TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini antara lain : PEMBATASAN MASALAH METODOLOGI PENULISAN Umum

6

1.3 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini antara lain :

1. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang Strut and Tie Model baik prosedur perhitungan dan juga fungsi kerja tulangan yang dianalisa dengan 2. Mempelajari metode strut and tie pada desain tulangan pada pile cap sesuai dengan gaya-gaya yang diperoleh pada pemodelan strut and tie tersebut. Strut and Tie Model. 3. Untuk mempopulerkan metode Strut and Tie Model dalam bentuk contoh perhitungan dengan mengenalkan prosedur dan teknik penggunaannya di lapangan. 4. Membandingkan hasil perencanaan pile cap dengan metode strut and tie yang mengacu pada peraturan ACI 318-02 dengan metode konvensional.

1.4 PEMBATASAN MASALAH

Masalah yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah penggunaan metode penunjang dan pengikat strut and tie model pada perencanaan tulangan pada pile cap . Pembatasan masalah dalam Tugas Akhir ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Perumusan dan perhitungan terbatas pada elemen struktur yang sederhana dengan data-data yang logis. 2. Strut and Tie Model direncanakan sesuai dengan aliran beban atau penyebaran tegangan. 3. Struktur yang ditinjau adalah pile cap berbentuk persegi dengan 5 buah tiang pancang. 7 4. Beban yang bekerja adalah beban vertikal kombinasi beban mati dan beban hidup. 5. Gaya lateral tanah diabaikan.

1.5 METODOLOGI PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah studi literatur yang menyangkut mengenai metode Strut and Tie dalam struktur beton bertulang yaitu dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari literatur yang berhubungan dengan pembahasan pada tugas akhir ini serta masukan dari dosen pembimbing. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Pile cap merupakan salah satu elemen penting dari suatu struktur. Hal ini dikarenakan pile cap memiliki peranan penting dalam pendistribusian beban struktur ke tiang pancang untuk kemudian diteruskan ke dalam tanah. Pile cap digunakan sebagai pondasi untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur yang berada di atasnya. Pada umumnya para geotechnical dan structure engineer jika mendesain pondasi dalam deep foundation sama sekali tidak memperhitungkan kontribusi pile cap. Padahal sering sekali dimensi pile cap cukup besar dan tebal. RL Mowka meneliti bahwa untuk gaya lateral bahkan sering sekali lebih besar gaya yang dipikul pile cap dibanding dengan tiang. Begitu juga dengan gaya aksial tekan. Dengan memperhitungkan distribusi pile cap maka kita akan mendapatkan desain group tiang yang lebih ekonomis. Oleh karena itu, penting sekali para engineer memahami perilaku pile cap agar mampu memperhitungkan kontribusi pile cap dalam memperhitungkan daya dukung group tiang baik terhadap gaya lateral maupun gaya aksial. Pada dasarnya perilaku pile cap hampir sama dengan balok tinggi. Hal ini dikarenakakan pile cap mempunyai angka perbandingan tinggilebar yang hampir sama dengan balok tinggi. Karena geometrinya inilah maka pile cap ini lebih berperilaku dua dimensi bukan satu dimensi dan mengalami keadaan tegangan dua dimensi. Sebagai akibatnya, bidang datar sebelum melentur tidak harus tetap datar 9 setelah melentur. Distribusi regangannya tidak lagi linier, dan deformasi geser yang diabaikan pada balok biasa menjadi sesuatu yang cukup berarti dibandingkan dengan deformasi lentur murni. Sebagai akibatnya, blok tegangan menjadi non linier meskipun masih pada taraf elastis. Pada keadaan limit dengan beban batas, distribusi tegangan tekan pada beton tidak akan lagi mengikuti bentuk parabola yang digunakan pada balok biasa. Beton retak dalam arah tegak lurus trayektori tegangan utama, apabila bebannya terus bertambah, retak ini akan melebar dan akan menjalar, juga timbul retak lainnya. Dengan demikian semakin sedikit beton yang harus memikul keadaan tegangan yang tak menentu. Ada dua pendekatan umum dalam mendesain sebuah pile cap. Pada pendekatan pertama, pile cap dianggap sebagai balok tinggi dan dirancang untuk geser pada bagian kritis. Pendekatan kedua yaitu dengan membagi struktur dalam dua daerah yakni, daerah D dan B. Dimana, daerah yang tidak lagi datar dan tegak lurus garis netral sebelum dan sesudah ada tambahan lentur yang dirincikan oleh regangan nonlinear, disebut daerah D Distrubed atau Discontinuity dan daerah dimana berlaku hukum Bernoulli disebut daerah B Bending atau Bernoulli. Pendekatan ini biasa disebut dengan model strut-and-tie. Dalam model ini, kekuatan tekan diasumsikan akan didistribusikan melalui strut tekan tanpa perkuatan ke daerah nodal pada masing-masing titik tiang pancang dan kekuatan tarik yang terjadi di antara tiang diberikan oleh tegangan tie yang dibentuk oleh penguat tulangan. 10 Model strut-and-tie dua dimensi digunakan untuk merepresentasikan struktur planar seperti balok tinggi, corbel dan sambungan. Model strut-and-tie tiga dimensi digunakan untuk struktur seperti pile cap untuk dua atau lebih baris tiang pancang.

2.2 Analogi Kerangka Truss Analogy