4 Pohon dewasa yaitu pohon yang berdiameter lebih dari 35 cm yang diukur 1,3
meter dari permukaan tanah. Menurut Sutarno Soedarsono 1997, pohon hutan merupakan tumbuhan
yang berperawakan pohon, batangnya tunggal berkayu, tegak dan biasanya beberapa meter dari tanah dan tidak bercabang, mempunyai tajuk dengan percabangan dan
daun seperti kepala. Pohon didominasi hutan tropis, bentuk kehidupan pohon berpengaruh pada fisiognomi umum, produksi dasar dan lingkaran keseluruhan dari
komunitas. Banyak ciri-ciri pohon tropis berbeda dengan pohon pohon pada daerah lain mengingat ciri-ciri tertentu seperti percabangan, daun-daunan, buah-buahan dan
sistem perakaran Longman Jenik 1987. Berbagai penelitian tentang keanekaragaman pohon telah banyak dilakukan di
berbagai hutan diantaranya kawasan hutan tropis yang menunjukkan tingginya keanekaragaman jenis. Di Borneo dengan luas plot 2 ha ditemukan 740 individu
pohon dengan jumlah jenis sebanyak 199 jenis. Di Malay Peninsula Bukit Lagong dengan luas 2 ha di temukan 559 individu pohon dengan jumlah jenis sebanyak 215
jenis Kusmana, 1995. Di Asia Tenggara umumnya ditemukan lebih dari 100 jenis spesies pohon yang berbeda tiap hektarnya, tidak termasuk tingkat seedling semai
walaupun beberapa dugaan terdahulu menyatakan bahwa kadang-kadang jumlah keseluruhan spesies pohon mungkin hampir 400 spesies per hektar Longman
Jenik, 1987. Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau, Tegakan hutan adalah keseluruhan pohon yang tumbuh di hutan. Tegakan
hutan yang akan diteliti meliputi seluruh pohon dan tiang.
II.6. Analisis Komunitas Tumbuhan
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan
vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh
karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk 11
Universitas Sumatera Utara
mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari Indriyanto, 2006.
Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh
hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme Soegianto, 1994. Lebih lanjut Soegianto 1994, menjelaskan bahwa hal yang
demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu kemunitas, distribusi individu antar spesies dalam komunitas, bahkan
dapat memberikan pengaruh sistem dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas komunitas.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan dengan
kualitatif dengan parameter kualitatif dan kuantitatif dengan parameter kuantitatif Soerianegara Indrawan, 1998. Namun persolan yang sangat penting dalam
analisis komunitas adalah bagaimana caranya mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter
kuantitatif dan kualitatif apa saja yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi floristik dan sifat-sifat komunitas
tumbuhan secara utuh dan menyeluruh Arief, 1994.
II.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegakan
Kramer dan Koslowski 1960, menyatakan bahwa pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor, yaitu keturunan, lingkungan dan teknik
silvikultur. Secara skematis digambarkannya interaksi dari ketiga faktor itu sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1 berikut ini.
12
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Interaksi pada pertumbuhan pohon.
Kramer dan Koslowski 1960, mengelompokkan faktor-faktor lingkungan luar ke dalam tanah, iklim, api, pencemaran, dan faktor biotik. Faktor-faktor tanah,
iklim, api, pencemaran termasuk faktor abiotik, sedangkan faktor pengatur tumbuh hormon, keseimbangan air dan genetik dimasukkannya ke dalam faktor dalam dari
pohon.
II.8. Peranan karbon dalam keseimbangan sumber hayati