Path Dan Pengungkapan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

(1)

PATH DAN PENGUNGKAPAN DIRI

Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana

Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas

Sumatera Utara

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

DISA NURDANIA

090904070

Program Studi : Hubungan Masyarakat

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNITERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Disa Nurdania

NIM : 090904070 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : PATH DAN PENGUNGKAPAN DIRI

(Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

Medan, 21 Agustus 2013

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi,

Dra. Nurbani, M.Si. Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. NIP. 196108021987012001 NIP. 196208281986012001

Dekan FISIP USU,

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. NIP. 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil'alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Berkat, Rahmat dan Krunia-Nya maka peneliti dapat menyelesaikan penyusuan Skripsi yang berjudul “Path dan Pengungkapan diri” yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan dari lubuk hati terdalam kepada orang-orang terkasih terutama kepada orang tua tercinta, Papa Ir. Pamuncak Chaniago dan Mama Erwati yang tidak henti-hentinya memanjatkan doa untuk kesuksesan penulis, memberikan kasih sayang, perhatian, semangat serta dukungan baik segi materil maupun moril. Begitu juga kepada saudara-saudara tersayang, Kak Dira dan Kak Dita serta abang iparku, terima kasih atas segala perhatian dan dukungannya selama ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik.

Pada kesempatan kali ini peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Dra Nurbani, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu, mengarahkan dan juga membimbing penulis selama proses pengerjaan skripsi ini sampai dengan selesai.

4. Bapak Prof. Suwardi Lubis, M. S. selaku dosen wali penulis yang telah banyak memberikan pengarahan dan juga bimbingan selama masa perkuliahan.

5. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi yang pernah membimbing penulis selama masa perkuliahan.


(4)

7. Seluruh keluarga besar Maraganti

8. Penyemangat saya M. Azhar Harahap, S.Psi yang telah memberi dukungan dan selalu mengajarkan kesabaran kepada penulis.

9. Sahabat kecilku Nadia, Mine, Aini, Dani, Uwi, Ayu, Lina dan teman-teman Gen.2 Akselerasi lainnya.

10.Adik-adik baru-ku ataupun informan-informanku sudah bersedia diganggu, terima kasih atas kerjasamanya.

11.Lalat tsetse; Petiong, Chia, Tami, Sinti, Rancek yang telah memberi warna-warni hidup di masa perkuliahan.

12.Novi, Ira, Lily, Ayu, Farah, Noni yang telah mewarnai hidup berseragam putih abu-abu penulis.

13.Kak Nata sebagai kakak senior yang telah berbaik hati bertukar pikiran serta senior-senior ilmu komunikasi yang tidak dapat disebutkan namanya.

Semoga Allah memberikan imbalan dan rakhmat-Nya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak. Kiranya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2013 Peneliti


(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian tentang media sosial dan pengungkapan diri mahasiswa. Media sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah media sosial

Path. Media sosial yang merupakan bagian dari komunikasi massa yang memberi warna baru dalam komunikasi antar pribadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pengguna Path, alasan penggunaan Path, dan topik pengungkapan diri seperti apa yang diposting oleh subjek penelitian. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah enam orang mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif kualitatif untuk memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena objek penelitian yang menjadi sarana pengungkapan diri mahasiswa. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai dengan fokus masalah yang diteliti, yaitu: bagaimana media sosial Path digunakan sebagai pengungkapan diri mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti ialah mahasiswa sebagai pengguna memiliki karakateristik yang berbeda-beda, setiap pengguna memiliki alasan yang hampir sama dalam menggunakan Path, serta topik pengungkapan diri yang beragam di dalam media sosial Path. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Miles & Huberman. Peneliti melakukan reduksi data, penyajian data, dan melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kata kunci:

Media sosial Path, Mahasiswa Ilmu Komputer, Pengungkapan diri di media sosial.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah ... 1

I.2 Fokus Masalah ... 10

I.3 Tujuan Penelitian ... 10

I.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 12

2.2 Kajian Pustaka ... 14

2.2.1 Komunikasi ... 14

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi ... 16

2.2.2.1 Hubungan Komunikasi Antar Pribadi ... 18

2.2.3 Media Baru dalam Berkomunikasi ... 20

2.2.3.1 Teori New Media ... 23

2.2.3.2 Uses and Gratification ... 24

2.2.3.3 Media Sosial ... 25

2.2.3.4 Path ... 25

2.2.4 Penetrasi Sosial ... 27

2.2.5 Pengungkapan Diri ... 29

2.2.5.1 Jendela Johari ... 33

2.2.6 Hierarki Kebutuhan Maslow ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 37

3.2 Objek Penelitian ... 38

3.3 Subjek Penelitian ... 38

3.4 Kerangka Analisis ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5.1 Wawancara Mendalam ... 41

3.5.2 Penelitian Kepustakaan dan Metode Penelusuran Data Online ... 43


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ... 45

4.1.1 Profil Program Studi Ilmu Komputer ... 45

4.1.2 Proses Penelitian dan Hasil ... 46

4.1.3 Profil Informan ... 52

4.1.4 Pengungkapan diri Informan dalam Media Sosial Path ... 65

4.2 Pembahasan ... 76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 85

5.2 Saran ... 87

DAFTAR REFERENSI ... 88

LAMPIRAN

- Biodata Peneliti

- Panduan dan Transkrip Wawancara - Dokumentasi


(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Halaman

1.1 Tampilan Path 7

1.2 Tampilan Path 7

1.3 Tampilan Path 7

2. 1 Model Hubungan lima tahap 19

2. 2 Fitur share Path 25

2.3 Jendela Johari 33

2.4 Tangga Hierarki Kebutuhan Maslow 35

3.1 Kerangka Analisis 40

4.1 Pengungkapan diri secara tatap muka 80 4.2 Pengungkapan diri yang dilakukan dengan media sosial 80


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Tabel Karakteristik Informan 64 4.2 Tabel Matrix Klasifikasi Data 75


(10)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian tentang media sosial dan pengungkapan diri mahasiswa. Media sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah media sosial

Path. Media sosial yang merupakan bagian dari komunikasi massa yang memberi warna baru dalam komunikasi antar pribadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pengguna Path, alasan penggunaan Path, dan topik pengungkapan diri seperti apa yang diposting oleh subjek penelitian. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah enam orang mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif kualitatif untuk memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena objek penelitian yang menjadi sarana pengungkapan diri mahasiswa. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai dengan fokus masalah yang diteliti, yaitu: bagaimana media sosial Path digunakan sebagai pengungkapan diri mahasiswa program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti ialah mahasiswa sebagai pengguna memiliki karakateristik yang berbeda-beda, setiap pengguna memiliki alasan yang hampir sama dalam menggunakan Path, serta topik pengungkapan diri yang beragam di dalam media sosial Path. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Miles & Huberman. Peneliti melakukan reduksi data, penyajian data, dan melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kata kunci:

Media sosial Path, Mahasiswa Ilmu Komputer, Pengungkapan diri di media sosial.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Manusia sebagai mahluk sosial adalah manusia yang berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Komunikasi merupakan alat dalam berinteraksi. Melalui komunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan emosional dan meningkatkan kesehatan mentalnya. Hal ini dahulunya telah berhasil dibuktikan oleh Kaisar Frederick II, penguasa Romawi abad ke-13 yang melakukan percobaan terhadap bayi, hasil dari penelitian beliau tersebut berhasil menyimpulkan bahwa manusia tidak dapat hidup jika manusia tidak berinteraksi dan tidak berkomunikasi (Floyd, 2012 : 5). Sedangkan komunikasi menurut Hovland, Janis & Kelley dalam (Miller, 2005:4) adalah suatu proses dimana seseorang atau yang biasa disebut komunikator menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya.

Harold D. Lasswell berpendapat bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan arti dari komunikasi adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan, yang salah satu diantaranya adalah : What In Which Channel? atau dengan saluran apa?. Saluran yang biasanya disebut media, media yang di maksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) (Cangara, 2009: 19-25).

Media yang dapat digunakan manusia dalam berkomunikasi sangat beragam. Manusia berkomunikasi pada saat ini dimudahkan oleh perkembangan media komunikasi itu sendiri yang beriringan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Pada masa lalu media komunikasi masih terbatas, seperti media alat indera manusia pada komunikasi tatap muka (face-to-face) dan media surat untuk melakukan komunikasi jarak jauh masih membutuhkan waktu yang relatif lama. Pada saat ini media komunikasi telah berkembang pesat yang merupakan tanda dari perkembangan peradaban manusia yang selalu berkembang.


(12)

Sebagaimana hal yang diungkapkan oleh Alvin Toffler dalam (Ardianto, 2011: xiv) tentang perkembangan peradaban manusia yang memiliki tiga gelombang terdiri dari era pertanian, industri dan era reformasi/komunikasi:

Gelombang pertama atau disebut gelombang pembaruan (800 SM-1500 M) pada gelombang ini manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian yaitu merubah dari kebiasaan berpindah-pindah menjadi menetap disatu tempat. Gelombang kedua (1500 M-1970 M) adalah masyarakat industri, yang disebut “manusia ekonomis” yang rakus yang lahir dari Renaissance (pencerahan Eropa). Gelombang ketiga (1970-2000 M) adalah masyarakat informasi pada gelombang ketiga ini kadang disebut Knowledge Age, pada gelombang ini ditandai dengan ditemukan dan digunakannya satelit telekomunikasi, kabel optik dalam jaringan internet, manusia sudah mulai mampu berkomunikasi melalui kabel optik dalam jaringan internet, manusia sudah mampu berkomunikasi online.

Perkembangan dari teknologi komunikasi, manusia berinteraksi dan berkomunikasi tanpa harus bertatap muka (face-to-face), melainkan bisa melalui telepon dan media komunikasi yang sering digunakan pada masa ini adalah berkomunikasi online dengan jaringan internet.“Internet merupakan sebuah jaringan antar-komputer yang saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara terus-menerus berbentuk pesan-pesan elektronik” (Severin & Tankard, 2008: 6).

Kehadiran Internet membuat segalanya menjadi mudah, ekonomis dan efisien. Salah satu alasan mengapa internet cukup diminati pada saat ini dikarenakan internet sudah dapat diakses melalui telephone genggam sehingga memungkinkan untuk menggunakannya kapan saja dan dimana saja.

Didalam kehidupan, manusia berinteraksi dengan beberapa bentuk komunikasi. Komunikasi yang sering digunakan oleh manusia salah satunya adalah komunikasi antar pribadi atau disebut juga komunikasi interpersonal. Komunikasi komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana orang orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Menurut De Vito dalam (Liliweri, 1997:12) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain orang dengan efek dan umpan balik langsung.


(13)

Pada masa ini manusia berkomunikasi antar pribadi tidak harus bertatap muka seperti masa lampau. Penyampaian pesan antar pribadi dapat di mediasi oleh perangkat komputer. Kehadiran internet telah melahirkan beberapa inovasi yang dapat mempermudah manusia dalam penyampaian pesan komunikasi. Sebagaimana Walther dalam (Severin & Tankard, 2008: 462) telah memberi sebutan komunikasi hiperpersonal yakni sebutan untuk komunikasi dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi langsung. Walther telah menyadari fenomena yang telah terjadi dikehidupan bersosial, bahwasannya manusia lebih tertarik berkomunikasi dengan perantara komputer daripada komunikasi langsung

Kehadiran teknologi komunikasi baru tersebut memiliki beberapa ciri sebagaimana yang diungkapkan oleh Rogers dalam (Rahardjo, 2011: 8-9) yang menguraikan tiga ciri utama yang menandai kehadiran teknologi komunikasi baru yaitu: interactivity, de-massification, dan asynchronous. Interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (biasanya berisi sebuah komputer sebagai komponennya) saling berhubungan aktif untuk berbicara balik kepada penggunanya hampir seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Dengan kata lain, sifat interaktif komunikasi melalui media baru yang tingkatannya mendekati sifat interaktif komunikasi secara tatap muka. Media komunikasi yang interaktif ini memungkinkan para partisipannya ataupun penggunanya dapat berkomunikasi secara lebih akurat, lebih efektif, dan lebih memuaskan. De-massification atau tidak bersifat massal. Maksudnya, suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara partisipan yang terlibat dalam jumlah yang besar. De-massification ini juga bermakna bahwa control atau pengendalian sistem komunikasi massa biasanya perpindah dari produsen pesan kepada konsumen media. Asynchronous bermakna bahwa teknologi komunikasi baru mempunyai kemampuan untuk mengirimkan dan menerima pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap individu peserta.

Jejaring sosial atau media sosial (social media) merupakan salah satu inovasi dari internet yang merupakan media baru dan sangat diminati. Media sosial adalah bentuk layanan internet yang ditujukan sebagai komunitas online


(14)

atau kesamaan latar belakang tertentu. Media sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Media sosial menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Media sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. Layanan media sosialberupa berbasis web, yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share music, share photo, share file, blog, dan diskusi grup.

Media sosial memungkinkan penggunanya mempunyai profil, melihat list

yang tersedia, serta mengundang teman atau menerima teman untuk bergabung. Pada era ini media sosial merupakan media online yang sangat diminati dalam berkomunikasi. Media sosial merupakan hal yang wajib dimiliki oleh seseorang pada masa ini. Tidak dapat dipungkiri pada saat ini setiap orang memiliki akun di media sosial yang sedang menjadi trend, karena akun di media sosial tersebut dapat menjadi identitas dari penggunanya.

Untuk membuat sebuah akun di media sosial tidak membutuhkan dana, hal ini yang menyebabkan media sosial banyak digunakan dari berbagai kalangan dan menjadi sangat lumrah untuk dimiliki dalam (Luik, 2011: 113). Media sosial mempermudahkan seseorang untuk memperluas pertemanan dari daerah yang berbeda, baik itu berbeda Provinsi, Negara dan Benua. Namun, kecendrungan pada masa ini yang penulis amati adalah kegunaan media sosial atau jejaring sosial itu sendiri digunakan oleh penggunanya sebagai alat untuk pengungkapkan diri. “Trenholm berpendapat bahwa seseorang memiliki beberapa pertimbangan utama ketika berkomunikasi melalui internet yang sama seperti komunikasi tatap muka (face-to-face), yaitu memiliki kesamaan sikap, saling menyukai satu sama lain, saling melontarkan humor dan permainan kata-kata yang cerdas dan self-disclosure” (http://repository.usu.ac.id).

Sebagaimana Johnson berpendapat pengungkapan diri atau self-disclosure

adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang


(15)

berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut (Supratiknya, 1995 : 14).

Pengungkapan diri atau self-disclosure di media sosial merupakan hal yang biasa dan lumrah pada saat ini, bahkan terkadang media sosial atau jejaring sosial pada saat ini dibuat seperti catatan harian atau lebih seperti buku harian. Apa yang dilakukan semua dapat dibagikan melalui media sosial atau jejaring sosial ini. Apa yang di rasakan atau curahan hati soleh pengguna, lagi dimana, dengan siapa, mau kemana dengan siapa semua diungkapkan dan diberitahukan lewat media sosial atau jejaring sosial. Ketertarikan melakukan pengungkapan diri di dalam media sosial tersebut, karena adanya kecendrungan psikologi komunikator yang ingin mencari perhatian dan komentar dari komunikan. Hal ini berlandaskan oleh banyak survey-survey yang dilakukan.

Seperti halnya hasil dari salah satu survey, yang telah di lakukan yakni tujuh dari sepuluh orang menggunakan jejaring sosial sebagai tempat mencurahkan isi hati. Jejaring sosial dinilai sebagai cara terbaik untuk mendapatkan perhatian. Saat seseorang memperbarui status, sebenarnya mereka ingin mendapatkan simpati dari orang lain (www.psikologizone.com).

Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari Dr Ida Ruwaida, sosiolog dari Universitas Indonesia,yang berpendapat bahwa ruang sosial yang makin terbatas dan ikatan emosional yang rendah terutama di kota-kota besar menimbulkan perubahan dalam pola interaksi masyarakat. Akhirnya, teknologi digital menjadi alat untuk menyalurkan emosi alias katarsis lewat media sosial. Sementara, menurut Irwan Hidayana, antropolog dari Universitas Indonesia, ekspresi generasi muda lewat media sosial tidak terlepas dari faktor eksternal yang dialaminya. Misalnya, mereka tidak bisa mengekspresikan perasaannya pada lingkungan terdekatnya, termasuk orangtua. Orang yang tinggal di kos juga tidak bisa curhat pada keluarganya seleluasa orang yang tinggal bersama keluarga.“Seringkali kita menghadapi masalah yang memengaruhi suasana hati, misalnya macet, hujan, dan banjir. Padahal, kita tetap butuh ruang ekspresi. Karena keterbatasan ruang sosial, akhirnya media sosial jadi sarana curhat,” ujar Irwan yang merupakan antropolog dari Universitas Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa dunia maya pun punya kultur sendiri, yang terkadang justru membuat kita terjebak dalam masalah baru (http://female.kompas.com)


(16)

ini Path hanya bisa digunakan oleh pengguna gadget berbasis Android

dan iOs. Layanan jejaring sosial Path didirikan oleh Dave Morin, mantan eksekutif Facebook. Path berhasil menyerang kelemahan Facebook yang telah disesaki oleh orang tidak dikenal serta penuh dengan informasi yang kurang relevan. Situs jejaring sosial maksimal 150 orang. Facebook yang semakin gencar menambahkan aplikasi, merombak tampilan, memperluas fitur chatting, dan segalanya yang mendorong pengguna agar terhubung dengan pengguna lain. Namun,

Path hadir dengan kesederhanaan

Path sangat personal, Path menarik penggunanya untuk berbagi moment

personal dalam hidup anda dengan teman-teman dalam kelompok kecil dibanding jaringan luas hal ini merupakan salah perbedaan Path dengan media sosial lainnya. Sebab pada saat ini seperti keluasan pertemanan di dalam media sosial dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan pengguna itu sendiri. Seperti halnya seseorang mem-posting sesuatu lalu dikomentar oleh orang yang tidak dikenalnya secara personal. “Path the smart journal that help you share life with the ones you love”

Path yang memiliki arti dalam bahasa yaitu “Jalan”. Diluncurkan pada bulan November 2010. Path telah berkembang untuk memasukkan lebih dari dua juta orang berbagi hidup dengan teman-teman dekat dan keluarga di seluruh dunia. Perusahaan ini berkantor pusat di pusat kota San

Francisco

Didalam media sosial atau jejaring sosial Path pengguna / pemilik akun dapat berbagi moment baik berupa tulisan di kolom What’s on your mind?. Tulisan yang bisa dikomentari dengan emoticon yang tersedia tersenyum, sedih, tertawa seperti halnya media sosial atau jejaring sosial lainnya. Bangun tidur maupun mau tidur dapat dibagikan di dalam Path dengan cara menyentuh icon

bergambar bulan sabit dan memilih pertanyaan Would you like to go to sleep?. Berbagi moment lokasi maksud dari lokasi disini seperti sedang berada dimana dan dengan siapa, hal ini bisa di-share di dalam Path dengan adanya google map

yang tercantum di Path tersebut. Kelebihan lainnya adalah berbagi musik lagu-lagu terkenal kepada teman, video, film-film terkenal, dan juga foto dan dapat langsung di edit melalui Path. Path memiliki fitur editing foto yang akan


(17)

Gambar1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3

Setiap postingan moment di dalam Path di jaga kerahasiannya sehingga lebih aman dan nyaman menggunakannnya. Bahkan, siapa teman yang melihat postingan moment dari pengguna tersebut dapat terlihat di Path. Tampilan Path

lebih simple dan menarik dikarenakan Path itu sendiri hanya digunakan oleh

gadget berlayar sentuh sehingga dapat lebih menyenangkan menggunakannya dari pada media sosial atau jejaring sosial yang lainnya. Seperti halnya media sosial yang sudah ada sebelumnya Path juga memiliki fitur untuk connect dengan media sosial lainnya yaitu Facebook, Twitter dan Foursquare. Moment yang di share dalam Path dapat disambungkan dan secara otomatis dapat dishare ke media sosial lainnya yang penggunanya miliki.

Batasan yang diberikan dalam penggunanya untuk bertemanan Path dapat memungkinkan bagi pengguna lebih selektif menerima pertemanan. Selektif dalam menerima pertemanan dan hal ini memungkinkan si pemilik akun hanya menerima orang-orang yang memiliki kedekatan pertemanan (personal relationship) dengan si pemilik akun tersebut. Hal ini menyebabkan media sosial

Path dan yang akan berkomentar atas postingan moment dari si pemilik akun, merupakan orang yang dikenal saja, tidak seperti media sosial atau jejaring sosial lain yang sebelumnya. Bahkan, ketika seseorang teman berkunjung ke halaman


(18)

profil pengguna, akan ada pemberitahuan kepada pengguna bahwa seorang teman tersebut telah berkunjung untuk melihat profile pengguna.

Dibandingkan dengan banyak followers di Twitter yang tidak dibatasi, banyak teman dan di media sosial yang mungkin tidak terlalu peduli tentang hal yang biasanya pemilik akun lakukan sehari-hari. Hal ini adalah keuntungan dan kelebihan dari aplikasi Path, yaitu merangkul kelompok jejaring sosial yang lebih kecil dan menikmati komunikasi yang lebih baik, nyaman dan lebih peduli.

Penggunaan Path menjadi media sosial yang dapat menjadi ajang pengungkapan diri seperti media sosial lain yang sebelumnya. Beberapa aplikasi didalam Path tersebut yang memungkinkan seseorang untuk berbagi hal apa yang ia fikirkan, musik apa yang sedang ia dengarkan, film apa yang lagi ditonton, berbagi foto dan video kepada orang yang memiliki pertemanan dengannya di

Path. Secara garis besar pengungkapan diri di media sosial Path lebih mengarah kepada orang-orang yang memiliki kedekatan interpersonal atau kedekatan hubungan pribadi (personal relationship).

Sebagaimana dijelaskan oleh Verderber et al., dalam (Budyatna & Ganiem, 2011: 36) personal relationship dimana ketika seseorang berhubungan dengan orang lain, mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain. Setiap individu juga dapat menggolongkan orang lain ketika berhubungan menempatkan seseorang tersebut sebagai kenalan, teman, dan sahabat kental atau sahabat dekat.

Awalnya Path dibuat sebagai cara untuk posting foto dan video kepada teman dan keluarga, aplikasi ini diluncurkan kembali pada bulan ini sebagai sebuah “jurnal pintar” yang memungkinkan pengguna membagi lebih banyak hal tentang kehidupan mereka. Wakil presiden perusahaan Path yaitu Matt Van Horn mengungkapkan Path adalah jejaring yang lebih kecil yang dibangun untuk orang-orang yang penggunanya cintai seperti teman dekat dan keluarga, Path

adalah tempat pengguna untuk membagikan konten yang lebih intim (http://www.bisnis-jabar.com).

Di Indonesia sendiri, Path baru saja digandrungi karena gadget berbasis


(19)

(iphone dan ipad) berhasil menjadi trend atau gaya hidup. Terlihat dari angka penjualan Android yang meningkat di Indonesia, yang perlahan menyingkirkan

blackberry yaitu smartphone yang terkenal mendunia sebelumnya, yang digunakan oleh semua kalangan.

Menurut International Data Corporation (IDC) tahun 2012 menunjukkan bahwa; Android di Indonesia berhasil menguasai 52% pangsa pasar

smartphone dalam negeri. Darwin Lie (Market Analyst for Client Devices, IDC Indonesia) mengakatan bahwa pertumbuhan telepon berbasis Android

di Indonesia dipicu bukan cuma karena keterjangkauan dari sisi harga, banyaknya aplikasi yang ditawarkan serta makin populernya layar sentuh ikut berpengaruh pada pertumbuhan Android

Gadget seperti handphone ataupun tablet berbasis Android, iphone dan

ipad berbasis iOs sudah menjadi gaya hidup di Indonesia itu sendiri. Peneliti juga melihat Indonesia sangat tidak mau ketinggalan untuk berkomunikasi melalui media sosial apapun itu, termasuk media sosial Path yang masih dikatakan baru. Indonesia merupakan salah satu Negara yang konsumtif akan media sosial, dari semua kalangan dan golongan termasuk mahasiswa. Gadget termasuk di dalamnya perangkat computer dan smartphone sudah menjadi “makanan” dan gaya hidup mahasiswa terlebih masyarakat di kota-kota besar

Manusia merupakan makhluk dinamis yang terus mengalami perkembangan dan perubahan. Peneliti sadar akan adanya suatu fenomena dimana kebanyakan mahasiswa yang memiliki gadget seperti Android, tablet, iphone dan

ipad yang notabene mengunduh Path. Peneliti juga sadar bagaimana mahasiswa khususnya mahasiswa Indonesia sangat konsumtif terhadap gadget dan penggunaan media sosial itu sendiri. Mahasiswa Ilmu Komputer merupakan salah satu penjurusan mahasiswa yang sadar akan adanya perkembangan teknologi. Ilmu yang di pelajari oleh Mahasiswa Ilmu Komputer yang merupakan program studi berkenaan dengan komputer dan teknologi informasi sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang tersebut.


(20)

masih terbilang media sosial yang baru digunakan untuk melakukan Pengungkapan diri Mahasiswa jurusan Ilmu Komputer di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

1.2Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah maka penulis mefokuskan masalah penelitian ini, sebagai berikut: “Bagaimana Path digunakan sebagai media pengungkapan diri mahasiswi program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik pengguna Path pada mahasiswa/i program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui alasan penggunaan Path dikalangan mahasiswa/i program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

3. Mengetahui topik pengungkapan diri seperti apa yang diposting Path oleh mahasiswa/i program studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berguna dalam memperkaya khasanah penelitian Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dan pembaca khususnya Departemen Ilmu Komunikasi khususnya didalam media sosial yang pada masa ini digunakan sebagai pengungkapan diri. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan masalah penelitian.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/ Paradigma Kajian

Riset adalah sebuah kegiatan menggambarkan sebuah objek. Menggambarkan sebuah objek terkadang menyulitkan. Becker mendefinisikan perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang secara layak dan masuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan orang dapat dinilai (Mulyana,2001:5). Sedangkan Wimmer & Domininck dalam (Kriyantono, 2006: 48) menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antar anggota suatu kelompok selama seseorang menjadi bagian kelompok tersebut.

Menurut Mulyana, jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan oleh teoretisi bergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang manusia yang menjadi objek kajian mereka. Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu (Kriyantono,2006:51).

Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Didalam paradigma ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka merekonstruksi realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian dengan


(22)

tujuan merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.

Konstruktivisme atau constructivism mempunyai dampak yang luas sekali di bidang komunikasi. Menurut pandangan ini, para individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut kategori-kategori konseptual di dalam pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam bentuk apa adanya tetapi harus disaring melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruktivisme sebagian didasarkan pada teori dari George Kelly dalam (Budyatna dan Ganiem, 2011: 221) mengenai konsep-konsep pribadi atau personal constructs yang mengemukakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan peristiwa-peristiwa yang dialaminya menurut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya. Perbedaan-perbedaan yang dipersepsikan tidaklah alamiah tetapi ditentukan oleh sejumlah hal-hal yang berlawanan di dalam sistem kognitif individu.

Kompleksitas kognitif memainkan peranan yang penting di dalam komunikasi. Konsep-konsep antarpribadi terutama penting karena konsep-konsep tersebut mengarahkan bagaimana kita memahami orang lain. Para individu berbeda dalam kompleksitas dengan mana mereka memandang individu lainnya. Bila seorang individu sederhana dalam arti kognitif, individu cenderung melakukan stereotip kepada orang lain, sedangkan bila individu lebih memiliki perbedaan secara kognitif , maka individu akan melakukan perbedaan-perbedaan secara lebih halus dan lebih sensitif. Secara umum, kompleksitas kognitif mengarah kepada pemahaman yang lebih besar mengenai pandangan-pandangan orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan-pesan dalam arti dapat memahami orang lain.

Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori pilihan strategi atau

strategy-choice theory. Prosedur-prosedur penelitian para konstruktivis biasanya menanyakan para subjek untuk memilih tipe-tipe pesan yang berbeda dan mengklasifikasikannya yang berkenaan dengan kategori-kategori strategi (Budyatna dan Ganiem, 2011: 225).


(23)

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Berbicara tentang komunikasi, haruslah mengerti bagaimana arti dari komunikasi itu sendiri. Istilah komunikasi atau yang dalam bahasa inggris disebut

communication di ambil dari bahasa Latin yaitu communis yang berarti “sama”. “Sama” disini memiliki maksud yakni memiliki makna yang sama. Ketika seseorang sedang berkomunikasi dalam bentuk percakapan dengan lawan bicaranya, hal ini dapat berlangsung jika keduanya memiliki kesamaan makna mengenai apa yang diperbincangkan. Maksudnya disini mengerti dari bahasa dan makna dari bahan yang diperbincangkan dalam komunikasi tersebut (Effendy, 2006: 9).

Sedangkan Harold D. Lasswell dalam (Cangara, 2009 : 19) memiliki pendapat bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan definisi komunikasi dengan menjawab beberapa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendefenisikan komunikasi tersebut yaitu: “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya” (who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?). Jika semua pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah terjawab maka hal tersebut merupakan defenisi dari komunikasi. Jawaban dari setiap pertanyaan pertanyaan tersebut dapat dijelaskan dengan melihat dari beberapa unsur-unsur komunikasi:

• Siapa yang menyampaikan? / Who?

Siapa yang menyampaikan? Merupakan kalimat lain dari: siapa sumber/ siapa pengirim? (Who?). Siapa sumber atau siapa pengirim pesan yang dimana disebut dengan komunikator. Penelitian ini membahas pengguna Path sebagai komunikator.

• Apa yang di sampaikan? / Says what?

Apa yang disampaikan? suatu yang disampaikan oleh pengirim (komunikator) kepada penerima adalah Pesan. Pesan biasanya dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Penelitian ini membahas tentang pesan yang di posting oleh pengguna di media sosial Path.


(24)

• Melalui saluran apa? In which channel?

Melalui saluran apa? Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram, yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.

Media dalam komunikasi masa adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Berkat perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, media massa elektronik makin banyak bentuknya, dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara media komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi. Media komunikasi sendiri berkembang sangat cepat yakni dengan kemunculan internet yang merupakan media yang disebut-sebut sebagai media baru. Kemunculan internet manusia berkomunikasi, sebagaimana peneliti tertarik untuk meneliti sebuah media komunikasi yakni merupakan hasil inovasi dari kehadiran internet yang dinamakan media sosial.

• Kepada siapa? To whom?

Kepada siapa pesan disampaikan oleh komunikator?. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau bisa dalam bentuk kelompok, partai atau Negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut

audience atau receiver. Penelitian ini membahas kepada penerima adalah teman pengguna dalam media sosial Path.

• Apa pengaruhnya? With what effect?

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Menurut De Fleur pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang setelah berkomunikasi.


(25)

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antar pribadi atau biasanya juga disebut komunikasi

interpersonal merupakan satu proses sosial dimana orang orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Menurut De Vito komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang (komunikator) dan diterima oleh orang lain (komunikan) dengan efek dan umpan balik (jawaban balasan dari komunikan) yang langsung yang didapatkan oleh komunikator. Sementara hal ini juga dikemukakan oleh Effendy bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan sama seperti yang De Vito kemukakan. Namun, Effendy menjelaskan komunikasi antar pribadi tersebut dianggap paling efektif ataupun paling berhasil dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis (Liliweri, 1997:12).

Berdasarkan interaksinya, komunikasi antar pribadi memiliki definisi yang mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi dilakukan dengan cara tatap muka, seperti halnya yang di ungkapkan oleh Rogers & Tan dalam (Liliweri, 1997: 12) yang mengungkapkan bahwasannya komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara dua orang atau lebih. Sedangkan komunikasi antar pribadi menurut Kathleen S. Verderber et.al, dalam (Budyatna & Ganiem,2011: 14) merupakan proses dimana orang membuat ataupun menciptakan dan mengelola hubungan mereka, dan melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik antara satu dengan yang lain dalam menciptakan makna.

Komunikasi antar pribadi berdasarkan konteks yang dimilikinya diungkapkan oleh Berger, Dainton & Stafford dalam (West & Turner, 2008: 36) yang mengatakan bahwa yang dibahas dalam komunikasi antar pribadi tersebut adalah bagaimana manusia menjalin hubungan dengan manusia lainnya, seperti bagaimana terciptanya suatu hubungan atau bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan.


(26)

Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa karaktersitik-karakteristik yang telah dirumuskan oleh Richard L. Weaver II dalam (Budyatna & Ganiem, 2011:15) yaitu:

1) Komunikasi antar pribadi paling sedikit melibatkan dua orang

2) Memiliki umpan balik langsung atau feedback dalam komunikasi antarpribadi hampir selalu memiliki umpan balik langsung. Feedback tersebut biasanya bersifat segera, nyata dan berkesinambungan.

3) Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka, kehadiran fisik tidak terlalu penting bagi komunikasi antar pribadi yang sudah berbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu yang berkomunikasi yang membuat kehadiran fisik tidak menjadi terlalu penting. Tapi, Weaver juga mengatakan komunikasi antar pribadi yang dilakukan lewat media tidaklah ideal, walaupun komunikasi antar pribadi tanpa kehadiran fisik seperti bermedia dikarenakan jarak yang jauh masih dimungkinkan.

4) Komunikasi antar pribadi tidak harus disengaja atau dengan kesadaran, ketika seseorang. Orang-orang itu mungkin mengkomunikasikan segala sesuatunya itu tanpa sengaja atau tanpa sadar, tetapi apa yang dilakukannya merupakan sebagai isyarat-isyarat yang dapat mempengaruhi anda.

5) Menghasilkan beberapa pengaruh dan effect.Pengaruh atau efek disini tidak harus terjadi secara langsung ataupun segera dan nyata, tetapi suau komunikasi antar pribadi haruslah terjadi ataupun memiliki pengaruh.

6) Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata

Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan tanpa menggunakan kata-kata yakni dengan melakukan komunikasi non-verbal.

7) Dipengaruhi oleh konteks

Konteks adalah sesuatu yang mempengaruhi harapan-harapan partisipan meliputi; jasmaniah, sosial, sejarah, jiwa, dan kultur yang diperoleh para partisipan dan perilaku mereka selanjutnya.


(27)

8) Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise. Kegaduhan/kebiasaan atau noise dapat bersifat external, internal, atau semantik.

2.2.2.1 Hubungan Komunikasi Antar Pribadi

Berkomunikasi antar pribadi memiliki eskalasi hubungan. Ketika, seseorang berkomunikasi antar pribadi, seseorang tersebut pastilah menggolongkan lawan bicaranya. Seseorang dapat menggolongkan yang mana sahabat, yang mana hanya teman biasa dsb. Bagaimana seseorang berhubungan dan berkomunikasi dengan si A, si B, dan si C. Hubungan komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tahap baik itu dari teman biasa menjadi sahabat, ataupun dari kekasih menjadi keluarga. Hubungan komunikasi antar pribadi menurut Duck & Gilmour dalam (Budyatna & Ganiem, 2011:36) diartikan sebagai sebuah serangkaian interaksi antara dua individu yang saling kenal satu sama lain.

Hubungan komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tahap yakni menurut Duck, Bythe, Rawlins, Argyle dan Furnham, juga Sillars dan Scott ,Olson dan Cromwel dalam (Liliweri, 1997: 54-58) yaitu:

1) Tahap Perkenalan

Tahap perkenalan dibagi oleh Berger menjadi tiga kategori yang disebut: (1) tahap pasif, yaitu tahap yang mengutamakan perhatian terhadap komunikan tanpa menanyakan apa-apa, seluruh situasi dan kondisi tetap sebagaimana apa adanya dan tidak dimanipulasi tahap ini ketika seseorang memperhatikan seseorang, sebelum ia memutuskan akan berkomunikasi atau tidak dengan seseorang; (2) tahap aktif, yaitu tahap mengajukan pertanyaan, memperhatikan dan mendengarkan komunikan, komunikan mulai memanipulasi situasi hubungan antarpribadi, tahap ini ketika seseorang baru memulai komunikasi; dan (3) tahap interaktif, ialah tahap memanipulasi komunikan agar komunikator bisa memperoleh informasi melalui prilaku komunikan, tahap ini dimana sudah saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain, komunikasi yang terjalin aktif antara satu sama lain.


(28)

2) Tahap persahabatan tahapan ini terjadi karena saling mengenal satu sama lain dengan baik. Argyle dan Henderson mengemukakan, persahabatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu salng berbagi, selalu mendukung satu sama lain, membantu jika diperlukan, menghibur dan sebagainya

3) Tahap keakraban dan keintiman pada tahapan ini terjadi karena dua pribadi memiliki banyak kesamaan sehingga membuat hubungan mereka menjadi satu bukan dua. Kelley menyebutkan keadaan seperti ini dapat menumbuhkan rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya. 4) Hubungan Suami dengan istri, setelah melewati beberapa tahap, tahap ini

dapat terjalin dengan adanya pernikahan. 5) Hubungan orang tua dan anak

6) Hubungan persaudaraan

De Vito (1997: 233) juga menjelaskan tahapan hubungan komunikasi antar pribadi, yang saling tumpang tindih dengan hubungan komunikasi antar pribadi diatas, yaitu:

Gambar 2.1 Model hubungan lima tahap. Sumber: De Vito, 1997

1) Kontak. Tahap dimana pertama sekali bertemu sama halnya seperti tahap perkenalan yang dikutip oleh liliweri. Pada tahap kontak yang didefenisikan oleh De Vito ini beberapa persepsi alat indra digunakan. Pada tahap ini jyga seseorang biasanya memutuskan untuk melanjutkan hubungan atapun tidak sewaktu interaksi awal.

2) Keterlibatan. Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika seseorang mengikatkan dirinya untuk lebih mengenal orang lain dan


(29)

juga mengungkapkan dirinya. Hal ini hampir sama dengan tahap perkenalan menurut para ahli diatas.

3) Keakraban. Pada tahap keakraban, seseorang mengikat dirinya lebih jauh pada orang ini. Pada tahap ini yang memungkinkan seseorang membina hubungan primer (primary relationship) dimana terjalin hubungan sahabat baik ataupun kekasih.

4) Perusakan. Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan, kerenggangan yang terjadi pada sebuah hubungan atau ketika ikatan di antara kedua pihak lemah. Pada tahap perusakan ini terjadi perasaan hubungan semakin jauh, atau sudah tidak sehat lagi. Jika tahap ini berlanjut, maka akan memasuki tahap pemutusan.

5) Pemutusan. Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak.

2.2.3 Media baru dalam berkomunikasi

Kehadiran teknologi komunikasi baru tersebut memiliki beberapa ciri sebagaimana diungkapkan Rogers (1986) yang menguraikan tiga ciri utama yang menandai kehadiran teknologi komunikasi baru yaitu: interactivity, de-massification, dan asynchronous. Interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (biasanya berisi sebuah komputer sebagai komponennya) untuk berbicara balik kepada penggunanya hampir seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Ungkapan yang lain, media baru memiliki sifat interaktif yang tingkatannya mendekati sifat interaktif pada komunikasi antarpribadi secara tatap muka. Media komunikasi yang interaktif ini memungkinkan para partisipannya dapat berkomunikasi secara lebih akurat, lebih efektif, dan lebih memuaskan. De-massification atau tidak bersifat massal. Maksudnya, suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara partisipan yang terlibat dalam jumlah yang besar. De-massification ini juga bermakna bahwa control atau pengendalian sistem komunikasi massa biasanya perpindah dari produsen pesan kepada konsumen media. Asynchronous bermakna bahwa teknologi komunikasi baru mempunyai kemampuan untuk mengirimkan


(30)

dan menerima pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki oleh setiap individu peserta (Rahardjo, 2011: 8-9).

Hal ini telah disadari oleh Liliweri (1997:59) yang telah dituangkan dalam bukunya komunikasi antarpribadi tentang perubahan-perubahan komunikasi antar pribadi dalam bidang teknologi. Ia mengatakan paling tidak dalam dua puluh tahun pertama abad ke-20 ini sudah terjadi suatu kenyataan yang memperlihatkan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi elektronika. Teknologi elektronika tersebut merupakan teknologi yang paling banyak mengemukakan teknologi komunikasi. Menurut Bride , manusia dapat bertahan hidup sebagai makhluk karena mampu mengorganisir, memperbaiki, mengembangkan dan meluaskan cara berkomunikasi. Usaha ini terlihat dari cara manusia mengirimkan pesan yang jelas melalui cara dan lain-lain (Liliweri, 1997: 59-60).

Tentu ada perubahan penting sehubungan dengan munculnya media baru, berikut ini merupakan perubahan perubahan penting sehubungan dengan munculnya media baru menurut McQuail (Rahardjo,2011 :15) :

1) Digitalisasi dan konvergensi semua aspek dari media 2) Interaktivitas dan konektivitas jejaring yang meningkat. 3) Mobilitas dan delokasi pengiriman dan penerimaan (pesan). 4) Adaptasi publikasi dan peran-peran khalayak.

5) Munculnya beragam bentuk baru dari media ‘gateway’, yaitu pintu masuk untuk mengakses informasi pada Web atau untuk mengakses Web itu tersendiri.

6) Fragmentasi dan kaburnya ‘institusi media’.

Lalu McQuail juga menguraikan ciri-ciri utama yang menandai perbedaan antara media baru dengan media lama (konvensional) berdasakan perspektif pengguna (Rahardjo,2011 :15-16 ):

1) Interactivity : diindikasikan oleh rasio responden atau inisiatif dari pengguna terhadap tawaran dari sumber (pengirim pesan).

2) Social presence (sociability): dialami oleg pengguna, sense of personal contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui pengggunaan sebuah medium


(31)

3) Autonomy: seorang pengguna merasa dapat mengendalikan isi dan menggunakannya dan bersikap independen terhadap sumber.

4) Playfulness: digunakan untuk hiburan dan kenikmatan.

5) Privacy: diasosiasikan dengan penggunaan medium dan/ atau isi yang dipilih.

6) Personalization: tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal dan unik.

Perkembangan teknologi komunikasi membawa perubahan perubahan ataupun evolusi dari teori komunikasi sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, berikut merupakan perubahan-perubahan yang dibawa oleh perkembangan teknologi komunikasi (Rahardjo, 2011: 13) :

1) Dari pemusatan pada sumber dan pesan telah bergulir menuju pemusatan pada penerima dan makna.

2) Dari arus komunikasi satu arah menuju arus sikuler atau spiral.

3) Dari tindak komunikasi statis menuju tindak komunikasi yang berorientasi pada proses.

4) Dari sebuah penekanan yang ekslusif mengenai transmisi informasi menuju penekanan pada interpretasi.

5) Dari public speaking menuju sebuah kerangka yang memperhatikan komunikasi dalam beragam konteks: antarpribadi, kelompok, organisasi, masyarakat, dan media.

Sebagaimana Walther dalam (Severin & Tankard, 2008: 462) telah memberi sebutan komunikasi hiperpersonal yakni sebutan untuk komunikasi dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi langsung. Walther juga memaparkan tiga faktor yang cenderung menjadikan partner komunikasi via komputer lebih menarik yaitu:

1) E-mail dan jenis komputer lainnya memungkinkan presentasi diri yang sangat selektif, dengan lebih sedikit penampilan atau perilaku yang tidak diinginkan dibandingkan komunikasi langsung. Dengan kata lain, seseorang tidak harus kerepotan ketika berkomunikasi dengan orang lain melalui e-mail.


(32)

2) Orang yang terlibat dakan komunikasi via komputer kadang kala mengalami proses atribusi yang berlebihan yang di dalamnya mereka membangun kesan stereotype tentang partner mereka. Kesan-kesan ini sering mengabaikan informasi negative, seperti kesalahan cetak, kesalahan ketik dan sebagainya.

3) Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang di dalamnya pesan-pesan postifif dari seorang patner akan membangkitkan pesan-pesan positif dari rekan satunya.

2.2.3.1 Teori New Media

Teori New Media merupakan teori yang lahir dari teknologi komunikasi khususnya dunia maya yang dapat merubah masyarakat. Teori New Media memberi perhatian kepada bentuk-bentuk bagaimana media tersebut digunakan oleh masyarakat baik berupa informasi individu, kepemilikan penggetahuan hingga interaksi. Pembahasan utama dalam teori new media ini adalah kekuatan dari media dan dalam media itu sendiri, termasuk minat baru dalam karakteristik penyebaran dan penyiaran media. Media baru memiliki sifat interaktif (saling melakukan aksi antar hubungan) dan menciptakan sebuah pemahaman baru tentang komunikasi antar pribadi.

Media baru dan media lama sangatlah berbeda. Melalui pendekatan interaksi sosial dan itegritas sosial media baru dan media lama dapat dilihat perbedaanya. Pendekatan interaksi sosial membedakan media dengan seberapa mirip media tersebut dengan model interaksi tatap muka. Media yang lebih lama memiliki peluang interaksi yang sedikit, media yang lebih menekankan penyebaran informasi dan sedikit adanya interaksi yang diciptakan seperti halnya radio, televisi. Sedangkan, media baru lebih memiliki interaksi didalamnya komunikator dengan komunikan bebas berkomunikasi dan berinteraksi. Hal ini yang membuat media baru menciptakan pemahaman baru tentang komunikasi antar pribadi (Littlejohn & Foss, 2009: 413).

Pierre Levy memiliki pandangan yang dituangkannya dalam bukunya yang berjudul Cyberculture bahwa WWW (World Wide Web) merupakan sebuah informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang


(33)

baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian kesamaan dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan masyarakat. Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang memperluas dunia sosial, menciptakan peluang pengetahuan baru dan menyediakan tempat untuk berbagi pandangan secara luas (Littlejohn & Foss, 2009:413).

Jelas saja berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan media baru tidak seperti komunikasi tata muka. Media baru memberikan interaksi yang berbeda dan baru yang membawa penggunanya kembali pada hubungan pribadi dengan cara yang berbeda dan tidak dapat dilakukan oleh media yang sebelumnya. Pendekatan Integritas sosial, pendekatan ini bercerita tentang media merupakan sebuah “ritual” bagaimana manusia menggunakan media untuk menciptakan masyarakat. Pada pendekatan ini bagaimana media menyatukan manusia kedalam bentuk masyarakat dan memberi rasa saling memiliki antara satu dengan yang lainnya. Media baru membuat seseorang merasa sebagai bagian dari sesuatu yang besar dari dirinya, ketika media menjadi kebiasaan (Litllejohn & Foss, 2009: 414).

2.2.3.2 Uses and Gratification

Uses and Gratification ataupun pendekatan penggunaan, kepuasan dan ketergantungan merupakan teori populer yang dimiliki komunikasi massa. Uses and Gratification ini memiliki fokus pada konsumen- anggota audiens- ataupun pengguna ketimbang pada pesannya. Seseorang bertanggung jawab dalam memilih media yang digunakannya untuk memenuhi kebutuhannya. Pandangan ini beranggapan bahwa media merupakan satu-satunya faktor yang mendukung bagaimana kebutuhan sesorang terpenuhi dan audiens dianggap sebagai perantara. Pengguna (sebagai individu) yang tahu kebutuhan apa yang ia butuhkan, dan memenuhinya dengan cara menggunakan media tertentu yang dapat memenuhi kebutuhannya tersebut (Littlejohn & Foss, 2009: 426).

Katz menggambarkan logika yang mendasari pendekatan uses and gratification (Bungin, 2008: 286) :

1) Kondisi sosial psikologis seseorang 2) Kebutuhan yang menciptakan 3) Harapan-harapan terhadap


(34)

5) Perbedaan pola pengguna media (atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan

6) Pemenuhan kebutuhan 7) Konsekuensi lainnya

2.2.3.3 Media sosial

Media sosial atau juga disebut jejaring sosial adalah salah satu platform interaksi baru yang dimungkinkan dengan lahirnya web 2.0 yang bersifat interaktif. Pengguna internet yang semulanya hanyalah sebagai khalayak yang hanya bisa menyimak, sekarang bisa turut berpartisipasi (Melissa & Hamidati, 2011: 143).

Hal ini dikuatkan dengan Boyn dan Ellison yang telah mendefinisikan situs jejaring sosial sebagai layanan berbasis web yang memungkinkan perorangan untuk (1) membangun profil umum atau semi umum dalam satu system yang terbatas, (2) menampilkan pengguna lainnya yang berkaitan dengan mereka dan (3) melihat-lihat dan mengamati daftar koneksi yang mereka miliki maypun daftar yang dibuat oleh pengguna lainnya dalam sistem tersebut (Melissa & Hamidati, 2011: 144).

2.2.3.4 Path

Gambar 2.2 Tampilah fitur share pada Path

Sumbe

We all share the common urge to share, record and remember life. The beginning of history is defined by mankind’s first attempt to record


(35)

life — etchings carved in the walls of the Lascaux caves. This impulse remained but the avenues for expression expanded with the creation of the typewriter, the camera, the personal computer, and now, the cell phone and mobile device. From oral storytelling, to the epic poem, to the fable, to the novel — methods to record and share life transformed with new technologies and the cultural shifts inspired by each. With the Internet came the blog, social networks, and a new culture of public journaling. Now a new era is upon us, the mobile era, defined by the fact that we carry devices equipped with keyboards, cameras, music, location-tracking, and our loved ones just a button-press away. The mobile era is deserving of a new way to tell our stories — in a new network, in a new type of journal. The designers and engineers at Path have dreamed up and realized the Smart Journal — a journal that’s with you everywhere you go, posts entries without your effort, combines photo, video, music, people, places, and text, and most importantly, includes your loved ones. Path upholds the expectations for privacy of both the mobile phone and the journal with its limited, intimate, more personal network. On Path you can share your thoughts, the music you’re listening to, where you are, who you’re with, when you wake and when you sleep, and your photos and videos. For those of you who enjoy sharing on networks like Twitter, Foursquare, and Facebook, we’ve made it simple to check-in, upload photos and videos, and tweet directly from Path. A feature we call Automatic enables Path to learn about you as you go about your daily routine. You can optionally choose to have your Path updated with stories about your life — automatically. Path is a journal that writes itself.Path is the modern journal for the modern age. Welcome to the mobile era, welcome to Path.

Adapun value yang di miliki oleh Path adalah sebagai berikut:

1) Simple. Path menyediakan cara sederhana penggunanya untuk membuat jurnal kehidupan /catatan kehidupan penggunanya yang dimana saja bisa digunakan.

2) Personal. Path membantu penggunanya untuk secara otentik

mengekspresikan diri sendiri dan berbagi kehidupan pribadinya dengan orang yang dicintainya.

3) Quality.Path menyediakan untuk pernggunanya dengan kualitas jaringan, pengalaman superior, dan performa tercepat.

4) Joy. Path menampilkan fitur yang menyenangkan untuk pengggunanya melalui desain, informasi, dan komunikasi.

5) Smart. Path semestinya bisa mempelajari tentang kehidupan penggunanya seiring berjalannya waktu.


(36)

6) Private. Path adalah sesuatu yang di ciptakan dengan privasi. Penggunanya bisa mengkontrol privasi mengenai informasi dan pengalaman hidupnya.

Path memiliki tujuan untuk membantu penggunanya mengembangkan jaringan berkualitas tinggi untuk menghubungkan lebih mendalam dan berbagi momen pribadi dengan teman-teman terdekat dan keluarga.Tujuan diciptakannya

Path adalah untuk membina hubungan yang berkualitas untuk menawarkan kenyamanan untuk berbagi semua momen (http://service.path.com)

2.2.4 Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial (social penetration theory) merupakan teori yang menggambarkan suatu pola dalam pengembangan hubungan. Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superficial ataupun komunikasi yang tidak akrab menjadi komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman di sini lebih dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan emosional dan hingga pada batasan di mana pasangan melakukan aktivitas bersama. Altman dan Taylor percaya bahwa hubungan orang sangat bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari suami-istri, supervisor-karyawan, pasangan main golf, dokter-pasien, hingga para teoritikus menyimpulkan bahwa hubungan “melibatkan tingkatan berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat penetrasi sosial” (West & Turner, 2008 : 196).

Asumsi teori penetrasi sosial (West & Turner, 2008:197):

1) Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superficial ataupun tidak akrab dan bergerak pada sebuah kontinium menuju tahapan yang lebih intim. Sejalan dengan adanya waktu hubungan-hubungan mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim.

2) Secara umum, perkembangan hubungan sistermatis dapat diprediksi.

Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial, berhubungan prediktabilitas. Secara khusus, para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi.


(37)

3) Perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.

Ketika hubungan menjadi berantakan, dan yang terjadi adalah menarik diri (keruntuhan perlahan sebuah hubungan), kemunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan.

4) Pembukaan diri (self-disclosure) adalah inti dari perkembangan hubungan. Menurut Altman & Taylor hubungan yang tidak intim menjadi intim dikarenakan adanya keterbukaan diri antara satu dengan yang lain. Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang dan “membuat diri terbuka terhadap orang lain memberikan kepuasan yang intristik”. Membuka diri dapat membuat hubungan yang tadinya tidak terlalu akrab menjadi akrab.

Teori ini membahas tentang bagaimana proses seseorang komunikator mendekati komunikan. Ketika seseorang ingin mengenal lebih jauh lawan bicaranya (komunikan). Altman dan Taylor menyebutnya sebagai analogi kulit bawang. Dimana terdapat banyak lapisan-lapisan yang ada tentang informasi diri seseorang komunikan. Lapisan terluar dari diri seseorang disebut dengan citra public (public image) yakni informasi diri tentang fisik (rambut, bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan), usia, nama dll. Penetrasi sosial adalah teori yang bercerita tentang bagaimana seseorang komunikator ingin mengenal lebih jauh dengan komunikan. Setiap manusia disini dianalogikan oleh Altman dan Taylor sebagai bawang. Bawang adalah sebuah tanaman ubis (kbbi.web.id) yang memiliki lapisan-lapisan. Seseorang ingin mengenal orang lebih jauh pastilah bertahap melakukan pendekatannya sama seperti mengupas bawang. Lapisan paling dalam adalah informasi diri yang tidak sembarangan orang yang mengetahui.

Penetrasi sosial memiliki tahapan proses penetrasi sosial (West & Turner, 2008:205):

1) Orientasi : Membuka sedikit demi sedikit

Tahap paling awal dari interaksi, disebut tahap orientasi, yang terjadi pada tingkat publik; seseorang hanya sedikit mengenai dirinya yang terbuka


(38)

biasanya hanya hal-hal klise dan merupakan gambaran hal-hal yang bersifat tidak akrab dari seorang individu. Dalam tahapan ini orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap baik secara sosial dan berhati-hati tidak melanggar harapan sosial.

2) Pertukaran penjajakan afektif: Munculnya diri

Merupakan tahapan dimana perluasan daerah publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.

3) Pertukaran penjajakan afektif: Komitmen dan Kenyamanan

Pada tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dimana dalam tahapan ini komunikasi sering kali berjalan spontn dan individu membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan dalam tahap ini penggunaan personal idiom mulai muncul.

4) Pertukaran Stabil

Tahap pertukaran stabil berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Pada tahap ini dibangunnya sebuah system komunikasi personal.

2.2.5 Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri atau pembukaan diri (self-disclosure) menurut Johnson adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. Membuka diri berarti mengungkapkan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan yakni perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja dialami atau disaksikan (Supratiknya, 1995: 14).

Pengungkapan diri menurut Jourard memiliki arti pembicaraan mengenai diri sendiri kepada orang lain sehingga orang lain mengetahui apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan oleh diri. Definisi tersebut sejalan dengan pendapat DeVito bahwa pengungkapan diri merupakan sebuah tipe komunikasi tentang informasi diri pribadi yang umumnya disembunyikan, namun di


(39)

beritahukan atau disampaikan lewat komunikasi kepada orang lain (Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No.2)

Pengungkapan diri menurut Jourard memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi keluasan (breadth), kedalaman (depth) dan target atau sasaran pengungkapan diri. Dimensi keluasan mengacu pada cakupan materi yang di ungkap dan semua materi tersebut dijabarkan dalam enam kategori informasi tentang diri sendiri, yaitu sikap dan pendapat; rasa dan minat; pekerjaan atau kuliah; uang; kepribadian; dan tubuh. Dimensi kedalaman pengungkapan diri mengacu pada empat tingkatan pengungkapan diri, yaitu: tidak pernah bercerita kepada orang lain tentang aspek diri, berbicara secara umum, bercerita secara penuh dan sangat mendetail, dan berbohong atau salah mengartikan aspek diri sendiri, sehingga yang diberikan kepada orang lain berupa gambaran diri yang salah. Pada dimensi orang yang dituju (target-person), sasaran pengungkapan diri terdiri atas lima orang yaitu ibu, ayah, teman pria, teman wanita, dan pasangan (Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No.2).

De Vito mengindentifikasi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri tersebut (De Vito,1997 : 62) :

1) Besar Kelompok. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil ketimbang dalam kelompok besar.

2) Perasaan menyukai. Seseorang membuka diri kepada orang-orang yang disukai atau dicintainya. Ini tidak mengherankan, karena orang yang tidak disukai (dan barang kali menyukai kita) akan bersikap mendukung dan positif.

3) Efek diadik. Seseorang melakukan pengungkapan diri bila orang yang menjadi lawan bicaranya melakukan pengungkapan diri juga. Efek diadik membuat seseorang menjadi aman dan nyatanya dapat memperkuat perilaku pengungkapan diri seseorang.

4) Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri ketimbang orang yang kurang kompeten.


(40)

kurang pandai bergaul dan lebih introvert. Perasaan gelisah juga mempengaruhi pengungkapan diri. Rasa gelisah adakalanya meningkatkan pengungkapan diri dan kali lain menguranginya sampai batas minimum. Orang yang kurang berani berbicara pada umumnya juga kurang mengungkapan diri ketimbang mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.

6) Topik. Seseorang lebih cendrung membuka dirinya tentang topik tertentu ketimbang topik yang lain. Sebagai contoh seseorang lebih mungkin mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan atau hobinya ketimbang membuka diri tentang kehidupan seks atau situasi keuangannya.

7) Jenis Kelamin. Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis kelamin. Umumnya, pria lebih kurang terbuka ketimbang wanita. Judy C. Pearson berpendapat bahwa peran seks-lah (sex role) dan bukan jenis kelamin dalam arti biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri.

Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat didalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dalam pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak berinteraksi. Jika orang yang berinteraksi menurut kita merupakan orang yang menyenangkan dan membuat kita merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi kita untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu kita dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya kepada orang tersebut. Proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecenderungan norma timbal balik. Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti memperlakukan mereka.

Manfaat dari pengungkapan diri menurut De Vito (1997: 63) : 1) Pengetahuan diri

Salah satu manfaat pengungkapan diri adalah mendapatkan perspektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih dalam mengenai perilaku


(41)

diri sendiri. Jourard mengemukakan bahwa pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam konseling dan psikoterapi, dan mengatakan bahwa orang membutuhkan bantuan seperti itu karena mereka tidak pernah sebelumnya membuka diri kepada orang lain secara memadai.

2) Kemampuan mengatasi kesulitan

Argumen lain yang berkaitan erat adalah bahwa seseorang akan mampu menanggulangi masalah atau kesulitannya, khususnya perasaan bersalah, melalui pengungkapan diri.

3) Efisiensi komunikasi

Pengungkapan diri memperbaiki komunikasi. Seseorang dapat memahami pesan-pesan dari orang lain, sebagian dikarenakan sejauh seseorang tersebut memahami orang lain secara individual. Seseorang dapat lebih memahami apa yang dikatakan orang lain jika seseorang tersebut tidak mengenal secara individual dengan orang yang diajaknya berkomunikasi tersebut.

4) Kedalaman hubungan

Barang kali alasan utama pentingnya pengungkapan diri adalah bahwa ini perlu untuk membina hubungan yang bermakna di antara dua orang. Tanpa pengungkapan diri, hubungan yang bermakna dan mendalam tidak mungkin terjadi.

Selain memiliki manfaat, pengungkapan diri juga memiliki efek negatif. Berikut ini adalah resiko/bahaya mengungkapkan diri menurut De Vito (1997:65):

1) Penolakan Pribadi dan Sosial

Seseorang melakukan pengungkapan diri kepada orang lain, biasanya karena pertimbangan seseorang tersebut percaya dengan orang lain tersebut dan orang lain mendukung hal tersebut. Tentu saja ada kemungkinan orang tersebut menolak pengungkapan. Tidak semua orang yang mendengarkan pengungkapan diri, menerima perkataan dari pengungkapan diri tersebut.

2) Kerugian Material


(42)

psikiater mungkin akan kehilangan dukungan partai politiknya sendiri dan rakyat enggan memberikan suara baginya.

3) Kesulitan Pribadi

Bila reaksi yang diberikan orang lain tidak sepert yang terduga, kesulitan intrapribadi dapat terjadi. Bila seseorang malah ditolak oleh orang lain dan bukan malah didukung setelah ia melakukan pengungkapan diri.

2.2.5.1 Jendela Johari

Gambar 2.3 Jendela Johari Sumber: De Vito, 1997:37

Jendela Johari (Johari Window), jendela ini dibagi menjadi empat daerah atau kuadran yang berisi tentang diri (self) yang berbeda seperti pada gambar 2.3. Adapun penjelasan dari empat daerah tersebut (De Vito,1997:37) :

1) Daerah Terbuka (Open Self)

Daerah terbuka (open self) memiliki penjelasan mengenai semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Sebagai contohnya nama, warna kulit, dan jenis kelamin seseorang, sampai pada usia, keyakinan politik dan agama.

2) Daerah Buta (Blind Self)

Daerah buta (blind self) memiliki penjelasan mengenai informasi tentang diri sendiri yang diketahui orang lain tetapi diri sendiri tidak mengetahuinya.

Mengenal diri Tidak mengenal diri Diketahui

orang lain

Tidak diketahui orang lain

Daerah Terbuka

Daerah Buta

Daerah Tertutup

Daerah Gelap


(43)

3) Daerah Gelap (Unknown Self)

Daerah gelap (unknown self) adalah bagian dari diri sendiri yang tidak diketahui, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.

4) Daerah Tertutup (Hidden Self)

Daerah tertutup (hidden self) mengandung semua hal yang diri sendiri ketahui dan tentang orang lain tetapi hanya disimpan untuk diri sendiri.Ini adalah daerah tempat diri sendiri merahariakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan tentang orang lain.

2.2.6 Hierarki Kebutuhan Maslow

Konsep hierarki kebutuhan manusia ini diungkapkan oleh Abraham Harold Maslow dalam (Feist, 2010 : 331) yang mengatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan dasar yang dimiliki oleh manusia, lima kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif (conative needs), yang berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki sifat ataupun karakter mendorong ataupun memotivasi. Kebutuhan-kebutuhan manusia di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu, sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.

Kebutuhan-kebutuhan ini, yang sering disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar pada diri manusia. Kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan tersebut bagaikan anak tangga yang dinaiki manusia dari bawah keatas, setelah manusia memenuhi kebutuhan dasar pertama, maka manusia akan menaiki anak tangga yang lebih tinggi dari sebelumnya. Kebutuhan di level rendah tersebut mempunyai prapotensi atau kekuatan yang lebih besar dibandingkan kebutuhan kebutuhan di level lebih tinggi; dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan di level rendah ini harus terpenuhi atau cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi bisa aktif (Feist, 2010:331-332). Berikut merupakan penjelasan lima kebutuhan dasar Maslow tersebut:

1) Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis (Physiological needs) merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari setiap manusia. Kebutuhan fisiologis biasanya mencangkup


(44)

tubuh, dan lain sebagainya. Kebutuhan fisiologis memiliki kekuatan/pengaruh yang paling besar dari semua kebutuhan pada level yang lebih tinggi lainnya (Feist, 2010:332).

2) Kebutuhan Keamanan

Ketika seseorang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, mereka akan termotivasi dengan kebutuhan keamanan (safety needs), mencangkup keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam (Feist, 2010:333).

Gambar 2.4 Tangga Hierarki Kebutuhan Maslow 3) Kebutuhan Cinta dan Keberadaan

Setelah seseorang telah memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, ia akan menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan (love belongingness needs), seperti keinginan untuk memiliki teman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak; kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau Negara. Cinta dan Keberadaan meliputi beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk member dan mendapatkan cinta (Feist, 2010:334) .

4) Kebutuhan Penghargaan

Setelah seseorang telah memenuhi kebutuhan cinta dan keberadaan, mereka bebas untuk mengejar kebutuhan dan penghargaan (esteem needs), yang

Keterangan:

1. Kebutuhan Fisiologis 2. Kebutuhan Keamanan 3. Kebutuh Cinta dan Keberadaan 4. Kebutuhan Penghargaan 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

2

1 3

4 5


(45)

meliputi penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi (Feist, 2010:335) .

5) Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan akan aktualisasi diri meliputi pemenuhan diri, sadar akan semua kemampuan ataupun potensi yang ada pada dirinya dan keinginan untuk menjadi kreatif. Orang-orang yang mengaktualisasi diri pada umumnya dapat mempertahankan diri mereka, ketika mereka dimaki, ditolak ataupun diremehkan oleh orang lain(Feist, 2010:335) .


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi dengan kata lain adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang dari yang sangat objektif sehingga sangat subjektif, maka metodologi pun sebenarnya merupakan suatu rentang juga dari yang sangat kuantitatif (objektif) hingga yang sangat kualitatif (subjektif) (Mulyana, 2001: 145-146). Metode penelitian dalam (Sugiyono, 2012: 2) merupakan cara ilmiah yang bersifat rasional atau cara yang masuk akal, empiris ataupun yang orang lain selain peneliti dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan dan sistematis ataupun menggunakan langkah yang bersifat logis yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data, dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualiatif merupakan metode baru yang memiliki popularitas belum lama, metode ini dilandaskan oleh filsafat postpositivisme yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan gejala yang bersifat interaktif. Proses dalam penelitian kualitatif bersifat artistik ataupun kurang terpola dan memiliki data hasil yang menginterprestasikan data yang ditemukan dilapangan (Sugiyono, 2012: 7).

Penelitian kualitatif dalam (Sugiyono, 2012: 8, 10, 11 & 207) memiliki

instrument yaitu peneliti itu sendiri, dalam penelitian kualitatif peneliti diharapkan merupakan individu yang memiliki bekal teori serta wawasan yang luas, sehingga diharapkan mampu bertanya, menganalisis, memotret dan membangun situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna yang


(47)

nantinya dapat menjelaskan fenomena atau gejala dari suatu objek yang sifatnya tunggal dan parsial. Hubungan peneliti dengan sumber data haruslah interaktif sehingga diharapkan peneliti memperoleh makna, dalam hal ini peneliti kualitatif haruslah mengenal betul orang yang ditelitinya sehingga mendapat mempermudah dalam memperoleh data. Fenomena atau gejala dalam penelitian kualitatif bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisahkan) dan meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1995:63).

Dimana metode penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif ini, diharapkan mendapatkan data hasil yang nantinya akan diinterprestasikan oleh peneliti, data tersebut merupakan yang ditemukan oleh peneliti dilapangan. Peneliti diharapkan dapat menggambarkan suatu keadaan atau suatu peristiwa baik subjek maupun objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dalam hal ini pengungkapan diri di kehidupan mahasiswa melalui media sosial khususnya media sosial yang menjadi objek dalam penelitian ini.

3.2 Objek Penelitian

Adapun objek dari penelitian ini adalah pengungkapan diri yang dilakukan di dalam media sosial Path. Dimana media sosial Path ini diaplikasikan di dalam perangkat lunak seperti Android dan iOs.

3.3 Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini merupakan Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Metode ataupun cara peneliti dalam memperoleh subjek penelitian (disebut dalam penelitian kualitatif yaitu informan) dalam penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling dipadukan dengan


(48)

sampling dalam (Sugiyono, 2012: 85) yakni teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu. Purposive sampling memilih informan dengan cara memberi kriteria-kriteria tertentu yang menjadikan ukuran seseorang layak menjadi informan dalam penelitian ini..

Adapun kriteria informan yaitu:

1. Mahasiswa program studi Ilmu Komputer yang tergabung dalam Fakultas Ilmu Komputer dan Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara.

2. Merupakan mahasiswa yang mempunyai akun Path.

3. Merupakan mahasiswa yang menggunakan Path di dalam kehidupan bersosial media.

Snowballing sampling yakni cara peneliti memperoleh informan dengan menggunakan metode snowballing sampling dalam (Sugiyono, 2012: 85) ibarat boa salju yang awalnya kecil yang menggelinding dan lama-lama membentuk bola salju yang besar ataupun yang peneliti ibaratkan seperti lari estafet, yaitu informan pertama menunjuk kepada peneliti informan kedua yang paham tentang objek penelitian, begitu pula seterusnya informan yang di wawancarai di minta untuk menunjuk informan lain yang dapat diwawancarai sampai data memiliki titik jenuh.

Memperoleh informan dengan cara snowballing sampling digunakan apabila peneliti tak tahu siapa yang memahami informasi objek penelitian. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti (Bungin, 2010: 77):

1. Menemukan gatekeeper . Gatekeeper adalah siapapun orang pertama yang dapat menerimanya di lokasi penelitian yang dapat membantu member petunjuk siapa yang dapat diwawancarai oleh peneliti.

2. Gatekeeper bisa merupakan orang yang pertama kali diwawancarai ataupun orang yang lebih paham tentang objek penelitian.

3. Peneliti meminta informan menunjuk orang lain berikutnya yang dapat diwawancarai.

4. Terus menerus seperti estafet peneliti meminta informan menunjuk orang lain yang dapat diwawancarai sampai data jenuh.


(1)

216. Mengapa saudara menggunakan media sosial Path?

- Karena path lebih privacy, selain lebih privacy sarananya juga lengkap jadi seneng aja makenya kak.

217. Menurut pendapat saudara, apakah perbedaan media sosial Path dengan media sosial lain yang saudara gunakan?

- Media sosial lainkan semua orang bisa lihat, kalau path ibaratnya rumah.Path itu orang orang yang bisa masuk kedalam rumah kalau twitter ibaratnya orang yang bisa masuk sampai halaman saja kak lebih privacy kalau di path itu kak. Kalau orang yang boleh masuk kerumah itukan biasanya orang-orang yang kenal saja kak, gak sembarang orang yang boleh masuk kedalam rumah.

218. Seberapa seringkah saudara menggunakan media sosial Path? - Dulu sering, cumin karena sekarang jadwal kuliahnya cukup padat

jadinya udah sedikit berkurang bukaknya malem atau pagi aja kak. 219. Menurut pendapat saudara bagaimana privacy di dalam media

sosial Path itu sendiri?

- Sebenernya bagus, soalnya kak gak semua orang bisa liat kita. Lebih aman aja ngoceh di Path.

Topik pengungkapan diri

220. Moment yang bagaimanakah yang akan saudara posting melalui media sosial Path? Berikan alasannya mengapa saudara memposting moment tersebut

o Clue  Moment: Foto , Video , Lokasi , Music-Film, Status, Bangun – Tidur.

- Musik sama lokasi, tapi semua fitur Path sering ku pakai kok kak. Status juga, kalau musik lebih berarti untuk mewakili isi hati. Kepingin di perhatiin orang sih kak sebenernya.

221. Setiap saudara berkunjung disuatu tempat, apakah saudara posting di Path?

o Tempat yang bagaimana memiliki kriteria untuk saudara posting di Path?


(2)

- Sebenernya tergantung kalau lagi mood posting ya posting, kalau lagi gak mood ya gak diposting, kayak kampus tempat makan. Gak semua tempat makan kalau lagi mood ya diposting.Gak ada karakteristik tempat yang gimana kali sih kak. Kalau tempatnya nyaman untuk buka handphone di posting kalau enggak ya enggak.

222. Dalam menerima pertemanan Path, bagaimana kriteria orang yang saudara terima sebagai teman Path?

- Yang betul-betul deket yang uda tau orangnya, kalau misalnya orang itugak dikenal gak mau diterima kak. Karena kan tujuan path itu kan untuk privacy untuk pribadi jadi masak yang gak dikenal jugak dikasi tau

223. Bagaimana menurut saudara tentang pertemanan di Path? - Enak lebih privacy kak.

o Seluruh teman /followers saudara, merupakan orang yang saudara kenal di dalam kehidupan nyata?

- Keluarga, sahabat, teman dan gak ada yang gak dikenal

o Apakah semua teman/followers saudara merupakan orang yang aktif dalam Path?

- Gak semuanya kak, tapi adalah lumayan rame juga kok yang sering posting-posting atau yang comment-comment-an sama aku

224. Dalam berinteraksi di Path, topik/hal apa sajakah yang saudara posting di Path?

- Kalau ngeluh marah-marah pernah, galau galau biasanya kalau malam aja kak.

Tentang kuliah, keadaan yang ku alami, kegalauan percintaan, puisi.

225. Alasan sering curhat di Path itu kenapa sih?

- Pingin diperhatiin sih kak sebenernya sama teman-teman yang di Path


(3)

- Kadang ada kak, kalau udah berlebihan kali. Misalnya

marah-marahnya kelewatan atau emosi yang gak kekontrol buat aku posting aneh-aneh. Tapi tetap aja dibuat lagi kak.

227. Efek curhat di diri?

- Kadang lega jugak kak, udah ngelampiasin emosi

228. Efek curhat di lingkungan? Sering gak diejekin gara-gara curhat? - Ada sih kak, kadang malu juga di lece-lece gitu di ejek ataupun di

senyumin sama teman kampus tapi itu sama teman dekat aja sih kak yang ngejek2 gitu jadinya gak bisa marah juga.Tapi tetap aja kak, besok-besok ku buat lagi kayak gitu.

• Kenapa sih awalnya berani curhat di Path?

- Ya, liat orang posting di timeline kayak gitu terus kan gak ada ruginya juga makanya diposting

• Kalau posting di Path siapa sih yang jadi sasaran curhatmu itu?

• Tergantung situasi kak, kadang emang buat seseorang kadang cuma buat dilihat orang lain

• Kalau posting Path dishare gak ke media sosial lain? • Tergantung isinya kak, kadang diposting kadang enggak. • Awal pake Path sama sekarang apa dalam cara posting

moment-nya?

- Awal-awal aku cuma pake fitur-fiturnya kak, tapi kalau dibandingi yang dulu baru pake sama sekarang ini uda ada curhat-curhat juga

• Kalau curhat di Path detail gak sih isi pesan di status yang kamu posting itu?

- Gak terlalu kak, kadang cuma kode aja dia nyindir halus. • Apakah hal yang saudara posting dalam Path tersebut

merupakan perwakilan perasaan yang saudara rasakan/fikirkan sebenarnya dari dalam diri? - Iya kak


(4)

• Dan setiap memposting hal tersebut apakah saudara mendapatkan komentar oleh teman/followers di Path? (Dalam bentuk apa?)

- Kadang kadang kak tergantung sih, kadang di komen kadang enggak atau cuma di kasi emot aja


(5)

(6)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No.1 Telp. (061) 8217168

No. TGL. PERTEMUAN PEMBAHASAN Paraf Pembimbing 1. 22 Februari 2013 Revisi seminar

proposal

2. 15 Maret 2013 BAB I

3. 22 Maret 2013 BAB I

4. 3 April 2013 BAB I - II

5. 10 April 2013 BAB I - II - III

6. 17 April 2013 Pedoman Wawancara

7. 14 Mei 2013 Pedoman Wawancara

8. 14 Juni 2013 BAB I

9. 21 Juni 2013 BAB II

10. 4 Juli 2013 Transkrip Wawancara, BAB II, BAB III dan

BAB IV

11. 15 Juli 2013 BAB II dan BAB IV

12. 1 Agustus 2013 BAB II, dan BAB V 13. 17 Agustus 2013 BAB I-II- III-IV-V


Dokumen yang terkait

Penggunaan media sosial (facebook dan twitter)terkait dengan pencarian informasi kesehatan oleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

16 108 100

Opini Siswa Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial (Studi Deskriptif Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial)

7 59 106

Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku Seks Pada Pelajar Raksana 1 Medan Tahun 2014

29 128 112

Konsep Diri Mahasiswa dalam Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam Media Sosial Instagram)

6 40 132

KONSEP DIRI PENGGUNA AKTIF JEJARING SOSIAL PATH (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Santo Bellarminus Bekasi Sebagai Pengguna Aktif Jejaring Sosial Path).

0 3 15

KONSEP DIRI PENGGUNA AKTIF JEJARING SOSIAL PATH KONSEP DIRI PENGGUNA AKTIF JEJARING SOSIAL PATH (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Santo Bellarminus Bekasi Sebagai Pengguna Aktif Jejaring Sosial Path).

0 3 14

MEDIA SOSIAL PATH DAN PENCITRAAN DIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pencitraan Diri Para Pengguna Media Sosial Path di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler FISIP UNS Angkatan 2014).

0 0 1

Path Dan Pengungkapan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

0 0 37

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Paradigma Kajian - Path Dan Pengungkapan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Path Dan Pengungkapan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

0 0 10