oleh penduduk untuk kayu bakar, sebagai obat, serta penopang tanaman menjalar seperti timun.
IV.2. Dominansi Jenis Tegakan
Dominansi spesies menunjukkan tingkat kehadiran dan penguasaan suatu jenis dalam ekosistem. Jenis ekosistem di suatu tempat adalah jenis yang dapat
memanfaatkan lingkungan secara efisien dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, Smith 1997. Dominansi jenis tegakan diperoleh dari hasil perhitungan Indeks Nilai
Penting INP. Jenis yang dominan adalah jenis yang memiliki INP tinggi. Menurut Hortshon 1976, dalam Yefri 1987, bahwa yang paling berpengaruh dalam
menentukan besarnya diameter batang adalah jenis dan umur pohon. Hasil analisis data didapatkan Indeks Nilai Penting pada hutan sekunder bawah dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Indeks Nilai Penting 10 tingkat Pohon dan 10 tingkat Tiang pada Hutan sekunder bawah di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten
Simalungun.
Tipe Hutan No
Nama Latin Family
INP
Pohon pada Hutan
Sekunder Bawah
1 Eugenia susingariana K.et V
Myrtaceae 16,59
2 Schima sp1
Theaceae 14,44
3 Schima sp2
Theaceae 14,22
4 Lithocarpus endeisocarpus Korth.
Fagaceae 13,32
5 Elaeocepus parvifolius
Elaeocarpaceae 13,05
6 Lithocarpus cyclophorus
Fagaceae 11,88
7 Radermachera lobbii Mig
Bignoniceae 10,82
8 Styrax benzoin Dryand
Styracaceae 10,65
9 Castanopsis lucida
Fagaceae 9,64
10 Lithocarpus sp
Fagaceae 9,05
Tiang pada Hutan
Sekunder Bawah
1 Eugenia susingariana K.et V
Myrtaceae 29,29
2 Garcinia celebica L
Guttiferae 21,89
3 Gordonia excelsa Blume
Theaceae 20,36
4 Eugenia attenuata
Myrtaceae 19,44
5 Alseodaphne
Lauraceae 17,34
6 Engelhardtia spicata K.et V
Juglandaceae 14,75
7 Lithocarpus cyclophorus
Fagaceae 14,14
8 Baccauera dulcis Merr
Euphorbiaceae 12,29
9 Eugenia grandis
Myrtaceae 10,70
10 Styrax sumatrana
Styracaceae 7,80
24
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 4.2. Indeks Nilai Penting pada hutan sekunder bawah dari tegakan pohon berkisar antara 9,05 - 16,59, sedang pada tingkat tiang berkisar antara 7,8 -
29,29. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis pohon Eugenia susingariana K.et V dengan nilai 16,59. Indeks Nilai Penting tertinggi kedua
Schima sp1 dengan nilai sebesar 14,44. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis tiang Eugenia susingariana K.et V dengan nilai 29,29. Indeks Nilai Penting
tertinggi kedua Garcinia celebica L dengan nilai sebesar 21,89. Indeks Nilai Penting pada hutan sekunder atas dari tegakan pohon dan tiang dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Indeks Nilai Penting 10 tingkat Pohon dan 10 tingkat Tiang pada Hutan sekunder atas di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten
Simalungun .
Tipe Hutan No
Nama Latin Family
INP
Pohon pada Hutan
Sekunder Atas
1 Rhodoleria theysmanii Miq
Hammamelidaceae 79,55
2 Palaquium clarkeanum
Sapotaceae 43,34
3 Persea odoratissima
Lauraceae 32,08
4 Altingia excelsa Noronha
Hammamelidaceae 31,97 5
Ficus grosssularioides Moraceae
24,39 6
Dehaasia pauciflora Lauraceae
22,07 7
Dacrycarpus imbricatus Podocarpaceae
21,24 8
Payena acuminata Sapotaceae
18,39 9
Symplocos fasciculata Zoll Symplocaceae
14,76 10
Leea angulata Vitaceae
10,81 Tiang pada
Hutan Sekunder
Atas 1
Rhodoleria theysmanii Miq Hammamelidaceae 77,27
2 Syzygium filiforme
Myrtaceae 74,69
3 Alseodaphne
Lauraceae 21,86
4 Persea odoratissima
Lauraceae 20,25
5 Eugenia attenuata
Myrtaceae 20,21
6 Altingia excelsa Noronha
Hammamelidaceae 14,68 7
Garcinia celebica L Guttiferae
12,96 8
Dehaasia pauciflora Lauraceae
10,09 9
Leea angucata Vitaceae
8,82 10
Symplocos fasciculataZoll Symplocaceae
8,42 Hasil analisis data didapatkan Indeks Nilai Penting pada hutan sekunder atas dari
tegakan pohon berkisar antara 10,81 - 79,55, sedang pada tingkat tiang berkisar 25
Universitas Sumatera Utara
antara 8,42 - 77,27. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis pohon Rhodoleria theysmanii Miq dengan nilai 79,55. Indeks Nilai Penting tertinggi
kedua Palaquium clarkeanum dengan nilai sebesar 43,34. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis tiang Rhodoleria theysmanii Miq dengan nilai 77,27.
Indeks Nilai Penting tertinggi kedua Syzygium filiforme dengan nilai sebesar 74,69. Perbedaan nilai INP pada hutan sekunder bawah dan hutan sekunder atas ini
di akibatkan ukuran diameter batang, banyak jenis yang tumbuh. Pada hutan sekunder bawah banyak jenis akan tetapi diameter kecil, atau diameter besar tetapi jenis yang
tumbuh sedikit. Pada hutan sekunder atas diameter batang pada umumnya besar dan serta jenis yang tumbuh banyak. Indeks Nilai Penting pada hutan primer atas dari
tegakan pohon dan tiang dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Indeks Nilai Penting 10 tingkat Pohon dan tingkat Tiang pada Hutan Primer Atas di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
Tipe Hutan No
Nama Latin Family
INP
Pohon pada Hutan
Primer Atas
1 Ficus grosssularioides
Moraceae 94,09
2 Persea odoratissima
Lauraceae 29,50
3 Palaquium gutta
Sapotaceae 23,39
4 Dracontomelon dao
Macardiaceae 14,38
5 Phoebe macrophylla
Lauraceae 13,25
6 Schima sp 2
Theaceae 12,45
7 Litsea cordata
Lauraceae 12,42
8 Syzygium filiforme
Myrtaceae 12,29
9 Rhodoleria theysmanii Miq
Hammamelidaceae 12,16
10 Alsingie excelsa noronha
Hammamelidaceae 11,81
Tiang pada Hutan
Primer Atas
1 Persea odoratissima
Lauraceae 53,62
2 Ficus grosssularioides
Moraceae 40,77
3 Styrax benzoin Dryand
Styracaceae 27,20
4 Phoebe macrophylla
Lauraceae 23,87
5 Altingia excelsa Noronha
Hammamelidaceae 20,52
6 Litsea petiolata
Lauraceae 13,89
7 Dehaasia pauciflora
Lauraceae 12,74
8 Neoscortechinia kingii
Euphorbiaceae 9,73
9 Beilschmiedia roseliana Kosterm
Lauraceae 8,96
10 Quercus gemelliflora
Fagaceae 8,54
Hasil analisis data didapatkan Indeks Nilai Penting pada hutan primer atas dari tegakan pohon berkisar antara 11,81 - 94,09, sedang pada tingkat tiang
26
Universitas Sumatera Utara
berkisar antara 8,54 - 53,62. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis pohon Ficus grosssularioides dengan nilai 94,09. Indeks Nilai Penting tertinggi
kedua Persea odoratissima dengan nilai sebesar 29,5. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis tiang Persea odoratissima dengan nilai 53,62. Indeks Nilai
Penting tertinggi kedua Ficus grosssularioides dengan nilai sebesar 40,77. Tingginya Famili dari jenis Moraceae dan Lauraceae. menunjukkan bahwa
hutan Kawasan Hutan Aek Nauli merupakan hutan hujan tropis dengan kondisi baik. Menurut Soerianegara 1998, hutan alam Indonesia sebagian besar merupakan hutan
hujan tropis basah, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dan berada di wilayah khatulistiwa, merupakan negara yang mempunyai keanekaragam tinggi.
Jenis Moraceae sangat luas penyebarannya di hutan tropis Indonesia, terdapat banyak jenis-jenisnya. Jenis ini cukup penting, karena tumbuhan pionir, dan
bervariasi kelasnya Departemen Kehutanan, 1991. Departemen Kehutanan, 1991 Jenis Lauraceae, sangat besar di daerah tropis
dan sekitarnya, seperti di Australia, penyebarannya di Indonesia mencakup Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali, NTT dan NTB, Maluku, serta Irian Jaya.
Indeks Nilai Penting INP adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi tingkat penguasaan spesies-spesies dalam
suatu komunitas tumbuhan. Spesies yang dominan yang berkuasa dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi Indrianto,
2006. Perbedaan Nilai Indeks nilai Penting pada hutan primer atas dengan hutan sekunder atas diakibatkan diameter batang pada hutan primer besar dan jenisnya
banyak, sementara pada hutan sekunder atas ukuran diameternya lebih kecil. Jenis tumbuhan yang ada pada tingkat pohon tidak semuanya ada pada tingkat tiang, ini di
akibatkan adaya jenis tumbuhan yang tidak toleran terhadan naungan, adanya jenis tumbuhan yang mati akibat persaingan antar sejenisnya.
Menurut Utomo 2006, bahwa ketidak konsistenan jenis dominan pada tingkat pohon dengan tingkat tiang dapat disebabkan beberapa hal, yaitu:
27
Universitas Sumatera Utara
1. Tidak diketahuinya awal mulai pertumbuhan pohon.
2. Biji pohon hutan secara umum bersifat rekalsitran sehingga saat biji jatuh
kelantai hutan, bila tidak berkecambah akan membusukmati oleh tingginya kandungan air
3. Kondisi lingkungan yang kompleks, seperti kemiringan tanah yang
berbeda dan kandungan batuan yang tinggi menyebabkan biji yang jatuh ditempat yang berbatu tidak akan dapat tumbuh dan karena kemiringan
biji dapat terlempar jauh dari pohon induk. Tingginya kandungan serasah dan tumbuhan bawah yang membentuk lapisan tersendiri diatas
permukaan tanah sehingga biji yang jatuh tidak menyentuh tanah, namun berada diatas serasah dan atau tajuk tumbuhan bawah sehingga
kehilangan viabilitas 4.
Beberapa jenis pohon hutan klimaks yang ada sangat jarang berbuah sehingga produksi biji yang dihasilkan untuk membentuk semai lebih
terbatas. 5.
Beberapa jenis pohon hutan tertentu disukai satwa dan nilai ekonomis
sehingga sulit ditemukan dibawah pohon induk.
IV.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman