Karakteristik Teori Komunikasi kelompok

21 John F. Cragan dan David W. Wright 1980 membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok- disebut prestasi performance, b. memelihara moral anggota-anggotanya, tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan satisfacation. Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi misalnya kelompok belajar, maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu: 1. ukuran kelompok. 2. jaringan komunikasi. 3. kohesi kelompok. 4. kepemimpinan Jalaluddin Rakhmat, 1994.

2.3.3 Karakteristik Teori Komunikasi kelompok

Fungsi kelompok dalam individu ada dua alasan seseorang bergabung dalam kelompok. Pertama, untuk mencapai tujuan yang bila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. Kedua, dalam kelompok seseorang dapat tepuaskan kebutuhannya dan mendapatkan reward soaial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan, dsb. Besarnya anggota kelompok akan mempengaruhi interaksi dankeputusan yang dibuatnya. Brainstorming dalam mengambil keputusan kelompok akan efektif bila anggota kelompoknya 5-10 orang. Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok saling menyukai, Universitas Sumatera Utara 22 memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok. Perilaku dalam Kelompok “dua kepala lebih baik daripada yang dikerjakan oleh seorang individu”. Interaksi dalam kelompok bisa menghasilkan ide dan solusi baru. Kelompok memiliki pengetahuan yang luas dan probabilitas yang lebih besar bahwa seseorang dalam kelompok akan memiliki pengetahuan khusus yang relevan dengan persoalankelompok.Namun demikian, kelompok juga tidak selalu menghasilkan keputusan yang lebih baik. Dalam kelompok tidak semua orang memberikan kontribusi secara bersamaan melainkan individu harus menunggu giliran. Akibat giliran dalam mengungkapkan pendapat ini, di antara anggota kelompok seringkali mengalami production blocking, terganggu pikirannya, atau kehilangan motivasi untuk berpartisipasi malas. Individu kadang tidak mau berbagi sharing dalam memberikan informasinya. Meskipun performance kelompok seringkali lebih baik daripada performance rata-rata individu, seringkali performance itu dibawah standart individu, terutama bila anggota kelompoknya umumnya relatif lemah kemampuannya. Di dalam kelompok juga bisa terjadi social impact Latane Nida, 1981,yaitu suatu penggolongan anggota dalam suatu kelompok. Bila kelompoknya mayoritas maka pengambilan keputusannya akan sangat efektif, sebaliknya bila kelompoknya minoritas, maka sering kali orang mengalami kekecewaan, karena merasa tidak diperhatikan. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan kelompok Universitas Sumatera Utara 23 1. Komposisi kelompok Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisikelompok : a. penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi b. pembagian divisibilitas tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi c. komunikasi dan status struktur; biasanya yang posisinya tertinggi dalam kelompok. d. Ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut. 2. Kesamaan anggota kelompok keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan yang lain. 3. Pengaruh pengkutuban polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.

2.3.4 Model Teori komunikasi kelompok

Dokumen yang terkait

Hubungan Patron-Klien dalam kelompok Pemulung (Studi Kasus Kelompok Pemulung Kelurahan Jatinegara,Kecamatan Cakung,Jakarta Timur)

0 11 172

Hubungan patron-klien dalam kelompok pemulung (studi kasus kelompok pemulung kelurahan Jatinegara,kecamatan Cakung,Jakarta Timur

1 12 172

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN PEMULUNG (Studi Kasus Terhadap Empat Pemulung Perempuan Kepala Keluarga yang Ada di TPA Bakung, Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung)

14 83 92

Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

1 20 119

Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

0 2 10

Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 1

Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 13

Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 17

Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 2

Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi Deskriptif Pemulung yang Tinggal di Perumahan Cendana, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 11