2. Uji-t
Untuk menunjukkan apakah variabel independen secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, serta untuk menunjukkan
variabel manakah yang memiliki pengaruh yang paling dominan maka digunakan uji-t.
Uji - t dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a
Menentukan model hipotesis untuk H dan H
a
. b
Mencari nilai t
tabel
dengan cara menentukan tingkat kesalahan α dan
menentukan derajat kebebasan df c
Mencari nilai t
hitung
dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 14 for Windows.
d Menentukan kriteria pengambilan keputusan:
H diterima jika –t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
pada α = 5 atau H
o
diterima, apabila nilai signifikansi t
α
.
H
a
diterima jika t
hitung
t
tabel
dan t
hitung
≤ - t
tabel
pada α = 5 H
a
diterima, apabila nilai signifikansi t
α . Hasil Pengujian:
a. Model hipotesis yang digunakan dalam uji t adalah:
H : b
i
= 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan dari variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. H
a
: b
i
≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas X terhadap variabel terikat Y.
b. Tingkat kesalahan
α = 5 dan derajat kebebasan df = n - k . n = jumlah sampel, n= 43
k = jumlah variabel yang digunakan, k = 3 maka: derajat bebas = n – k = 43 - 3= 40
Uji t
hitung
yang dilakukan adalah uji dua arah, maka t
tabel
y α 5 = 2.021
c. Nilai t
hitung
untuk variabel dan konstanta yang diperoleh dengan bantuan aplikasi software SPSS 14 for Windows sebagai berikut:
Tabel 4.6 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji-t
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Model B
Std. Error Beta
1 Constant
1.219 .204
5.969 .000
L10_LABA .143
.046 .196
3.078 .004
L10_DIV .696
.054 .823
12.938 .000
a Dependent Variable: L10_HS
Sumber: Hasil Perhitungan SPSS Model persamaan regresi berdasarkan hasil analisis regresi di atas adalah
sebagai berikut: Harga Saham = 1.219 + 0.143LAB + 0.696DIV + e
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa: 1.
Variabel Laba memiliki t
hitung
3.078 yang lebih besar dibandingkan dengan t
tabel
α 5 = 2.021, dan memiliki signifikansi 0.004 yang lebih kecil dari pada 0.05.
Secara statistik hal ini diinterpretasikan sebagai berikut: Setiap kenaikan 1 laba menyebabkan kenaikan harga saham sebesar
0.143 poin.
Kemampuan perusahaan memperoleh laba untuk meningkatkan nilai perusahaan tergantung pada baik buruknya kinerja
perusahaan. Semakin baik kinerjanya, maka semakin tinggi nilai perusahaan yang terproyeksi dalam harga saham, karena nilai perusahaan
bersamaan dengan saham ditambah obligasi. Semakin tinggi nilai perusahaan yang ditunjukkan oleh harga saham maka nilai perusahaan
akan meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan meningkatnya laba akan mendorong peningkatan harga saham sehingga nilai perusahaan juga
meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Elton dan Gruber 2003 yang menunjukkan terdapat pengaruh laba bersih terhadap
perubahan harga saham bahwa laba mempengaruhi pergerakan harga saham secara signifikan dan searah. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan hasil penelitian Husnan dan Pudjiasti 2003. 2.
Dividen memiliki t
hitung
12.938 yang lebih besar dibandingkan dengan t
tabel
α 5 = 2.021, dan signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 0.05. Sehingga dapat dikatakan variabel Dividen berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan 1 dividen menyebabkan kenaikan harga saham sebesar
0.696 poin. Hal ini menunjukkan bahwa dividen yang berasal dari laba bersih perusahaan mempengaruhi pergerakan harga saham secara
signifikan dan searah sehingga laba dan dividen berbanding lurus terhadap harga saham. Hasil penelitian sesuai dengan teori bird in the
hand yang merupakan istilah dari Modigliani dan Miller menyebut argumentasi Lintner 1962 dan Gordon 1963 untuk teori yang
menyatakan bahwa nilai sebuah perusahaan dapat dimaksimalkan dengan menetapkan rasio pembayaran dividen yang tinggi, dimana
nilai perusahaan tercermin dalam harga saham. Namun hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan teori irelevansi yang dikemukakan oleh
Modigliani dan Miller 1961 yang menyatakan bahwa dividen sebuah perusahaan tidak memiliki paengaruh pada nilai perusahaan.
Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai sebuah perusahaan akan bergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-
aktivanya, bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi dividen dan saldo laba ditahan. Modigliani dan Miller
mencontohkannya, jika sebuah perusahaan tidak membayarkan dividennya, seorang pemegang saham yang ingin mendapatkan
dividen 5 persen dapat “menciptakannya” dengan menjual 5 persen sahamnya. Hasil penelitian ini juga berbanding terbalik dengan teori
preferensi pajak yang menyatakan investor lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah dibandingkan pembayaran dividen
yang tinggi sehingga hasil penelitian ini lebih memperjelas lagi fakta bahwa pada saat ini banyak investor yang mencari perusahaan-
perusahaan dengan pembayaran dividen yang tinggi, dan hasilnya adalah teori bird in the hand lebih disukai oleh investor dalam
pengambilan keputusan investasi saat ini.
B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas