15
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konstipasi biasa terjadi pada anak. Hanya 3 konstipasi pada anak dibawa orang tua berobat ke dokter.
1
Pada anak normal, buang air besar dialami setiap hari kedua dan ketiga, tanpa kesulitan.
2
Konstipasi dapat terjadi pada semua usia anak
2,3
, tetapi biasa terjadi pada usia pra sekolah, usia sekolah, dan neonatal. Pada usia sekolah, konstipasi lebih
sering terjadi pada anak laki - laki. Konstipasi bukan merupakan suatu diagnosis, melainkan gejala klinis.
Penyebab konstipasi dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu anatomi, fisiologi dan fungsional. Penyebab anatomi dapat berupa penyakit Hirschprung, anus
imperforata, dan obstruksi saluran cerna. Penyebab fisiologis dapat berupa perubahan motilitas saluran cerna seperti hipotiroidisme dan defek tulang belakang.
Penyebab fungsional dapat berupa menahan buang air besar secara sengaja, merupakan penyebab tersering dari konstipasi, fobia kamar mandi, riwayat nyeri
buang air besar.
3
Kebiasaan konstipasi pada anak dapat berkelanjutan hingga dewasa. Bongers dkk menguraikan pada studi cross sectional menguraikan gejala konstipasi
anak berkelanjutan pada dewasa pada 24 anak. Konstipasi persisten dari anak ke dewasa dapat mengganggu kualitas hidup.
4
Anak dengan status gizi berlebih, prevalensi konstipasi lebih tinggi dibanding status gizi lain. Dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan yang baik, peneliti
Universitas Sumatera Utara
16
mencoba mencari hubungan antara status gizi, khususnya status gizi lebih dengan angka kejadian konstipasi fungsional pada anak.
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah anak dengan status gizi normal dapat menyebabkan konstipasi fungsional ?.
2. Apakah anak dengan status gizi lebih dapat menyebabkan konstipasi fungsional ?.
3. Apakah anak dengan status gizi lebih dapat menyebabkan konstipasi fungsional ?.
1.3. Hipotesis
Anak dengan status gizi memiliki hubungan dengan kejadian konstipasi fungsional.
1.4. Tujuan Penelitian