Dominansi Jenis Tegakan KESIMPULAN DAN SARAN 35

oleh penduduk untuk kayu bakar, sebagai obat, serta penopang tanaman menjalar seperti timun.

IV.2. Dominansi Jenis Tegakan

Dominansi spesies menunjukkan tingkat kehadiran dan penguasaan suatu jenis dalam ekosistem. Jenis ekosistem di suatu tempat adalah jenis yang dapat memanfaatkan lingkungan secara efisien dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, Smith 1997. Dominansi jenis tegakan diperoleh dari hasil perhitungan Indeks Nilai Penting INP. Jenis yang dominan adalah jenis yang memiliki INP tinggi. Menurut Hortshon 1976, dalam Yefri 1987, bahwa yang paling berpengaruh dalam menentukan besarnya diameter batang adalah jenis dan umur pohon. Hasil analisis data didapatkan Indeks Nilai Penting pada hutan sekunder bawah dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Indeks Nilai Penting 10 tingkat Pohon dan 10 tingkat Tiang pada Hutan sekunder bawah di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun. Tipe Hutan No Nama Latin Family INP Pohon pada Hutan Sekunder Bawah 1 Eugenia susingariana K.et V Myrtaceae 16,59 2 Schima sp1 Theaceae 14,44 3 Schima sp2 Theaceae 14,22 4 Lithocarpus endeisocarpus Korth. Fagaceae 13,32 5 Elaeocepus parvifolius Elaeocarpaceae 13,05 6 Lithocarpus cyclophorus Fagaceae 11,88 7 Radermachera lobbii Mig Bignoniceae 10,82 8 Styrax benzoin Dryand Styracaceae 10,65 9 Castanopsis lucida Fagaceae 9,64 10 Lithocarpus sp Fagaceae 9,05 Tiang pada Hutan Sekunder Bawah 1 Eugenia susingariana K.et V Myrtaceae 29,29 2 Garcinia celebica L Guttiferae 21,89 3 Gordonia excelsa Blume Theaceae 20,36 4 Eugenia attenuata Myrtaceae 19,44 5 Alseodaphne Lauraceae 17,34 6 Engelhardtia spicata K.et V Juglandaceae 14,75 7 Lithocarpus cyclophorus Fagaceae 14,14 8 Baccauera dulcis Merr Euphorbiaceae 12,29 9 Eugenia grandis Myrtaceae 10,70 10 Styrax sumatrana Styracaceae 7,80 24 Universitas Sumatera Utara Pada Tabel 4.2. Indeks Nilai Penting pada hutan sekunder bawah dari tegakan pohon berkisar antara 9,05 - 16,59, sedang pada tingkat tiang berkisar antara 7,8 - 29,29. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis pohon Eugenia susingariana K.et V dengan nilai 16,59. Indeks Nilai Penting tertinggi kedua Schima sp1 dengan nilai sebesar 14,44. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis tiang Eugenia susingariana K.et V dengan nilai 29,29. Indeks Nilai Penting tertinggi kedua Garcinia celebica L dengan nilai sebesar 21,89. Indeks Nilai Penting pada hutan sekunder atas dari tegakan pohon dan tiang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Indeks Nilai Penting 10 tingkat Pohon dan 10 tingkat Tiang pada Hutan sekunder atas di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun . Tipe Hutan No Nama Latin Family INP Pohon pada Hutan Sekunder Atas 1 Rhodoleria theysmanii Miq Hammamelidaceae 79,55 2 Palaquium clarkeanum Sapotaceae 43,34 3 Persea odoratissima Lauraceae 32,08 4 Altingia excelsa Noronha Hammamelidaceae 31,97 5 Ficus grosssularioides Moraceae 24,39 6 Dehaasia pauciflora Lauraceae 22,07 7 Dacrycarpus imbricatus Podocarpaceae 21,24 8 Payena acuminata Sapotaceae 18,39 9 Symplocos fasciculata Zoll Symplocaceae 14,76 10 Leea angulata Vitaceae 10,81 Tiang pada Hutan Sekunder Atas 1 Rhodoleria theysmanii Miq Hammamelidaceae 77,27 2 Syzygium filiforme Myrtaceae 74,69 3 Alseodaphne Lauraceae 21,86 4 Persea odoratissima Lauraceae 20,25 5 Eugenia attenuata Myrtaceae 20,21 6 Altingia excelsa Noronha Hammamelidaceae 14,68 7 Garcinia celebica L Guttiferae 12,96 8 Dehaasia pauciflora Lauraceae 10,09 9 Leea angucata Vitaceae 8,82 10 Symplocos fasciculataZoll Symplocaceae 8,42 Hasil analisis data didapatkan Indeks Nilai Penting pada hutan sekunder atas dari tegakan pohon berkisar antara 10,81 - 79,55, sedang pada tingkat tiang berkisar 25 Universitas Sumatera Utara antara 8,42 - 77,27. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis pohon Rhodoleria theysmanii Miq dengan nilai 79,55. Indeks Nilai Penting tertinggi kedua Palaquium clarkeanum dengan nilai sebesar 43,34. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis tiang Rhodoleria theysmanii Miq dengan nilai 77,27. Indeks Nilai Penting tertinggi kedua Syzygium filiforme dengan nilai sebesar 74,69. Perbedaan nilai INP pada hutan sekunder bawah dan hutan sekunder atas ini di akibatkan ukuran diameter batang, banyak jenis yang tumbuh. Pada hutan sekunder bawah banyak jenis akan tetapi diameter kecil, atau diameter besar tetapi jenis yang tumbuh sedikit. Pada hutan sekunder atas diameter batang pada umumnya besar dan serta jenis yang tumbuh banyak. Indeks Nilai Penting pada hutan primer atas dari tegakan pohon dan tiang dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Indeks Nilai Penting 10 tingkat Pohon dan tingkat Tiang pada Hutan Primer Atas di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun. Tipe Hutan No Nama Latin Family INP Pohon pada Hutan Primer Atas 1 Ficus grosssularioides Moraceae 94,09 2 Persea odoratissima Lauraceae 29,50 3 Palaquium gutta Sapotaceae 23,39 4 Dracontomelon dao Macardiaceae 14,38 5 Phoebe macrophylla Lauraceae 13,25 6 Schima sp 2 Theaceae 12,45 7 Litsea cordata Lauraceae 12,42 8 Syzygium filiforme Myrtaceae 12,29 9 Rhodoleria theysmanii Miq Hammamelidaceae 12,16 10 Alsingie excelsa noronha Hammamelidaceae 11,81 Tiang pada Hutan Primer Atas 1 Persea odoratissima Lauraceae 53,62 2 Ficus grosssularioides Moraceae 40,77 3 Styrax benzoin Dryand Styracaceae 27,20 4 Phoebe macrophylla Lauraceae 23,87 5 Altingia excelsa Noronha Hammamelidaceae 20,52 6 Litsea petiolata Lauraceae 13,89 7 Dehaasia pauciflora Lauraceae 12,74 8 Neoscortechinia kingii Euphorbiaceae 9,73 9 Beilschmiedia roseliana Kosterm Lauraceae 8,96 10 Quercus gemelliflora Fagaceae 8,54 Hasil analisis data didapatkan Indeks Nilai Penting pada hutan primer atas dari tegakan pohon berkisar antara 11,81 - 94,09, sedang pada tingkat tiang 26 Universitas Sumatera Utara berkisar antara 8,54 - 53,62. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis pohon Ficus grosssularioides dengan nilai 94,09. Indeks Nilai Penting tertinggi kedua Persea odoratissima dengan nilai sebesar 29,5. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis tiang Persea odoratissima dengan nilai 53,62. Indeks Nilai Penting tertinggi kedua Ficus grosssularioides dengan nilai sebesar 40,77. Tingginya Famili dari jenis Moraceae dan Lauraceae. menunjukkan bahwa hutan Kawasan Hutan Aek Nauli merupakan hutan hujan tropis dengan kondisi baik. Menurut Soerianegara 1998, hutan alam Indonesia sebagian besar merupakan hutan hujan tropis basah, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dan berada di wilayah khatulistiwa, merupakan negara yang mempunyai keanekaragam tinggi. Jenis Moraceae sangat luas penyebarannya di hutan tropis Indonesia, terdapat banyak jenis-jenisnya. Jenis ini cukup penting, karena tumbuhan pionir, dan bervariasi kelasnya Departemen Kehutanan, 1991. Departemen Kehutanan, 1991 Jenis Lauraceae, sangat besar di daerah tropis dan sekitarnya, seperti di Australia, penyebarannya di Indonesia mencakup Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali, NTT dan NTB, Maluku, serta Irian Jaya. Indeks Nilai Penting INP adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi tingkat penguasaan spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies yang dominan yang berkuasa dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi Indrianto, 2006. Perbedaan Nilai Indeks nilai Penting pada hutan primer atas dengan hutan sekunder atas diakibatkan diameter batang pada hutan primer besar dan jenisnya banyak, sementara pada hutan sekunder atas ukuran diameternya lebih kecil. Jenis tumbuhan yang ada pada tingkat pohon tidak semuanya ada pada tingkat tiang, ini di akibatkan adaya jenis tumbuhan yang tidak toleran terhadan naungan, adanya jenis tumbuhan yang mati akibat persaingan antar sejenisnya. Menurut Utomo 2006, bahwa ketidak konsistenan jenis dominan pada tingkat pohon dengan tingkat tiang dapat disebabkan beberapa hal, yaitu: 27 Universitas Sumatera Utara 1. Tidak diketahuinya awal mulai pertumbuhan pohon. 2. Biji pohon hutan secara umum bersifat rekalsitran sehingga saat biji jatuh kelantai hutan, bila tidak berkecambah akan membusukmati oleh tingginya kandungan air 3. Kondisi lingkungan yang kompleks, seperti kemiringan tanah yang berbeda dan kandungan batuan yang tinggi menyebabkan biji yang jatuh ditempat yang berbatu tidak akan dapat tumbuh dan karena kemiringan biji dapat terlempar jauh dari pohon induk. Tingginya kandungan serasah dan tumbuhan bawah yang membentuk lapisan tersendiri diatas permukaan tanah sehingga biji yang jatuh tidak menyentuh tanah, namun berada diatas serasah dan atau tajuk tumbuhan bawah sehingga kehilangan viabilitas 4. Beberapa jenis pohon hutan klimaks yang ada sangat jarang berbuah sehingga produksi biji yang dihasilkan untuk membentuk semai lebih terbatas. 5. Beberapa jenis pohon hutan tertentu disukai satwa dan nilai ekonomis sehingga sulit ditemukan dibawah pohon induk.

IV.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman