk strut and tie model digunakan � = 0,75 ACI318-02 Sec. 9.3.2.6 Dimana � adalah faktor reduksi kekuatan. Maka : � F ns F = 0,75 x 3716,829 = 2787,622 kN 1 A =25,47 l b = 500 w t = 300 F 1 = 2531,03 kN F tie = 1615,77 kN w s tiang pancang = 2531,03 kN 82 Karena kapasitas strut � F ns = 2787,622 kN lebih besar daripada gaya yang bekerja F 1 = 2531,03 kN, maka strut F 1 � F memadai. ns F 1 .................................. OK Pada node atas : Pada node atas juga diperlukan suatu daerah penyangga strut. Luas area strut pada node atas A CST F dapat dicari sebagai berikut : 1 = � f cu x A F CST 1 = 0,75 x 0,85 β s f c ’ x A A CST 2531,03 x 1000 = 0,75 x 0,85 x 0,60 x 30 x A CST CST = 220569 mm 2 Jika diidealisasikan bahwa strut diagonal tersebut berbentuk persegi. Maka panjang sisi dari strut h 2 A dapat diperoleh sebagai berikut : CST = h 2 x h h 2 = �A CST 2 = √220569 θ = 469,65 mm θ A2 A2 C.G C.G 750 mm A1 h 2 F 1 cos F 1 cos 308 mm 750 mm 83 Langkah 5.2: Strut F 2 Node atas adalah node dimana strut miring, strut horizontal atas dan beban bertemu. Pada node ini, luas area horizontal A 2 dan luas area miring dari strut miring merupakan bagian dari pembentuk node. Lihat gambar di bawah θ θ θ θ θ Untuk menghitung ketebalan h 1 lihat pada gambar di atas, maka digunakan lebar rata-rata h 3 untuk area A 2 . A2 A2 C.G C.G 750 mm A1 h 2 F 1 cos F 1 cos h 3 308 mm h 3 h 2 h 2 h 1 308 mm h 3 sin h 1 cos 750 mm Dengan demikian : h 3 = A 2 h 2 = 116909 469,65 = 248,93 mm 84 h 2 = h 3 sin θ + h 1 469,65 = 248,93 sin 25,47 cos θ + h 1 cos 25,47 h 1 f c = F 1 cos θ h 1 � h 2 = 2531,03 x 1000 x cos 25,47 401,63 x 469,65 = 12,114 Nmm 2 = 401,63 mm f cn = 0,85 x β n x f c = 0,85 x 1,0 x 30 ’ � n = 1,0 untuk C-C-C node = 25,5 Nmm 2 � f Maka : cn = 0,75 x 25,5 = 19,125 Nmm 2 Karena � f cn lebih besar daripada f c , maka desain strut F 2 memadai � f . cn f c 19,125 Nmm 2 12,114 Nmm 2 .................................. OK Langkah 6: Penyusunan Tulangan Penulangan tie diatur sedemikian rupa sehingga jarak antar tulangan adalah 100 mm. Tulangan tie diletakkan tepat di atas pile tiang. Pada lokasi lain selain bagian tie harus diperkuat dengan tulangan minimum yang dihitung pada langkah 4 . 85 7 D 29 7 D 19 7 D 29 3750 mm 3750 mm 7 D 29 7 D 29 7 D 19 750 mm 750 mm 7 D 29 D 12 - 250 mm 7 D 19 7 D 29 750 mm 625 1250 1250 625 1000 mm 500 500 500 86 Gambar sketsa penulangan berdasarkan strut and tie model 3750 mm 3750 mm 600 600 1900 325 325 325 600 1900 600 325 7 D 29 7 D 29 7 D 2 9 7 D 2 9 7 D 1 9 7 D 19 87

4.2 Desain Pile Cap Dengan Metode Konvensional Langkah 1: Pemilihan Dimensi Pile Cap