Karbon Tersimpan KESIMPULAN DAN SARAN 35

seluruh Transek 17,65 o Tabel 4.6 Data faktor fisik rata-rata pada Hutan Sekunder Bawah, Hutan Sekunder Atas dan Hutan Primer Atas setiap Transek Penelitian Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun C. Dengan ketinggian permukaan adalah 1627,55 mdpl. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tipe Hutan L.Transek Suhu Udara o Suhu Tanah C o Intensitas Cahaya C Lux meter pH Tanah Kelembapan Udara Ketinggian m dpl Hutan Sekunder Bawah Trans 1 Petak 1-9 22,11 18,33 498,89 6,79 90,44 1340,56 Trans 2 Petak 1-7 22,43 18,14 551,43 6,74 90,86 1341 Trans 3 Petak 1-6 21,17 18,17 325 6,75 90,67 1380,67 Trans 4 Petak 1-4 21,75 18 402,5 6,72 91,5 1392 Jumlah 87,46 72,64 1777,82 27,01 363,47 5454,23 Rata 21,87 18,16 444,46 6,75 90,87 1363,56 Hutan Sekunder Atas Trans 1 Petak 10 21 19 320 6,9 90 1502 Trans 2 Petak 8-10 22,33 18,67 316,67 6,87 90 1597,67 Trans 3 Petak 7-10 22,5 18,25 545 6,85 90,25 1602,25 Tran 4 Petak 5-10 21,33 18,67 328,33 6,82 90,67 1631 Jumlah 87,16 74,59 1510 27,44 360,92 6332,92 Rata 21,79 18,65 377,5 6,86 90,23 1583,23 Hutan Primer Atas Trans 1 Petak 1-10 21,5 17,6 415 6,76 91 1615,5 Trans 2 Petak 1-10 21,4 17,7 409 6,77 91 1639,6 Total 42,9 35,3 450,5 13,53 182 3255,1 Rata-rata 21,45 17,65 225,25 6,77 91 1627,55 Perbedaan Kondisi fisik pada tiap daerah penelitian, hutan sekuder bawah, hutan sekunder atas dan hutan primer atas dikawasan hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun, yang menyebabkan terjadinya perbedaan jenis tumbuhan ditemukan didaerah penelitian dan merupakan faktor pendukung dalam pertumbuhan tumbuhan.

IV.6. Karbon Tersimpan

Nilai karbon tersimpan ditentukan dengan pengukuran biomassa pohon. Karbon tersimpan merupakan 46 dari Biomassa pohon yang diukur. Biomasa pohon dalam berat kering dihitung menggunakan allometric equation berdasarkan pada 32 Universitas Sumatera Utara diameter batang setinggi 1,3 m di atas permukaan tanah dalam cm. Dari penelitian yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Tingkat pertumbuhan pada tipe hutan di kawasan hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun, Biomassa dan Karbon. Tipe Hutan No Tingkat Pertumbuhan Biomassa Tonha Karbon Tonha Hutan Sekunder Bawah 1 Pohon 187,20 86,11 2 Tiang 208,14 95,74 Hutan Sekunder Atas 1 Pohon 191,10 87,90 2 Tiang 208,16 95,75 Hutan Primer Atas 1 Pohon 424,54 195,28 2 Tiang 166,49 76,58 Dari data pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa cadangan karbon di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun pada hutan sekunder bawah 181,85 TonHa, di hutan sekunder atas cadangan karbon sebanyak 183,65 TonHa. Hutan primer dapat dilihat cadangan karbon sebanyak 271,86 TonHa. Hutan sekunder Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun yang memiliki luas 1365,271 Ha dapat dijumlah karbon tersimpan sebesar 249503,28 Ton, pada hutan primer Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun yang memiliki luas 262,28 Ha didapat jumlah karbon tersimpan sebesar 71303,44 Ton. Total kandungan karbon tersimpan hutan primer dan sekunder dikawasan hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun adalah 320806,72 Ton. Perbedaan jumlah cadangan karbon pada setiap lokasi penelitian disebabkan karena perbedaan kerapatan tumbuhan, diameter batang yang berbeda pada setiap lokasi,dan berat jenis kayu. Cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah Rahayu et al, 2007. Nilai karbon tersimpan menyatakan banyaknya karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa. Jumlah karbon yang semakin meningkat pada saat ini harus diimbangi dengan jumlah serapannya oleh tumbuhan guna menghindari pemanasan global. Dengan demikian 33 Universitas Sumatera Utara dapat diprediksi berapa banyak tumbuhan yang harus ditanam pada suatu lahan untuk mengimbangi jumlah karbon yang terbebas di udara. Nilai cadangan karbon mencerminkan dinamika karbon dari sistem penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung timeaveraged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem. Timeaveraged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon maksimum dan minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan lahan, waktu untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi Lusiana et al., 2005. Lusiana et al., 2005 menyatkan bahwa dari hasil studi proyek Alternatives to Slash-and-Burn ASB di Sumatera menemukan bahwa cadangan karbon pada hutan primer mencapai 300 Mg C Ha-1. Hutan di Indonesia diperkirakan mempunyai cadangan karbon berkisar antara 161-300 Mg C Ha-1. Selanjutnya Lasco 2002 telah mengumpulkan berbagai studi mengenai cadangan karbon di Asia Tenggara, cadangan karbon di hutan tropik asia berkisar 40-250 Mg C Ha-1 untuk vegetasi dan 50-120 Mg C Ha-1 untuk tanah. Pada studi inventarisasi gas rumah kaca, IPCC merekomendasikan suatu nilai cadangan karbon 138 Mg C Ha-1 atau 250 Mg C Ha- 1 dalam berat kering biomassa untuk hutan-hutan basah di Asia. Kandungan karbon tersimpan pada lokasi penelitian termasuk kategori baik, yaitu berkisar antara 181,85 TonHa pada hutan sekunder bawah, 183,65 TonHa pada hutan sekunder atas, karena sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lusiana et al., 2005. Pada hutan primer atas memiliki kandungan karbon 271,86 TonHa, dan kandungan karbon tersebut dapat ditingkatkan kembali agar mencapai angka 300 Mg C Ha-1 dengan cara pemeliharaan hutan atau penanaman jenis pohon yang toleran terhadap naungan. 34 Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan