seluruh Transek 17,65
o
Tabel 4.6 Data faktor fisik rata-rata pada Hutan Sekunder Bawah, Hutan Sekunder Atas dan Hutan Primer Atas setiap Transek Penelitian
Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun C. Dengan ketinggian permukaan adalah 1627,55 mdpl.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tipe Hutan
L.Transek Suhu
Udara
o
Suhu Tanah
C
o
Intensitas Cahaya
C Lux
meter pH
Tanah Kelembapan
Udara Ketinggian
m dpl
Hutan Sekunder
Bawah
Trans 1 Petak 1-9
22,11 18,33
498,89 6,79
90,44 1340,56
Trans 2 Petak 1-7
22,43 18,14
551,43 6,74
90,86 1341
Trans 3 Petak 1-6
21,17 18,17
325 6,75
90,67 1380,67
Trans 4 Petak 1-4
21,75 18 402,5
6,72 91,5
1392
Jumlah
87,46 72,64
1777,82 27,01 363,47
5454,23
Rata
21,87 18,16
444,46 6,75
90,87 1363,56
Hutan Sekunder
Atas
Trans 1 Petak 10
21 19
320 6,9
90 1502
Trans 2 Petak 8-10
22,33 18,67
316,67 6,87
90 1597,67
Trans 3 Petak 7-10
22,5 18,25
545 6,85
90,25 1602,25
Tran 4 Petak 5-10
21,33 18,67
328,33 6,82
90,67 1631
Jumlah
87,16 74,59
1510 27,44
360,92 6332,92
Rata
21,79 18,65
377,5 6,86
90,23 1583,23
Hutan Primer
Atas
Trans 1 Petak 1-10
21,5 17,6
415 6,76
91 1615,5
Trans 2 Petak 1-10
21,4 17,7
409 6,77
91 1639,6
Total
42,9 35,3
450,5 13,53
182 3255,1
Rata-rata
21,45 17,65
225,25 6,77
91 1627,55
Perbedaan Kondisi fisik pada tiap daerah penelitian, hutan sekuder bawah, hutan sekunder atas dan hutan primer atas dikawasan hutan Aek Nauli Kabupaten
Simalungun, yang menyebabkan terjadinya perbedaan jenis tumbuhan ditemukan didaerah penelitian dan merupakan faktor pendukung dalam pertumbuhan tumbuhan.
IV.6. Karbon Tersimpan
Nilai karbon tersimpan ditentukan dengan pengukuran biomassa pohon. Karbon tersimpan merupakan 46 dari Biomassa pohon yang diukur.
Biomasa pohon dalam berat kering dihitung menggunakan allometric equation berdasarkan pada
32
Universitas Sumatera Utara
diameter batang setinggi 1,3 m di atas permukaan tanah dalam cm. Dari penelitian
yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Tingkat pertumbuhan pada tipe hutan di kawasan hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun, Biomassa dan Karbon.
Tipe Hutan No
Tingkat Pertumbuhan
Biomassa Tonha
Karbon Tonha
Hutan Sekunder Bawah 1
Pohon 187,20
86,11 2
Tiang 208,14
95,74 Hutan Sekunder Atas
1 Pohon
191,10 87,90
2 Tiang
208,16 95,75
Hutan Primer Atas 1
Pohon 424,54
195,28 2
Tiang 166,49
76,58
Dari data pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa cadangan karbon di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun pada hutan sekunder bawah 181,85 TonHa, di hutan
sekunder atas cadangan karbon sebanyak 183,65 TonHa. Hutan primer dapat dilihat cadangan karbon sebanyak 271,86 TonHa. Hutan sekunder Hutan Aek Nauli
Kabupaten Simalungun yang memiliki luas 1365,271 Ha dapat dijumlah karbon tersimpan sebesar 249503,28 Ton, pada hutan primer Hutan Aek Nauli Kabupaten
Simalungun yang memiliki luas 262,28 Ha didapat jumlah karbon tersimpan sebesar 71303,44 Ton. Total kandungan karbon tersimpan hutan primer dan sekunder
dikawasan hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun adalah 320806,72 Ton. Perbedaan jumlah cadangan karbon pada setiap lokasi penelitian disebabkan
karena perbedaan kerapatan tumbuhan, diameter batang yang berbeda pada setiap lokasi,dan berat jenis kayu.
Cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari
pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai
kerapatan kayu rendah Rahayu et al, 2007. Nilai karbon tersimpan menyatakan
banyaknya karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa. Jumlah karbon yang semakin meningkat pada saat ini harus diimbangi dengan jumlah
serapannya oleh tumbuhan guna menghindari pemanasan global. Dengan demikian 33
Universitas Sumatera Utara
dapat diprediksi berapa banyak tumbuhan yang harus ditanam pada suatu lahan untuk mengimbangi jumlah karbon yang terbebas di udara.
Nilai cadangan karbon mencerminkan dinamika karbon dari sistem penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung
timeaveraged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem. Timeaveraged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon maksimum dan
minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan lahan, waktu untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi Lusiana et al., 2005.
Lusiana et al., 2005 menyatkan bahwa dari hasil studi proyek Alternatives to Slash-and-Burn ASB di Sumatera menemukan bahwa cadangan karbon pada hutan
primer mencapai 300 Mg C Ha-1. Hutan di Indonesia diperkirakan mempunyai cadangan karbon berkisar antara 161-300 Mg C Ha-1. Selanjutnya Lasco 2002 telah
mengumpulkan berbagai studi mengenai cadangan karbon di Asia Tenggara, cadangan karbon di hutan tropik asia berkisar 40-250 Mg C Ha-1 untuk vegetasi dan
50-120 Mg C Ha-1 untuk tanah. Pada studi inventarisasi gas rumah kaca, IPCC merekomendasikan suatu nilai cadangan karbon 138 Mg C Ha-1 atau 250 Mg C Ha-
1 dalam berat kering biomassa untuk hutan-hutan basah di Asia. Kandungan karbon tersimpan pada lokasi penelitian termasuk kategori baik,
yaitu berkisar antara 181,85 TonHa pada hutan sekunder bawah, 183,65 TonHa
pada hutan sekunder atas, karena sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lusiana et al., 2005. Pada hutan primer atas memiliki kandungan karbon 271,86 TonHa, dan
kandungan karbon tersebut dapat ditingkatkan kembali agar mencapai angka 300 Mg C Ha-1 dengan cara pemeliharaan hutan atau penanaman jenis pohon yang toleran
terhadap naungan. 34
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan