51
4.1.1.3 Biaya pengumpulan Bahan bekas
Peralatan yang digunakan pemulung untuk mengumpulkan bahanbarang barang bekas gancu, karungkerangjang dan sepatu boot. Nilai peralatan itu relatif
kecil yaitu TPA Namo Bintang sebesar Rp 115.000 dengan depresiasi Rp. 167. Pengeluaran yang termasuk biaya produksi adalah biaya makan per hari. Pada
area TPA, beroperasi warung warung kecil tau penjajal makanan yang menjual makanan dan minuman sesuai sekmen pasar pemulung. Harga makanan dan
minimun relatif murah berkisar antara rp 2000- rp 3000. Total biaya makanan dan minuman setiap hari di TPSA rata rata hanya sebesar rp 10500.
Bagi para pemulung, biaya produksi bukan merupakan suatu kendala. Dengan jumlah biaya produksi yang kecil, usaha pemulung tetap berjalan dan
akhirnya menghasilkan produk yang siap dijual. Sebenarnya bagi pemulung, tidak ada biaya produksi karna biaya makan dan minum merupakan biaya hiup yang
tetap dikeluarkan tiap hari. Kondisi tampa biaya ini mendukung beroprasinya usaha pemulung secara berkesinambungan tampa harus mengalami kemacetan
usaha.
4.1.2 Rantai Tata Niaga Produk Pulungan dan Marjin Pemasaran
Rantai tataniaga bahan barang bekas di mulai dari pemulung hingga mencapai pabrik. Rantai ini melibatkan sejumlah pelaku dengan bebrapa
Universitas Sumatera Utara
52 tingkatan. Pada tingkatan paling bawah terdapat pemulung . Tingkat yang lebih
tinggi terdapat bos kecil, tingkatan lebih di atas terdiri dari sejumlah bos menegah. Tingkat di atas lagi terdiri dari sejumlah bos besar.
Pada TPA Namo Bintang, perbedaan harga pada masing masing pasar mencolok. Tauke kecil Namo Bintang hanya menerima marjin sebesar 12 di
atas yang di trima dari pemulung. Sedangkan pada level tauke besar, perbedaan harga agak mencolok yakni menerima marjin sebesar 30-50. Perbedaan marjin
ini tidak begitu besar, namun bila di cermati, perbedaan harga antara pemulung dengan tauke besar menapai 100. ini menunjukkan tauke besar sesungguhnya
dominan dan menguasai pasar produk pulungan. Hal ini disebabkan karena suatu sisi mereka mengetau lebih akuratperkembangan hasil pasar di leel lebih tinggi.
Kemampuan tauke besar ini terkait status mereka pada pasar produk pulungan sebagai monopolis yang dapat mengekploitasi pelaku pada level lebih bawah.
tauke kecil dan pemulung.
Gambar 2 Rantai Tataniaga Bahan Barang Bekas pada TPA Namo Bintang
LOKASI DI TPA LOKASI DI LUAR TPA
4.1.2.1 Keterkaitan Pemulung dengan Touke Kecil dan Besar
PEMULUNG TAUKE
KECIL TAUKE
BESAR TAUKE
BESAR PABRIK
Universitas Sumatera Utara
53 Pada TPA Namo Bintang, pemulung biasa nya berasal dari desakelurahan
sekitar dan tidak di organisir oleh touke. Keikut sertaan mereka menjadi pemulung tidak berawal dari rekrutmen tauke. Karena itu tidak ada keterikatan
antara pemulung dengan Touke. Hal ini menyebabkan pemulung lebih bebas menjual produk pulungannya ke touke mana saja yang disukai. Namun demikian,
pada masing masing TPA tidak banyak jumlah toukesehingga kebebasan pemulung untuk menjual produk juga dibatasi. Pada sisi lain pasar, pasar
penjualan produk pulungan hanya tersedia di lokasi TPA. Karena itu pemulung tidak dapat menjual produk pulungannya ke tempat lain selain kepada tauke yang
ada di lokasi TPA. Keadaan ini memaksa pemulung untuk senantiasa menjalin hubungan baik dengan mudah memperlancar penjualan produk pemulung dan
membuka peluang bagi mereka untuk memperoleh kemudahan kemudahan lain dari Touke.
Pasar level pertama transaksi hasil pulungan yaitu antara pemulung dan Tauke ini terjadi di TPA. Bagi pemulung, kesediaan pasar pada lokasi kerja
mereka merupakan sebuah faktor keuntungan, kedekatan lokasi pasar dengan lokasi pemulung dapat mengurangi sejumlah biaya. Biaya pemasaran terutama
biaya transfortasi dan adapt di kurangi akibat jarak yang dekat antara pusat produksi dan pasar. Keuntungan yang lain adalah efisiensi waktu. Pemulung tidak
kehilangan waktu menempuh jarak jauh untuk menempuh pasar. Karena pasar bagi mereka di pusat produksi, maka sisa waktu dapat digunakan secara efektif
untuk terus mengumpulkan bahan barang bekas. Pasar yang dihadapi pemulung di TPA Namo Bintang adalah struktur pasar oligopoli. Meskipun pemulung secara
bebas dapat menjual produk pulungannya kepada Tauke mana saja, namun karna
Universitas Sumatera Utara
54 jumlah Tauke hanya sedikit maka masing masing Tauke tetap memiliki
kemampuan dalam menetapkan harga produk kepada pemulung.
4.1.2.2 Lapisan Social Pemulung
Dari hasil observasi dan wawancara dengan bebrapa pihak di lingkungan TPA Namo Bintang dan pemulung, lapisan atau status social pemulung dapat
klasifikasikan kedalam 3 status social yaitu : Pemulung, Tauke Kecil, dan Tauke Besar. Gambar mengenai karakteristik dari masing masing status dan populasinya
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 10. Status social, karakteristik dan populasi masing masing strata di TPA Namo
Bintang
Lapisan status social
Karakteristik Jumlah
populasi Tauke Besar
• Memiliki anak buah pemulung lebih dari 10 orang
• Memiliki lapak penampungan yang luas • Kapasitas penampunganpembelian dari
pemulung lebih dari 5 ton perhari • Memiliki modal usaha berkisarlebih dari 20
juta 10 orang
Tauke kecil • Memiliki anak buah pemulung lebih dari 5-10
orang • Memiliki lapak penampungan barang
• Memiliki lapak penampungan yang luas Kapasitas penampunganpembelian dari
pemulung lebih dari 5 ton perhari • Memiliki modal usaha berkisar 5 juta sampai
20 juta 48 orang
Pemulung • Merupakan status social paling rendah
• Bekerja sebagai buruhanak buah dari • Tauke yang melakukan kegiatan pemulung
sampah plastik, kertas, botot gelas, logam dari lapangan tempat penam pembuangan sampah
• Pada umumnya tidak memiliki modal Sekitar 1000
orang
Sumber : Hasil Survey lapangan 2012
Universitas Sumatera Utara
55 Dari tabel diatas, struktur social pemulung di TPA Namo Bintang berbentuk
piramida sempurna, artinya pemulung merupakan bagian terbesar dari masyarakat di TPA, diikuti Tauke kecil, dan terakhir di posisi puncak adalah Tauke Besar.
4.1.2.3 Peran Masing Masing Status Sosial
Secara ilmiah, perbedaan status sosial seseorang di masyarakat akan melekat pula peran yang berbeda. Memahami statu sosial pemulung di TPA
berarti juga memahami perannya di masyarakat pemulung TPS Namo Bintang. Tabel 11
Peranan Masing Masing Status Social di TPA Namo Bintang
Lapisan social Peran
Tauke Besar • Sebagai majikanjurangan
• Biasabya cenderung sebangai pimpinan pendapat
opini Leader • Dalam ekonomi dapat disejajrkan dengan peran
sebagai lembaga pemasaran agen Tauke Kecil
• Senbagai majikan jurangan kecil • Biasanya cenderung sebangai penerus
komunikasi keatas-kebawah • Dalam ekonomi dapat di sejajrkan dengan peran
pedangang pengumpul colector Pemulung
• Sebangai pekerja buruh para bandar • Biasanya cenderung sebangai pengikut.
• Dalam ekonomi dapat disejajrkan dengan peran produsen
Sumber : hasil survey lapangan 2012
4.1.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan