merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi misalnya, strain
E.coli yang menghasilkan antigen K1 sering ditemukan pada meningitis neonatal Brooks et al, 2008.
Klebsiella membentuk kapsul besar
yang mengandung polisakarida antigen K yang menutupi antigen somatik O atau H dan
dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik. Infeksi saluran napas pada manusia terutama
disebabkan oleh kapsular tipe 1 dan 2, sementara infeksi saluran kemih disebabkan oleh tipe 8,9,10, dan 24 Brooks et al, 2008.
Antigen H terdapat di flagela dan didenaturasi atau dirusak oleh panas atau alkohol. Antigen ini dipertahankan dengan memberikan
formalin pada varian bakteri yang motil. Antigen H seperti ini akan beraglutinasi dengan antibodi anti-H, terutama IgG. Penentu dalam antigen
H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel flagelin Brooks et al, 2008.
Gambar 2.1. Struktur antigenik pada Enterobacteriaceae Brooks et al, 2008
2.2 Resistensi bakteri terhadap antibiotik
Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotik terjadi melalui 3 mekanisme Setiabudy, 2009:
a. Obat tidak mencapai tempat kerjanya di dalam sel bakteri
Universitas Sumatera Utara
Pada bakteri gram negatif, molekul antibiotik yang kecil dan polar dapat menembus dinding luar dan masuk ke dalam sel melalui lubang-lubang
kecil yang disebut porin. Bila porin menghilang atau mengalami mutasi maka masuknya antibiotik ini akan terganggu. Mekanisme lain adalah
bakteri mengurangi mekanisme transport aktif yang memasukkan antibiotik ke dalam bakteri misalnya gentamisin. Selain itu ada juga
mekanisme berupa bakteri mengaktifkan pompa keluaran efflux untuk membuang antibiotik yang ada dalam sel misalnya tetrasiklin.
b. Inaktivasi obat Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap
golongan aminoglikosida dan beta-laktam karena bakteri mampu membuat enzim yang dapat merusak kedua golongan antibiotik tersebut.
c. Bakteri mengubah tempat ikatan binding site antibiotik Mekanisme ini terlihat pada S. aureus yang resisten terhadap metisilin
Methicillin-Resistant Staphylococcus AureusMRSA. Bakteri ini mengubah penicillin binding protein sehingga afinitasnya menurun
terhadap metisilin dan antibiotik beta laktam lainnya. Penyebaran resistensi pada bakteri dapat terjadi secara vertikal
diturunkan ke generasi berikutnya tetapi yang lebih yang sering adalah secara horizontal atau sel donor. Dilihat dari segi bagaimana resistensi
dipindahkan maka dapat dibedakan dalam 4 cara, yaitu Setiabudy, 2009: a. Mutasi
Proses ini terjadi secara spontan,acak dan tidak tergantung dari ada atau tidaknya paparan antibiotik. Mutasi terjadi akibat perubahan pada gen
mikroba mengubah binding site antibiotik, protein transport, protein yang mengaktifkan obat, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Transduksi Adalah kejadian dimana suatu bakteri menjadi resisten karena mendapat
DNA dari bakteriofag virus yang menyerang bakteri yang membawa DNA dari bakeri lain yang memilki gen resisten terhadap antibiotik
tertentu. Bakteri yang sering mentransfer resistensi dengan cara ini adalah S. aureus.
c. Transformasi Transfer resistensi terjadi karena antibiotik mengambil DNA bebas
yang membawa sifat resisten dari sekitarnya. Transformasi sering menjadi transfer resistensi terhadap penisilin pada Pneumococcus dan
Neisseria. d. Konjugasi
Resistensi terjadi secara langsung antara 2 bakteri dengan suatu “jembatan” yang disebut pilus seks. Konjugasi adalah mekanisme
transfer resistensi yang dapat terjadi pada dua bakteri dengan spesies yang berbeda. Transfer resisteni dengan cara konjugasi lazim terjadi
antara bakteri gram negatif. Sifat resisteni dibawa oleh plasmid. Faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi bakteri
terhadap antibiotik di klinik adalah Setiabudy, 2009: penggunaan antibiotik yang sering, penggunaan antibiotik yang irasional, penggunaan
antibiotik baru yang berlebihan, dan penggunaan antibiotik untuk jangka waktu lama.
2.3 Extended Spectrum Beta-Lactamase ESBL