Berdasarkan klasifikasi tanah AASHTO setelah dilakukan stabilisasi dengan variasi 3, 6, 9, 12 dan 15 abu cangkang sawit klasifikasi tanah mengalami
perubahan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Klasifikasi tanah AASHTO pada variasi campuran
No ACS
LL PI
AASHTO Keterangan
1
Tanah + 3 ACS
41.68 16.15
A-7-6
Tanah berlempung yang tidak baik
sebagai tanah dasar
2
Tanah + 6 ACS
39.63 12.05
A-7-6
Tanah berlempung yang tidak baik
sebagai tanah dasar
3
Tanah + 9 ACS
35.13 6.61
A-6
Tanah berlempung yang tidak baik
sebagai tanah dasar
4
Tanah + 12 ACS
37.62 5.15
A-6
Tanah berlempung yang tidak baik
sebagai tanah dasar
5
Tanah + 15 ACS
39.83 6.72
A-6
Tanah berlempung yang tidak baik
sebagai tanah dasar
4.2 Hasil Pengujian Plastisitas Tanah Lempung Sebelum dan Sesudah
Distabilisasi dengan Abu Cangkang Sawit
Dari hasil pengujian yang dilakukan, terlihat bahwa nilai Indeks Plastisitas PI tanah yang distabilisasi mengalami penurunan sampai pada kadar abu cangkang
sawit tertentu. Hasil uji batas Atterberg untuk nilai batas cair terhadap penambahan abu cangkang sawit dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan grafik hubungan batas atterberg
dan persentase abu cangkang sawit dapat dilihat pada Gambar 4.3 yang menunjukkan nilai batas cair, indeks plastisitas dan shringkage limit terjadi penurunan sedangkan
nilai plastis limit semakin naik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Hasil uji Attreberg terhadap penambahan abu cangkang sawit NO
ACS LL
PL SL
PI 1
41,98 22,66
41,19 19,32
2 3
41,68 25,53
40,92 16,15
3 6
39,63 27,59
38,97 12,05
4 9
35,29 28,52
38,26 6,77
5 12
37,62 32,47
39,43 5,15
6 15
39,83 33,11
40,22 6,72
Gambar 4.3 Grafik hubungan batas Atterberg dan persentase abu cangkang sawit
4.3 Hasil Pengujian Pembagian Butiran Tanah Lempung Sebelum dan
Sesudah Distabilisasi dengan Abu Cangkang Sawit. Metode umum yang dipakai untuk menentukan pembagian butiran tanah di
laboratorium adalah analisa ayakan. Analisa ini biasanya digunakan untuk tanah yang berbutiran diameter lebih dari 0,075.
Pemeriksaan gradasi butiran menunjukkan bahwa akibat penambahan abu cangkang sawit menyebabkan penurunan persentase lolos saringan No. 200, lihat
pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.4. Tabel 4.10 Hasil analisa saringan terhadap penambahan abu cangkang sawit
Universitas Sumatera Utara
NO Abu Cangkang Sawit
Fraksi Halus ukuran0,0075mm
Fraksi kasar ukuran0,0075mm
1 92,5
7,5 2
3 92,16
7,84 3
6 91,97
8,03 4
9 89,55
10,45 5
12 88,24
11,76 6
15 86,63
13,37
Gambar 4.4 Hubungan persentase ACS dengan persen lolos saring No.200
Dari hasil pengujian analisa saringan, pengujian hydrometer dan batas-batas atterberg, maka dapat dihitung nilai aktivitaas tanahnya. Untuk menghitung besarnya
nilai aktivitas menurut Skempton 1953 diperoleh:
C = persentase fraksi lempung 0,002 =
= 0,429 Jadi nilai aktivitas tanah asli sebesar 0,429.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini mengacu pada Tabel 2.1 nilai khas aktivitas tanah tergolong mineral lempung illite dan kalonite ini sesuai dengan hasil difraksi sinar X untuk tanah lempung yang
digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori kelompok lempung tidak mengembang.
4.4. Hasil Berat Jenis Tanah Lempung Sebelum dan Sesudah Distabilisasi dengan Abu Cangkang Sawit.
Hasil uji berat jenis terhadap penambahan abu cangkang sawit dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan grafik hubungan berat jenis dengan persentase abu cangkang
sawit dapat dilihat pada Gambar 4.5. Tabel 4.11. Hasil uji spesific gravity terhadap penambahan abu cangkang sawit
NO Abu cangkang sawit
Berat Jenis 1
2.65 2
3 2.62
3 6
2.61 4
9 2.56
5 12
2.47 6
15 2.44
Gambar 4.5 Grafik hubungan persentase abu cangkang sawit dengan specific gravity
Universitas Sumatera Utara
4.5. Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Lempung Sebelum dan Sesudah Distabilisasi dengan Abu Cangkang Sawit Menggunakan Standard
Proctor.
Berdasarakan hasil pengujian pemadatan terhadap abu cangkang sawit dapat di lihat pada Tabel 4.12 yang menunjukkan besarnya kadar air optimum dan berat isi
kering terhadap penambahan abu cangkang sawit. Hubungan antara penambahan abu cangkang sawit terhadap W
optimum
dan berat isi kering γ
Dmaks
terhadap abu cangkang sawit dapat ditunjukkan pada Gambar 4.6 dan 4.7.
Tabel 4.12 Hasil Uji Pemadatan Terhadap Penambahan Abu Cangkang Sawit NO
Abu Cangkang Sawit W
optimum
γ
Dmaks
grcm
3
1 29.88
1.36 2
3 29.60
1.38 3
6 29.17
1.41 4
9 28.90
1.44 5
12 30.1
1.43 6
15 30.5
1.39
Gambar 4.6 Grafik hubungan persentase ACS dengan kadar air optimum
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7. Grafik hubungan persentase ACS dengan berat isi kering
4.6. Hasil Pengujian Kuat Tekan Tanah Lempung Sebelum dan Sesudah Distabilisasi dengan Abu Cangkang Sawit.
Pada pengujian Kuat Tekan Bebas Unconfined Compression Strength terhadap tanah asli undisturb adalah 0.608 kgcm
2
, pada tanah asli remoulded adalah sebesar 0.444 kgcm
2
, sedangkan untuk 6 abu cangkang sawit nilai qu = 0.869 kgcm
2
untuk abu cangkang sawit 9 niali qu = 0.481 kgcm
2
seperti terlihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.8.
Tabel 4.13. Hasil pengujian kuat tekan tanah lempung No Tanah Lempung
Nilai Kuat Tekan kgcm
2
1 Tanah asli Undisturb
0.615 2
Tanah asli remoulded 0.428
3 Tanah asli + 6 Abu cangkang sawit
0.869 4
Tanah asli + 9 abu cangkang sawit 0.481
Dapat dilihat dari tabel diatas harga UCS mengalami kenaikan dari 0.428 kgcm
2
menjadi 0.869 kgcm
2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8. Grafik hasil pengujian kuat tekan bebas Berdasarkan nilai kuat tekan bebas qu remoulded , maka tanah ini di kategorikan
sebagai lempung lunak untuk qu = 0.25 – 0.50 kgcm
2
.
4.7 Hasil Pengujian CBR Unsoked dan Soked pada Tanah Lempung Sebelum dan Sesudah Distabilisasi dengan Abu Cangkang Sawit.
Harga CBR naik dengan bertambahnya abu cangkang sawit dari 2.77 menjadi 4.77 sedangkan untuk swelling mengalami penurunan dari 2 menjadi
0.89 untuk kondisi perendaman 1 hari. Hasil pengujian kondisi CBR langsung unsoaked dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.9 dan kondisi terendam
soaked dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.10 dan 4.11 sedangkan untuk kondisi CBR langsung dan CBR terendam dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Tabel 4.14. Nilai CBR Unsoaked dan Soaked NO
Abu cangkang sawit CBR Unsoaked CBR Soaked
1 2.27
2.00 2
6 4.77
2.40 3
9 4.20
2.20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Grafik hasil pengujian CBR tidak terendam
Gambar 4.10 Grafik hasil Pengujian CBR terendam Tabel 4.15 Nilai swelling untuk perendaman 4 hari
NILAI SWELLING NO Abu Cangkang sawit
1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 1
2 3,41
6,34 8,22
2 6
0,89 1,89
2,36 4,17
3 9
0,83 2,23
5,18 7
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11 Grafik pengembangan untuk 4 hari perendaman
Gambar 4.12 Grafik pengujian CBR tidak terendam dan terendam terhadap abu cangkang sawit
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisa Mineralogi 5.1.A Analisa Mineralogi dan Kimia Tanah Lempung Pulau Sicanang
Hasil pengujian komposisi tanah menunjukkan bahwa unsur – unsur utama pembentuk tanah adalah silikat SiO
2
, aluminat Al
2
O
3
, ferrit Fe
2
O
3
dan hilang pijar, hasil tersebut menunjukkan bahwa perbandingan antara silikat dengan
aluminat sekitar1 : 1. Analisis XRD pada penelitian ini digunakan untuk mengkarakterisasi jenis
mineral yang ada pada sampel tanah lempung tanpa pencampuran maupun setelah adanya pencampuran tanah lempung dan abu cangkang sawit. Prinsip kerja X-RD
adalah sebagai berikut, pembangkit sinar-x menghasilkan radiasi ektromagnetik. Spektroskopi XRD digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam
material dengan cara menentukan parameter structural mineral lempung serta untuk mendapatkan jarak partikel lempung. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD
mewakili suatu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dan grafik puncak difraksi yang didapat kemudian dianalisis, terdiri atas mineral lempung apa saja
dan komposisi utamanya. Untuk hasil uji dari tanah lempung dapat teramati pada difraktogram seperti
yang terlihat pada Gambar 5.1 sedangkan untuk tanah lempung yang sudah dicampur dengan abu cangkang sawit dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Universitas Sumatera Utara