Universitas Sumatera Utara
3. Aspek Psiko-sosiologis
Yang dimaksud dengan aspek psiko-sosiologis psych sociologico aspect ialah pemahaman  individu  yang  masih  memiliki  hubungan  dengan  lingkungan
sosialnya. Aspek psiko-sosiologis ini meliputi tiga unsur yaitu: 3.1.
Orangtua saudara kandung, dan kerabat dalam keluarga. 3.2.
Teman-teman pergaulan peer-groupdan kehidupan bertetangga. 3.3.
Lingkungan sekolah guru, teman sekolah, aturan-aturan sekolah. Oleh karena itu, seseorang  yang menjalin hubungan dengan lingkungan sosial
dituntut untuk dapat memiliki kemampuan berinteraksi sosial social interaction, komunikasi,  menyesuaikan  diri  adjustment  dan  bekerja  sama  cooperation
dengan  mereka.  Tuntutan  sosial  secara  langsung  maupun  tidak  langsung mempengaruhi  agar  individu  menaati  aturan-aturan  sosial.  Individu  pun  juga
berkepentingan  untuk  memenuhi  kebutuhan  hidupnya  melalui  lingkungan sosialnya. Dengan demikian terjadi hubungan mutualisme antara individu dengan
lingkungan sosialnya.
4. Aspek Psikoetika dan Moral
Aspek psikoetika dan moral moral aspect yaitu suatu kemampuan memahami dan  melakukan  perbuatan  berdasarkan  nilai-nilai  etika  dan  moralitas.  Setiap
pemikiran,  perasaan,  dan  perilaku  individu  harus  mengacu  pada  nilai-nilai kebaikan,  keadilan,  kebenaran,  dan  kepantasan.  Oleh  karena  itu,  proses
penghayatan dan pengamatan individu terhadap nilai-nilai moral tersebut menjadi sangat  penting,  karena  akan  dapat  menopang  keberhasilan  seseorang  dalam
melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan orang lain.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu Rakhmat, 2007:100-104: 1.
Orang lain Gabriel Marcel, filsuf eksistensialis menulis tentang peranan orang lain dalam
memahami  diri  kita. “The fact is we can understand ourselves by starting from
other,  or  from  others,  and  only  by  starting  from  them.”Kita  mengenal  diri  kita
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dengan  mengenal  orang  lain  lebih  dahulu.  Bagaimana  Anda  menilai  diri  saya, akan membetuk konsep diri saya. Harry Stack Sullivan 1953 menjelaskan bahwa
jika  kita  diterima  orang  lain,  dihormati,  dan  disenangi  karena  keadaan  diri  kita, kita  akan  cenderung  bersikap  menghormati  dan  menerima  diri  kita.  Sebaliknya,
bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita.
S.  Frank  Miyamoto  dan  Sanford  M.  Dornbusch  1956  mencoba mengkorelasikan  penilaian  orang  lain terhadap  dirinya  sendiri  dengan  skala lima
angka  dari  yang  paling  jelek  sampai  yang  paling  baik,  yang  dinilai  ialah kecerdasan,  kepercayaan  diri,  daya  tarik  fisik,  dan  kesukaan  orang  lain  terhadap
dirinya.  Ternyata,  orang-orang  yang  dinilai  baik  oleh  orang  lain,  cenderung memberikan  skor  yang  tinggi  juga  dalam  menilai  dirinya.  Artinya,  harga  dirinya
sesuai  dengan  penilaian  orang  lain  terhadap  dirinya.  Eksperimen  lain  yang dilakukan Gergen 1965 menunjang penemuan ini. Pada satu kelompok, subjek-
subjek  eksperimen  yang  menilai  dirinya  dengan  baik  diberi  peneguhan  dengan anggukan,  senyuman,  atau  pernyataan  mendukung  pendapat  mereka.  Kelompok
ini menunjukkan peningkatan citra diri lebih baik, karena mendapat sokongan dari orang lain.
Tidak semua orang memiliki pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling  berpengaruh,  yaitu  orang-orang  yang  paling  dekat  dengan  kita.  George
Herbert Mead 1934 menyebut mereka significant others-orang lain yang sangat penting.  Ketika  masih  kecil,  mereka  adalah  orang  tua  kita,  saudara-saudara  kita,
dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber 1966:105  menamainya  affective  others-orang  lain  yang  dengan  mereka  kita
mempunyai  ikatan  emosional.  Dari  merekalah  perlahan-lahan  kita  membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka, menyebabkan
kita menilai diri kita secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan membuat kita memandang diri ktia secara negatif.
Dalam  perkembangan,  significant  others  meliputi  semua  orang  yang mempengaruhi  perilaku,  pikiran,  dan  perasaan  kita.  Mereka  mengarahkan
tindakan  kita,  membentuk  pikiran  kita  dan  menyentuh  kita  secara  emosional.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Ketika  kita  tumbuh  dewasa,  kita  mencoba  menghimpun  penilaian  semua  orang yang pernah berhubungan dengan kita. Pandangan diri Anda tentang keseluruhan
pandangan  orang  lain  terhadap  Anda  disebut  generalized  others.  Konsep  ini berasal dari George Herbert Mead. Memandang diri kita seperti orang-orang lain
memandangnya. Generalized others disebut juga role taking, dan role taking amat penting artinya dalam pembentukan konsep diri.
2. Kelompok Rujukan Reference Group
Dalam  pergaulan  bermasyarakat,  kita  pasti  menjadi  anggota  berbagai kelompok.  Setiap  kelompok  mempunyai  norma-norma  tertentu.  Ada  kelompok
yang  secara  emosional  mengikat  kita  dan  berpengaruh  terhadap  pembentukan konsep  diri  kita.  Ini  disebut  kelompok  rujukan.  Dengan  melihat  kelompok  ini,
orang  mengarahkan  perilakunya  dan  menyesuaikan  dirinya  dengan  ciri-ciri kelompoknya.
2.2.6 Media Baru