commit to user
I-4
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, manfaat penelitian, perumusan masalah, asumsi-asumsi, sistematika penulisan yang dipergunakan
dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat uraian konsep, teori dan fakta serta studi sejenis sebelumnya yang mendukung penelitian. Sumber pustaka dapat
diambil dari buku, jurnal ilmiah, seminar, majalah, surat kabar, dan lain-lain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flow chart
dan tiap tahapnya dijelaskan secara singkat, padat dan jelas.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menjelaskan proses pengumpulan dan validasi data-data, baik data primer langsung atau data sekunder tidak langsung dan
menjelaskan proses pengolahan data.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini berisi uraian analisis dan interpretasi hasil pengolahan data serta validasi hasil terhadap lingkungan penelitian nyata real word
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan serta saran-saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini.
commit to user II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas konsep, teori dan fakta yang digunakan dalam penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa
permasalahan yang ada serta penelitian sejenis yang pernah dilakukan.
2.1 Perilaku Konsumen
Beberapa ahli mendefinisikan perilaku konsumen. Kotler 1997 menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen memilih,
membeli dan memanfaatkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Menurut Engel, et al 2003, perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi serta
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Sedangkan Hawkins, et al 2001 berpendapat bahwa
perilaku konsumen merupakan studi mengenai individu, kelompok, dan organisasi serta proses mereka ketika menyeleksi, menggunakan dan menghabiskan produk,
jasa, pengelolaan atau ide untuk memuaskan kebutuhan. Sumarwan 2003 menarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah
semua kegiatan, tindakan, proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan
produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Perilaku konsumen merupakan hal kompleks dan dipengaruhi banyak
faktor. Pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus benar- benar dirancang dengan baik dengan memperhatikan faktor-faktor perilaku
konsumen tersebut Kotler, 1997. Beberapa sifat dari perilaku konsumen yaitu:
1. Consumer Behavior Is Dynamic Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan
aksi dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian
menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang
commit to user II-2
sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu perusahaan harus
senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih konsumennya.
2. Consumer Behavior Involves Interactions Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan
tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen semakin
baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen.
3. Consumer Behavior Involves Exchange
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai
gantinya.
2.1.1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Konsumen akan melalui beberapa tahapan dalam melakukan tindakan pembelian sampai akhirnya konsumen memutuskan apakah ia akan membeli atau
tidak. Menurut Kotler 2008, ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Secara skematik, tahapan
tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses keputusan pembelian konsumen
Sumber: Kotler, 2008
Model ini menekankan proses pembelian sejak sebelum pembelian sampai setelah pembelian. Setiap konsumen akan melewati kelima tahap ini untuk setiap
pembelian yang mereka buat. Konsumen membalik tahap-tahap tersebut pada pembelian yang lebih rutin. Uraian mengenai proses keputusan pembelian
dijelaskan dibawah ini :
commit to user II-3
1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Menurut Kotler 2007, kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus, baik internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang
timbul dari dalam diri seperti lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan stimulus eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan karena dorongan eksternal.
Sedangkan menurut Engel, et al 2003, pengenalan kebutuhan pada akhirnya bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan
aktual situasi konsumen sekarang dengan keadaan yang diinginkan. Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, maka kebutuhan
akan dikenali. 2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Menurut Engel, et al 2003, konsumen akan
mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya pencarian internal atau melakukan pengumpulan informasi dari lingkungan sekitarnya pencarian
eksternal. Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan. Apabila pencarian
internal tidak mencukupi, maka konsumen memutuskan untuk mencari informasi tambahan melalui pencarian eksternal dari lingkungan.
3. Evaluasi Alternatif Menurut Engel et, al 2003, tahap ini didefinisikan sebagai proses dimana
suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk memilih alternatif, konsumen akan menggunakan beberapa
kriteria evaluasi yang berbeda, misalnya nama, merek, asal produk dan sebagainya. Dengan kriteria tersebut konsumen akan memilih salah satu dari
beberapa alternatif yang ada. Sedangkan menurut Kotler 2007, proses evaluasi konsumen adalah proses yang berorientasi kognitif, yaitu mereka
menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk terutama berdasarkan kesadaran dan rasional. Beberapa konsep dasar dalam memahami
proses evaluasi konsumen yaitu pertama konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan, kedua konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk dan
commit to user II-4
ketiga konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan. 4. Keputusan Pembelian
Pembelian menurut Engel, et al 2003, yaitu suatu proses keputusan konsumen apabila memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti dapat diterima bila
perlu. Menurut Kotler 2007, dalam tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Selanjutnya konsumen
membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi antara niat pembelian dan keputusan
pembelian gambar 2.2. Faktor pertama adalah faktor sikap atau pendirian orang lain. Faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai konsumen dan
motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan
konsumen, maka
konsumen akan
semakin menyesuaikan
maksud pembeliannya. Faktor kedua yang dapat mempengaruhi niat pembelian dan
keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi. Adanya faktor ini akan dapat mengubah rencana pembelian suatu produk yang akan
dilakukan konsumen.
Gambar 2.2 Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan
pembelian
Sumber: Kotler, 2008
5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan tertentu Kotler, 2007. Sehingga tugas pemasar tidak
commit to user II-5
cukup berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Dalam hal ini pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,
tindakan pasca pembelian dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian. Menurut Mowen dan Minor 1998, kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai
keseluruhan sikap konsumen yang didapatkan dari barang dan jasa setelah mereka menggunakannya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas
pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komentar negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Hal ini
merupakan suatu upaya untuk mempertahankan pelanggan yang menjadi unsur penting dalam strategi pemasaran.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Mempelajari dan menganalisis perilaku konsumen bukanlah suatu yang mudah dilakukan karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling
berinteraksi satu sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan membeli dan mengkonsumsi suatu produk tertentu adalah
kebudayaan, sosial, personal dan psikologikal Kotler, 2008, yang dapat dilihat pada gambar 2.3.
Budaya Budaya
Sosial Kelompok
referensi Pribadi
Usia Psikologis
Subbudaya Keluarga
Tahap siklus hidup Motivasi
Pekerjaan Persepsi
Situasi Ekonomi Pembelajaran Pembeli
Kelas sosial
Peran dan status Gaya hidup
Kepercayaan Kepribadian
Sikap Konsep diri
Gambar 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Sumber: Kotler, 2008
Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. Dengan kata lain, ada faktor yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor
lain kurang bepengaruh. Contoh, pilihan wanita terhadap lipstik kurang dipengaruhi oleh keluarga, yang mungkin berpengaruh adalah faktor sosial lain,
misalnya lingkungan pergaulan. Contoh lain, dalam menentukan tempat kuliah,
commit to user II-6
faktor keluargalah yang paling berpengaruh. Faktor kebudayaan kecil pengaruhnya Simamora, 2002.
A. Faktor Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor yang berpengaruh paling luas dan mendalam
pada perilaku konsumen. Yang termasuk ke dalam faktor kebudayaan adalah budaya suatu simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan manusia dan
diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada, sub budaya ciri sosialisasi yang khas
bagi masing-masing anggotanya yaitu bangsa, ras, geografi, dan kelas sosial kelas dimana orang tersebut berada, dimana kesemuanya turut
mempengaruhi perilaku konsumen. 1. Budaya
Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar. Makhluk paling rendah biasanya dituntun oleh naluri. Sedangkan
manusia, perilaku biasanya dipelajari dri lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada
daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada dilingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat
pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen.
2. Sub Budaya Budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil
yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya atau sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan
pengalaman hidup dan situasi yang umum. Sub budaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Seperti
kelompok kebangsaan yang bertempat tinggal disuatu daerah mempunyai cita rasa dan minat etnik yang khas. Demikian pula halnya dengan
kelompok keagamaan. Daerah geografi adalah daerah subbudaya tersendiri. Banyaknya subbudaya ini merupakan segmen yang penting dan
pemasar sering menemukan manfaat dengan merancang produk yang disesuaikan dengan kebutuhan subbudaya tersebut.
commit to user II-7
3. Kelas Sosial Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen dan
teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya ditentukan hanya oleh satu
faktor, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa
sistem sosial, anggota kelas yang berbeda memegang peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Kelas sosial juga
memperlihatkan preferensi produk dan merk yang berbeda. B. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti referensi keluarga, peranan, dan status sosial konsumen.
1. Kelompok referensi Perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.
Kelompok yang berpengaruh langsung dan dimana seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya, kelompok
referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung berhadapan atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku
seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok referensi dimana ia tidak
menjadi anggotanya.
Pemasar dalam
hal ini
berupaya mengidentifikasikan kelompok referensi dari pasar sasarannya. Kelompok
ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup. Mereka dapat mempengaruhi pilihan produk dan merk yang akan dipilih seseorang
2. Keluarga Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga orientasi adalah keluarga yang terdiri dari orang tua
yang memberikan arah dalam hal tuntutan agama, politik ekonomi dan harga diri.
3. Peran dan Status Seseorang dapat menjadi anggota banyak kelompok seperti keluarga, klub,
dan organisasi. Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat
commit to user II-8
didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya.
Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih
produk sesuai dengan perandan status mereka. C. Faktor Personal
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor personal seperti umur dan siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan
konsep diri. 1. Umur dan Siklus Hidup
Orang akan mengubah barang atau jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan meraka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai
dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga pemasar hendaknya mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang
sesuai untuk setiap tahap itu. 2. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasikan kelompok yang
berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk mereka.
3. Kondisi Ekonomi Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar
barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan dapat memperhatikan gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Jika indikator
ekonomi menunjukka resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk
produk mereka secara seksama. 4. Gaya Hidup
Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya. Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi utama pelanggan yaitu
commit to user II-9
kegiatan, minat dan pendapatnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup
menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup data membantu
pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian.
5. Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku
pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi,
kemampuan bersosialisasi, dan sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merk
tertentu. D. Faktor Psikologis
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti motivasi, persepsi, proses belajar, sikap dan kepercayaan.
1. Motivasi Sesorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya dalah
kebutuhan biologis, timbul dari dorongan tertentu seperti rasa lapar, haus dan ketidaknyamanan. Kebutuhan lainya adalah kebutuhan psikologis,
timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas
yang kuat. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan.
2. Persepsi Seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana seseorang itu
akan bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin
bertindak secara berbeda karena perbedaan persepsi meraka terhadap situasi ini. Persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengatur dan
commit to user II-10
menginterpretasikan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
3. Proses Belajar Proses belajar menjelaskan perubahan alam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil proses belajar. Secara teori pembelajaran seseorang dihasilkan melalui
dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan. Para pemasar dapat membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya
dengan dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi dan memberikan penguatan positif.
4. Sikap dan Kepercayaan Dengan melalui proses belajar, seseorang akan mempunyai sikap dan
kepercayaan tertentu. Sikap adalah kesiapan mental yang diorganisasikan melalui pengalaman dan memiliki pengaruh tertentu pada tanggapan
seseorang terhadap suatu objek dan situasi yang berhubungan dengannya. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk akan terbentuk melalui
sikap positif terhadap produk, yang didukung dengan adanya pengenalan dan pemahaman yang baik terhadap produk tersebut. Selain itu,
kepercayaan terhadap produk juga dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang diperoleh konsumen. Kepercayaan terhadap produk akan membawa
konsumen tetap
membeli atau
menggunakan produk
tersebut Simamora, 2002.
2.2 Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji
2.2.1 Pengertian Minyak Tanah dan Gas Elpiji
Minyak tanah yang sering digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak atau penerangan merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna, tidak
larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Minyak tanah termasuk dalam golongan petroleum terdestilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79, titik didih
163 C – 204
C, dan titik beku 54 C.
Liquefied Petroleum Gas LPG merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak dan kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane C
3
H
8
dan
commit to user II-11
butana C
4
H
12
yang dicairkan. Elpiji lebih berat dari udara dengan berat jenis sekitar 2,01, tekanan uap elpiji cair dalam tabung sekitar 5,0 – 6,2 Kg Cm
2
. 2.2.2
Pengertian Konversi Tanah Ke Gas Elpiji
Konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah sebuah transisi perubahan pemakaian energi dari yang semula menggunakan minyak tanah sebagai bahan
bakar utama kini menggunakan gas elpji. Program ini mulai disosialisasikan oleh pemerintah pada pertengahan tahun 2006. Program ini diluncurkan dengan tujuan
selain untuk menghemat anggaran pemerintah, juga untuk menghemat pengeluaran keluarga dan rumah tangga.
Ada beberapa pengertian konversi minyak tanah yang diungkapkan oleh beberapa tokoh ekonomi yang sekilas tampak berbeda, namun sebenarnya
memiliki inti yang sama. Menurut Anggito Abimanyu, Kepala Badan Fiskal BKF Departemen
Keuangan, mengungkapkan bahwa : “Konversi minyak tanah merupakan upaya mengerem peningkatan konsumsi
bahan bakar minyak bersubsidi melalui penyediaan tabung gas dan sosialisasi.” Pendapat tersebut serupa dengan yang disampaikan oleh Fadhil Hasan,
Ekonomi Senior Indef ini mengungkapkan bahwa : “Program konversi minyak tanah menjadi elpiji merupakan upaya pemerintah
untuk mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak sehingga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.”
Sedangkan menurut Pertamina sebagai salah satu pihak yang ditunjuk pemerintah dalam pelaksanaan program konversi minyak tanah ke elpiji
mengungkapkan bahwa : “Program konversi minyak tanah ke gas elpiji merupakan program pemerintah
yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak tanah ke elpiji. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung
elpiji beserta isinya, kompor gas dan aksesorinya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah.”
Tidak banyak ahli atau pakar yang mengungkapkan definisi konversi minyak tanah ke elpiji, namun dari tiga pendapat yang diuraikan tersebut dapat
dikatakan bahwa pada intinya konversi minyak tanah ke elpiji merupakan
commit to user II-12
program yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya untuk menghemat bahan baker bersubsidi melalui penggunaan gas elpiji yang dinilai lebih irit.
2.2.3 Alasan Dilakukannya Prrogram Konversi Minyak Tanah Ke elpiji
Beberapa hal yang menjadi alasan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang program konversi minyak tanah antara lain :
1. Subsidi elpiji lebih rendah daripada subsidi minyak tanah. 2. Elpiji lebih sulit dioplos dan disalahgunakan.
3. Elpiji lebih bersih daripada minyak tanah, sehingga dapat mengurangi tingkat polusi udara.
4. Subsidi elpiji sudah berhasil diterapkan di negara –negara lain seperti India dan Brasil.
5. Pelaksana program konversi minyak tanah ke elpiji. Pemerintah menunjuk beberapa pihak atau instansi sebagai pelaksana
program konversi minyak tanah ke elpiji, sehingga program tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan pemerintah, pihak atau instansi yang ditunjuk oleh
pemerintah tersebut, yaitu : 1. Kementrian Negara Koperasi dan UKM KUKM
Instansi ini bertugas mengadakan kompor dan aksesorinya berupa regulator dan selang serta mendistribusikannya bersama tabung dari pertamina.
2. PT. Pertamina Persero Pertamina dalam program ini bertugas untuk :
a. Menyediakan tabung elpiji 3 kg untuk perdana ditambah kebutuhan tabung untuk rolling.
b. Menyediakan gas elpiji 3 kg sebagai pengganti minyak tanah. c. Mempersiapkan infrastruktur dan jalur distribusinya.
3. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Instansi ini bertugas untuk melakukan sosialisasi program peralihan
penggunaan minyak tanah ke elpiji.
2.2.4 Sasaran Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji
1. Rumah tangga Rumah tangga yang berhak menerima paket elpiji 3 kg beserta kelengkapannya
harus memenuhi persyaratan persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
commit to user II-13
a. Ibu rumah tangga b. Pengguna minyak tanah murni
c. Kelas sosial C1 ke bawah Pengeluaran konsumsi 1,5 juta bulan d. Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat
keterangan dari kelurahan setempat. 2. Usaha Mikro
Usaha mikro yang berhak menerima paket elpiji 3 kg beserta kelengkapannya harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
a. Usaha mikro tersebut merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan baker memasak dalam usahanya.
b. Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat.
c. Melampirkan surat keterangan usaha dari kelurahan setempat.
2.2.5 Dasar Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Elpiji
1. Surat Menteri ESDM, No. 324926mem2006, tanggal 31 Agustus 2006. Perihal: Hasil rapat Koordinasi Terbatas yang dipimpin oleh Wakil Presiden
mengenai diversifikasi minyak tanah ke elpiji pertamina dituntut untuk melaksanakan konversi minyak tanah ke elpiji bagi konsumen rumah tangga.
2. Surat Wakil Presiden RI No. 20WP92006, tanggal 1 September 2006. Perihal: Konversi pemakaian minyak tanah ke elpiji.
2.3 Teknik Sampling
Dalam suatu penelitian, jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti, disebut populasi. Secara ideal, sebaiknya kita meneliti seluruh
anggota populasi. Akan tetapi, seringkali populasi penelitian sangat besar sehingga tidak mungkin untuk diteliti seluruhnya dengan waktu, biaya dan tenaga
yang tersedia. Dalam keadaan demikian, maka penelitian dilakukan terhadap sampel, yaitu sebagian dari populasi yang telah memenuhi kriteria untuk diteliti.
Keuntungan dari teknik sampling antara lain mengurangi biaya, mempercepat waktu
penelitian dan
dapat memperbesar
ruang lingkup
penelitian Singarimbun, 1995.
commit to user II-14
2.3.1 Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel
Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono, 1997. Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara jelas yaitu yang berkenaan dengan
besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diketahuinya ukuran populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya ukuran
sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi. Terdapat banyak rumus dalam menentukan ukuran sampel
diantaranya, rumus empiris oleh Issac dan Michael Sukardi, 2004, rumus Slovin Umar, 2004 dan Taro Yamane Rahmat, 2001.
2.3.2 Teknik Pengambilan Sampling
Terdapat banyak cara untuk memperoleh sampel yang diperlukan dalam penelitian. Ada 2 macam metode pengambilan sampel Aaker, 1995 yaitu
pengambilan sampel secara acak probability sampling dan pengambilan sampel secara tidak acak nonprobability sampling.
A. Probability Sampling probability sampling adalah cara pengambilan sampling yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi, memiliki peluang yang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Pengambilan
sampel secara acak, terdiri dari: 1. Pengambilan sampel acak sederhana simple random sampling, adalah
sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh setiap unit penelitian untuk dipilih sebagai sampel sebesar nN, yakni ukuran sampel yang dikehendaki
dibagi dengan ukuran populasi. 2. Pengambilan sampel acak sistematis systematic sampling, adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari daftar
populasi dipilih sebagai sampel.
commit to user II-15
3. Pengambilan sampel acak terstratifikasi stratified sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian
anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini
dapat dilakukan berdasarkan cirikarakteristik tertentu dari populasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Pengambilan sampel kelompok cluster sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual melainkan
kelompok individual cluster berdasar cirikarakteristik tertentu. Selanjutnya dari cluster-cluster yang ada, dipilih satu cluster secara acak, kemudian
diambil sampel secara acak dari cluster terpilih ini. Hal ini dimungkinkan karena masing-masing cluster dianggap homogen sehingga tidak diperlukan
dilakukan pengambilan sampel pada semua cluster. 5. Pengambilan sampel secara bertahap double sampling, adalah suatu teknik
pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Tahap selanjutnya dilakukan
wawancara ulang dengan tambahan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail.
6. Pengambilan sampel berdasarkan wilayah area sampling. Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar
di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata
tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
1. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah Jawa Barat – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel Kabupaten?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?
3. Tentukan berapa
wilayah yang
akan dijadikan
sampel penelitiannya.
4. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
commit to user II-16
Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.
B. Non Probability Sampling Pengambilan sampel secara tidak acak non probability sampling adalah
metode sampling yang setiap anggota populasinya tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu
untuk terpilih tidak diketahui. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri dari: 1. Accidental sampling convenience sampling, adalah suatu teknik
pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang paling mudah diperoleh atau dijumpai.
2. Purposive sampling judgmental sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan sampel dilakukan dengan memilih orang-orang
yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 3. Quota sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel
diambil dari suatu sub populasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu dalam batasan jumlah atau kuota tertentu yang diinginkan.
4. Snowball sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel yang sangat sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri-ciri khusus yang sulit
dijangkau. Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai
rekan-rekan lain yang mempunyai kesamaan karakteristik yang dibutuhkan.
2.4 Metode Pengumpulan Data
Data dapat dikumpulkan dengan beberapa cara, dengan cara dan sumber yang berbeda. Metode pengumpulan data terdiri dari:
2.4.1 Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam in–depth interview adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
commit to user II-17
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden dan aloanamnesa wawancara dengan keluarga
responden. Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan
multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi
negatif.
2.4.2 Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang tempat, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran
tersebut. Bungin 2007 mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak
terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. 1. Observasi partisipasi participant observation adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam
keseharian responden. 2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu
objek.
commit to user II-18
3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol kondisi
dimana perilaku muncul, dan kualitas perilaku.
2.4.3 Kuesioner
Kuesioner adalah
suatu teknik
pengumpulan informasi
yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan
karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan
kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang
diekspresikan dalam suatu wawancara. a. Penggunaan kuesioner tepat bila :
1. Responden orang yang merespon atau menjawab pertanyaan saling berjauhan.
2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau
tidak menyetujui suatu fitur khusus dari sistem yang diajukan. 3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh
pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu. 4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa
diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut. b. Jenis pertanyaan dalam kuisoner
Perbedaaan pertanyaan dalam wawancara dengan pertanyaan dalam kuesioner adalah dalam wawancara memungkinkan adanya interaksi antara pertanyaan
dan artinya. Dalam wawancara analis memiliki peluang untuk menyaring suatu pertanyaan, menetapkan istilah-istilah yang belum jelas, mengubah arus
pertanyaan, memberi respons terhadap pandanmgan yang rumit dan umumnya bisa mengontrol agar sesuai dengan konteksnya. Beberapa diantara peluang-
peluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner. Jadi bagi penganalisis pertanyaan-pertanyaan harus benar-benar jelas, arus pertanyaan masuk akal,
commit to user II-19
pertanyaan-pertanyaan dari responden diantisipasi dan susunan pertanyaan direncanakan secara mendetail. Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner,
sebagai berikut: 1. Pertanyaan terbuka: pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan
respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa
diterjemahkan dengan benar. 2. Pertanyaan tertutup: pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup
pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden. c. Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk kuesioner
adalah sebagai berikut : 1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar kata-
katanya tetap sederhana. 2. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan dalam
pilihan kata-kata. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik. 3. Pertanyaan harus singkat.
4. Jangan memihak responden dengan berbicara kapada mereka dengan pilihan bahasa tingkat bawah.
5. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam pertanyaan –pertanyaan yang menyulitkan.
6. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat maksudnya orang-orang yang mampu merespons. Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
7. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat sebelum menggunakannya.
8. Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah tepat bagi responden.
d. Skala Dalam Kuesioner Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol
terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala
adalah sebagai berikut :
commit to user II-20
1. Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
2. Agar respoden memilih subjek kuesioner. Menurut Hair 1988 ada empat macam skala yang dapat digunakan, sebagai
berikut: 1. Nominal
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya
semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering
anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 = Basis Data, 4 = Program e-mail.
2. Ordinal Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan
dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu
kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya. 3. Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing- masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi
matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.
4. Rasio Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval
di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan.
e. Merancang Kuesioner Merancang formulir-formulir untuk input data sangat penting, demikian juga
merancang format
kuesioner juga
sangat penting
dalam rangka
mengumpulkan informasi mengenai sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik.
commit to user II-21
1. Format kuesioner sebaiknya adalah : a. Memberi ruang kosong secukupnya,
b. Menunjuk pada jarak kosong disekeliling teks halaman atau layar. Untuk meningkatkan tingkat respons gunakan kertas berwarna putih
atau sedikit lebih gelap, untuk rancangan survey web gunakan tampilan yang mudah diikuti, dan bila formulirnya berlanjut ke beberapa layar
lainya agar mudah menggulung kebagian lainnya. c. Memberi ruang yang cukup untuk respons,
d. Meminta responden menandai jawaban dengan lebih jelas. e. Menggunakan tujuan-tujuan untuk membantu menentukan format.
f. Konsisten dengan gaya. 2. Urutan Pertanyaan
Dalam mengurutkan pertanyaan perlu dipikirkan tujuan digunakannya kuesioner dan menentukan fungsi masing-masing pertanyaan dalam
membantu mencapai tujuan. a. Pertanyaan-pertanyaan mengenai pentingnya bagi responden untuk
terus, pertanyaan harus berkaitan dengan subjek yang dianggap responden penting.
b. Item-item cluster dari isi yang sama. c. Menggunakan tendensi asosiasi responden.
d. Kemukakan item yang tidak terlalu kontroversial terlebih dulu.
2.5 Pengujian Data
Sebelum melakukan pengolahan data, kuesioner yang disebarkan kepada para resonden diuji datanya, yang meliputi:
2.5.1 Uji validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
Azwar, 1997. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen ukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak
commit to user II-22
relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah.
Cara yang digunakan adalah dengan analisis item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan nilai total seluruh butir
pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment :
[ ]
[ ]
2 Y
2 Y
N 2
X 2
X N
Y X
XY N
r S
- S
× S
- S
S ×
S -
S =
Persamaan 2.1 Dimana :
r = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan N = jumlah responden
X = skor pertanyaan Y = skor total sampel
Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dianggap valid bila
memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek yang sama. Apabila dalam perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan pernyataan
tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya, karena kalimat yang kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda.
2.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan Singarimbun, 1995. Bila suatu
instrumen ukur dipakai dua kali – untuk mengukur konsep yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen ukur tersebut
reliabel. Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran Azwar, 1997.
Secara teoritis, besarnya koefisien korelasireliabilitas berkisar antara 0.00 – 1.00. Namun pada kenyataannya, koefisien 0.00 dan 1.00 tidak pernah
tercapai dalam pengukuran, karena konsistensi maupun ketidakkonsistensian yang sempurna tidak dapat terjadi dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan
sosial yang menggunakan manusia sebagai subjeknya, dimana dalam diri manusia
commit to user II-23
terdapat berbagai sumber eror yang sangat mempengaruhi kecermatan hasil pengukuran.
Reliabilitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha. Rumus untuk menghitung koefisien Cronbach’s Alpha adalah dengan
persamaan : ÷÷
ø ö
çç è
æ
S -
- =
t v
i v
n n
1 1
a
persamaan 2.2 dimana:
n =
jumlah variabelatribut v
i
= varians variabelatribut
v
t
= varians nilai total
2.5.3 Uji Outlier
Outlier adalah nilai ekstrim yang diperoleh untuk suatu variabel pada case tertentu. Pengertian ekstrim bukan merupakan ekstrim absolut tetapi ekstrim
relatif terhadap sebagian besar nilai-nilai lainnya untuk variabel yang sama. Outlier dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Outlier tipe 1, outlier yang terjadi karena kesalahan prosedur seperti kesalahan memasukkan datacoding. Outlier tipe 1 sedapat mungkin harus dihilangkan.
2. Outlier tipe 2, adalah outlier yang terjadi karena kejadian yan luar biasa, yaitu secara kebetulan terpilih nilai ekstrim. Outlier tipe 2 dapat dikeluarkan dari
sampel jika tidak diinginkan ada nilai ekstrim, tentunya dengan pertimbangan yang logis.
3. Outlier tipe 3, outlier yang terjadi karena kejadian yang luar biasa dimana nilai ekstrim tersebut tidak dapat dijelaskan atau secara nalar mesnya nilai akstrim
tersebut tidak pernah mucul bukan bagian populasi. Outlier tipe 3 harus segera dikeluarkan dari sampel karena tidak logis.
4. Outlier tipe 4, outlier dimana nilainya sendiri tidak ekstrim tetapi kombinasinya dengan nilai variabel-variabel lain menjadi aneh atau tidak
lumrah outlier multivariat. Jika kombinasi ini dipandang tidak wajar atau tidak logis, maka outlier tersebut harus di keluarkan dari sampel, tetapi jika
dianggap sebagai bagian dari populasi , maka outlier tersebut sebaiknya tetap diikutkan dalam sampel Hair, 1998.
commit to user II-24
Setelah mendapatkan deskritif dari data penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan standarisasi data z score, yang dirumuskan, sebagai berikut:
s X
x z
- =
persamaan 2.3
N x
x x
x X
N
+ +
+ +
=
-
....
3 2
1
persamaan 2.4
1
2 1
- -
=
å
N x
x s
persamaan 2.5 Keterangan:
z = nilai z score data
X =
nilai rata-rata σ
= standar deviasi x
= nilai data N
= jumlah data Evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score ini berada pada rentang
3 sampai dengan 4 Hair, dkk, 1995. Oleh karena itu kasus-kasus atau observasi-observasi yang mempunyai z-score 3,0 akan dikategorikan
outliers.
2.6 Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah semua metode statistik yang secara simultan menganalisis lebih dari dua variabel. Metode-metode analisis multivariat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu: 1. Metode dependence
Metode dependence adalah metode analisis multivariat yang jelas-jelas memisahkan antara variabel dependen dan variabel independen. Dalam
kelompok pertama ini, satu atau beberapa variabel diperlakukan sebagai variabel dependen sedangkan sisanya sebagai variabel independen. Yang
termasuk dalam kelompok dependen adalah multiple regression analysis, multiple discriminant analysis, logistic regression, multivariat analysis of
variance MANOVA, canonical correlation analysis dan structural equation modeling LISRELL.
commit to user II-25
2. Metode interdependence Metode interdependence adalah metode-metode analisis multivariat yang tidak
memisahkan variabel-variabel menjadi variabel independen dan variabel dependen. Dalam kelompok ini tidak ada istilah variabel independen dan
variabel dependen. Diantaranya adalah analisis faktor, cluster dan multidimentional scalling.
2.7 Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan teknik multivariate yang tujuan utamanya adalah untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik
yang dimiliki masing-masing objek Hair, et al, 1998. Berdasarkan kriteria tertentu, analisis cluster mengklarisifikasikan objek dapat berupa responden,
produk, atau entity sehingga setiap objek yang berada dalam satu grup akan bersifat saling memiliki kemiripan homogensimilar, sedangkan objek-objek
antar grup akan bersifat heterogen. Berdasarkan hal ini, analisis cluster akan berusaha meminimumkan variansi di dalam cluster within-cluster dan
memaksimumkan variansi antar grup between-cluster. Seperti halnya analisis faktor, pada analisis cluster tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau
tergantung, semua variabel diperhitungkan secara simultan. Salah satu sifat analisa cluster adalah ‘more an art than a science’
Hair, et al, 1998 sehingga dapat dengan mudah mengalami salah terap misapplied. Ukuran kesamaan atau logaritma yang berbeda dapat mempengaruhi
hasil. Untuk mengatasi hal ini, harus dilakukan analisis cluster berulang-ulang dengan menggunakan merode yang berbeda-beda sehingga dapat menemukan
pola tersembunyi dalam pengelompokan objek-objek yang ada. Menurut Hair, et al, 1998 langkah-langkah analisis cluster dapat dibagi dalam enam
tahap, yaitu: 1. Penentuan Tujuan Analisis
Tujuan analisis cluster ada tiga, yaitu taxonomy description yang merupakan analisis cluster dilakukan dengan tujuan eksplorasi exploratory purpose, yaitu
untuk mengklasifikasikan objek-objek kedalam beberapa grup. Data simplification adalah analisis cluster yang dilakukan untuk menyederhanakan
data, yaitu dengan mereduksi jumlah observasi bagi keperluan analisis
commit to user II-26
selanjutnya. Relationship identification yaitu analisis cluster yang dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kemiripan similarity dan perbedaan
differences 2. Penyusunan Desain Riset Analisis
Desain riset analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran kemiripan objek dan penstandarisasian data. Dalam pendeteksian outlier,
outlier dapat merubah struktur asli dan menghasilkan cluster yang tidak representatif terhadap struktur populasi yang sesungguhnya, oleh karena itu
pendeteksian terhadap outlier sangat diperlukan. Outlier dapat dideteksi dengan menggunakn grafik, dimana dari grafik tersebut dapat diketahui adanya objek-
objek yang mempunyai profil yang berbeda, yang ditunjukkan dari nilai yang sangat ekstrim pada satu atau beberapa variabel.
Pada analisis cluster, konsep kemiripan adalah sangat mendasar. Kemiripan interobjek adalah pengukuran kesesuaian atau kemiripan antara objek yang
akan dikelompokkan. Kemiripan interobjek dapat dilihat dari tiga ukuran, yaitu korelasi dan jarak untuk data metrik, serta asosiasi untuk data nonmetrik.
Untuk mengetahui kemiripan dapat dilihat dari koefisien korelasi antara pasangan objek. Korelasi yang tinggi mengindikasikan kemiripan, dan
sebaliknya korelasi yang rendah mengindikasikan perbedaan. Tetapi, pengukuran korelasi ini sangat jarang digunakan karena penekanan aplikasi
analisis cluster adalah pada jarak objek bukan pola nilainya. Pengukuran jarak berdasar kemiripan yang mewakili kemiripan sebagai
kedekatan observasi dengan yang lain. Pengukuran jarak sesungguhnya adalah pengukuran terhadap perbedaan, dimana semakin besar nilainya menunjukkan
semakin kurang kemiripannya. Jarak dikonversikan sebagai pengukuran kemiripan dengan menggunakan hubungan kebalikan. Pengukuran asosiasi
berdasar kemiripan digunakan untuk membandingkan objek yang termasuk data nonmetrik nominal dan ordinal. Pengukuran ini dapat menilai tingkat
kepercayaan atau kesesuaian antara pasangan responden. Sebelum proses penstandarisasian data dimulai, perlu ditentukan lebih
dahulu apakah data perlu distandarisasikan atau tidak. Pertimbangan antara lain kebanyakan pengukuran jarak sangat peka terhadap perbedaan skala atau
commit to user II-27
besarnya variabel. Variabel dengan standar deviasi yang besar mempunyai pengaruh yang lebih terhadap nilai akhir kemiripan dan bila dilihat melalui
grafik, tidak akan terlihat adanya perbedaan pada dimensi sehubungan dengan letaknya. Proses standarisasi dapat terbagi menjadi dua, yaitu standarisasi
variabel dan standarisasi observasiobjek. Standarisasi variabel adalah perubahan dari setiap variabel menjadi skor standar Z score dengan
mengurangi mean dan membaginya dengan standar deviasi setiap variabel. Standarisasi observasi dilakukan terhadap responden atau objek. Standarisasi
ini sangat diperlukan, jika clustering dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi kepentingan relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Menurut Dillon dalam proses clustering, teknik yang dapat dilakukan untuk pengukuran jarak, antara lain:
a. Interval 1.
Euclidian Distance DX,Y =
2
å
-
i i
Y X
persamaan 2.6 2.
Squared Euclidian Distance DX,Y =
2
å
-
i i
Y X
b. Frekuensi 1.
Chi Square DX,Y =
÷ ÷
ø ö
ç ç
è æ
- +
-
å å
i i
i i
i i
Y E
Y E
Y X
E X
E X
2 2
persamaan 2.7 c. Biner
1. Squared Euclidian Distance
DX,Y = b + c persamaan 2.8
2. Euclidian Distance
DX,Y =
c b
+
persamaan 2.9 3. Pengujian Asumsi
Analisis cluster tidak termasuk teknis statistik inferensia, dimana parameter analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi. Analisis
cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik. Syarat kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting karena
commit to user II-28
memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji. Adapun hal-hal yang perlu diuji adalah kerepresentatifan sampel dan multikolonieritas. Dalam
kepresentatifan sampel, sampel dikumpulkan dan cluster diperoleh dengan harapan dapat mewakili struktur populasi. Baik atau tidaknya analisis cluster
sangat tergantung pada seberapa representatif sampel, sehingga sampel harus diuji
kerepresentatifannya terlebih
dahulu. Sementara
itu, dalam
multikolonieritasan, variabel-variabel yang bersifat multikolonier secara implisit mempunyai bobot lebih besar. Multikolinieritasan bertindak ebagai
proses pembobotan yang berpengaruh pada analisis, sehingga variabel-variabel yang digunakan terlebih dahulu harus diuji tingkat multikolinieritasannya.
4. Pembentukan Cluster Partisi dan Penilaian Overall Fit Proses partisi partitioning dan penilaian overall fit dimulai setelah
variabel-variabel yang digunakan dipilih dan matriks korelasi dibentuk. Sebelum proses dimulai, harus dilakukan pemilihan algoritma pembentukan
cluster yang akan digunakan, dan penentuan berapa jumlah cluster yang akan dibentuk. Algoritma pembentukan cluster terdiri dari prosedur hirarki
hierarchical procedures dan prosedur non hirarki nonhierarchical procedures.
Teknik hirarki adalah teknik clustering yang membentuk konstruksi hirarki atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon. Jadi proses
pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Teknik hirarki terbagi menjadi dua, yaitu metode agglomeratif agglomerative methods dan
metode divisive divisive methods. Metode agglomeratif dimulai dengan pernyataan bahwa setiap objek membentuk clusternya masing-masing. Dua
objek dengan jarak terdekat bergabung, selanjutnya objek ketiga akan bergabung dengan cluster yang ada atau bersama objek yang lain membentuk
cluster yang lain membentuk cluster baru. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhitungkan jarak kedekatan antar objek. Proses akan terus berlanjut
hingga akhirnya terbentuk satu cluster yang terdiri dari keseluruhan objek. Sementara itu, metode divisif berlawanan dengan metode agglomeratif. Metode
dimulai dengan satu cluster besar yang mencaku semua observasi objek, kemudian objek yang memiliki ketidakmiripan besar dipisahkan sehingga
commit to user II-29
membentuk cluster yang lebih kecil, dan seterusnya untuk objek-objek yang tidak mirip lainnya. Proses pemisahan terus berlanjut hingga setiap obsevasi
adalah cluster bagi dirinya sendiri. Sementara itu, prosedur nonhirarki tidak melibatkan proses pembentukan
kontruksi struktur pohon. Dimulai dengan memilih sejumlah nilai cluster awal sesuai dengan jumlah yang diinginkan kemudian objek digabungkan ke dalam
cluster-cluster tersebut. Metode nonhirarki yang digunakan adalah K-Means Clustering.
5. Interpretasi Hasil Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah karakteristik apa yang
membedakan masing-masing cluster kemudian sesuai dengan tujuan, pemberian nama dilakukan berdasar apa yang dapat diberikan oleh objek
pembentuk kepada masing-masing cluster tersebut. Tentunya terlebih dahulu perlu ditentukan spesifikasikriteria yang mendasari cluster-cluster yang telah
terbentuk. Disamping itu, interpretasi dari hasil clustering dapat dilakukan terhadap grafik dendogram maupun analisis nilai koefisien agglomeratif. Jarak
antar pengelompokkan sebenarnya merupakan interpretasi dari beberapa nilai kedekatan dalam menggabungkan objek dalam cluster. Kemudian perlu juga
diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk cluster tersebut mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Kolom cluster menunjukkan besaran
between cluster mean dan kolom error menunjukkan besaran within cluster mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan, sebagai berikut:
s WithinMean
ns BetweenMea
F =
persamaan 2.10 Interpretasi cluster menghasilkan lebih dari hanya suatu deskripsi.
Interpretasi cluster memberikan penilaian kesesuaian cluster yang terbentuk berdasar teori prioritas atau pengalaman praktek. Dalam konfirmatori, analisis
cluster memberikan pengertian secara langsung terhadap penilaian kesesuaian. Cluster juga memberikan langkah-langkah untuk membuat suatu penilaian dari
segi signifikansi prakteknya. 6. Profiling Cluster
Tahap profiling meliputi penggambaran karakteristik dari setiap cluster untuk menjelaskan bahwa masing-masing cluster adalah berbeda berdasar
commit to user II-30
dimensi-dimensi tertentu. Analisis profil tidak memfokuskan pada apa yang secara langsung menentukan cluster tapi karakteristik cluster setelah proses
identifikasi. Lebih lanjut, adanya penegasan bahwa karakteristik adalah berbeda secara signifikan terhadap cluster dan dapat memprediksi anggota-
anggota cluster secara lebih spesifik.
2.8 Konsep Dan Definisi Konsumsi
Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut
pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial dari kata consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari
pendapatan yang di belanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran
konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional.
Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi.
Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan
disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi Marginal Propensity to Consume :MPC. Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan
biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil. Artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar
tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi atau digunakan untuk menyempurnakan konsumsinya. Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang
kehidupan ekonominya relatif lebih mapan. Sedangkan menurut BPS, pengeluaran konsumsi adalah semua
pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pestaupacara, barang-barang tahan lama dan lain-lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah
tangga, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga
merupakan faktor yang turut menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga
akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut.
commit to user II-31
2.8.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga
1. Fungsi Konsumsi Dengan Pendapatan Menurut Engel ada suatu hubungan antara konsumsi rumah tangga untuk
suatu barang atau golongan barang dengan penghasilan rumah tangga. Proporsi dari penghasilan yang di keluarkan untuk membeli makanan
berkurang dengan naiknya penghasilan. Hipotesis yang menyatakan konsumsi fungsi dari pendapatan, diantaranya hipotesis pendapatan absolut absolute
income hypothesis yang dikemukakan oleh Keyness. Keyness menduga bahwa fungsi konsumsi memilki karakteristik, sebagai berikut:
a. Kecenderungan mengkonsumsi merupakan fungsi yang satbil dan besarnya konsumsi agregat ditentukan oleh besarnya pendapatan agregat.
b. Konsumsi akan meningkat jika pendapatan meningkat, tetai peningkatan konsumsi yang terjadi akan sebesar peningkatan pendapatan.
c. Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar jarak gap antara pendapatan dan konsumsi. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan, semakin besar proporsi dari pendapatan yang ditabung. d. Peningkatan pendapatan akan diikuti dengan peningkatan tabungan dalam
jumlah yang lebih besar. 2. Fungsi Konsumsi Dengan Hipotesis Siklus Hidup Life Cycle Hyphotesis
Dikemukakan oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.Modigliani yang mencoba menerangkan pola pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada
kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Dalam
modelnya tiga tokoh ini menggunakan asumsi bahwa konsumsi bersikap rasional. Ini berarti bahwa konsumen berusaha untuk memaksimumkan
kepuasan dari aliran pendapatan yang ia perkirakan berlaku untuknya dan juga mengasumsikan bahwa dalam memaksimumkan kepuasannya konsumen
menghadapi batasan berupa samanya nilai sekarang dari pada saving yang terjadi pada umur B sampai umur P dengan hasil penjumlahan nilai sekarang
daripada dissaving yang terjadi pada usia muda dan usia tua.
commit to user II-32
3. Selain faktor pendapatan dan usia, Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, kebiasaan adat sosial budaya, dan
gaya hidup seseorang.
2.8.2 Cara Menghitung Konsumsi
1. Rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga didapat dengan membagi jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan, pendidikan,
kesehatan, perumahan dan lain-lainnya dengan jumlah rumah tangga keseluruhan.
2. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per-jenis pengeluaran dapat dihitung dengan membagi seluruh pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dengan
jumlah seluruh rumah tangga. 3. Persentase pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dibanding dengan
pengeluaran rumah tangga total dihitung dari jumlah pengeluaran jenis tertentu misal makanan dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga
dikali seratus.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang digunakan sebagai acuan atau landasan dalam teori, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Titik Hirdayanti 2004 yang berjudul
“Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Koran Harian Lokal Di Kotamadya Surakarta”. Penelitian ini mengambil studi kasus koran harian
lokal di kotamadya Surakarta dengan memakai model faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini memakai
pengolahan data yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu dalam menentukan karakteristik konsumen dengan menggunakan analisis
cluster, namun berbeda dalam studi kasus yang diambil dan pengambilan model. Secara detail perbedaan tersebut disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian
Titik Hirdayanti 2004 Bagian
Perbedaan Ket
Penulis Titik Hirdayanti
Studi kasus Gas elpiji di kota
surakarta Koran harian lokal
di kota surakarta Kedalaman
materi Global
Global
commit to user II-33
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian
Titik Hirdayanti 2004 Lanjutan Bagian
Perbedaan Ket
Penulis Titik Hirdayanti
Pengambilan model
Model faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen Kotler
dan dikembangkan dengan model
tingkat konsumsi konsumen
Model faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen Kotler
Menggunakan faktor dan
variabel-variabel penentu perilaku
konsumen yang sama Kotler.
Pengolahan data Deskriptif
prosentase, analisis cluster
dan tingkat konsumsi
Deskriptif prosentase,
analisis cluster, dan analisis chi-
square
2. Penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin 2009 yang berjudul “Analisis Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap Produk LPG
Pertamina Kemasan 3 Kg Studi Kasus Di Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian ini mengambil kasus
menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang sama dalam
menentukan perilaku konsumen dengan penelitian yang penulis lakukan, dikarenakan kesamaan produk yang diteliti yaitu gas elpiji, namun berbeda
dalam pengambilan model dan pengolahan data. Secara detail perbedaan tersebut disajikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian
Amirudin 2009 Bagian
Perbedaan Ket
Penulis Amirudin
Studi kasus Gas elpiji di kota
Surakarta Gas elpiji
kemasan 3 kg di desa Leuwiliang
Kedalaman materi Global
Global
commit to user II-34
Tabel 2.2 Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian
Amirudin 2009 Lanjutan Bagian
Perbedaan Ket
Penulis Amirudin
Pengambilan model
Model faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen Kotler dan
dikembangkan dengan model
tingkat konsumsi konsumen
Model pengetahuan,
persepsi dan sikap konsumen
Menggunakan atribut-atribut
yang sama di beberapa variabel
perilaku konsumen
Pengolahan data Deskriptif
prosentase, analisis cluster dan
tingkat konsumsi Deskriptif
prosentase, dan regresi logistik
commit to user
III-1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian beserta penjelasan secara singkat tiap tahapannya. Skema langkah-langkah
penyelesaian masalah dapat dilihat pada gambar 3.1.
Observasi Lapangan Studi Literatur
Identifikasi dan perumusan masalah
Menentukan Desain Sampling dan Riset Penentuan Responden, Metode Sampling dan Ukuran Sampel
A Mulai
Menentukan Tujuan dan Manfaat
Menentukan Model Penelitian
Menyusun Kuesioner
Menyebar Kuesioner
Tahap Pendahuluan
Tahap Pengumpulan Data
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
commit to user
III-2
A Pengujian Data
1. Uji validitas 2. Uji Reliabilitas
3. Uji Outlier
Profil dan Perilaku Konsumen Valid?
Tingkat konsumsi konsumen
Analisis dan Interpretasi Hasil Kesimpulan dan Saran
selesai Tahap Pengolahan Data
Tahap Analisis, Kesimpulan dan Saran
Analisis Cluster Ya
Tidak
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Lanjutan
3.1. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan terdiri dari tiga langkah yaitu observasi lapangan dan studi literatur, menentukan dasar-dasar penelitian, dan menentukan model
penelitian. Adapun penjelasan dari tiap langkah yang ada pada tahap pendahuluan, sebagai berikut:
3.1.1. Observasi Lapangan dan Studi Literatur
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui realistik karakteristik obyek penelitian, perbuatan, kejadian atau peristiwa dan waktu sehingga dapat
mengetahui hambatan dan kendala yang mungkin terjadi saat melakukan pengamatan. Berikut ini observasi yang dilakukan peneliti, yaitu:
1. Melakukan wawancara ke masyarakat Surakarta khususnya ibu rumah tangga yang menggunakan gas elpiji. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
commit to user
III-3 informasi mengenai program konversi gas elpiji, sosialisasi-sosialisasi apa
saja yang telah didapatkan serta opini-opini mengenai minyak tanah dan gas elpiji.
2. Melakukan wawancara ke distributor gas elpiji untuk mengetahui harga pasaran tabung gas elpiji, jumlah penjualan gas elpiji di Surakarta serta
kendala-kendala dalam melakukan pendistributoran gas elpiji. Setelah melakukan obeservasi, peneliti mencari konsep, teori dan literature
yang mendukung serta relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Referensi- referensi ini diperoleh melalui buku literatur, web, artikel, jurnal penelitian, serta
Tugas Akhir, yaitu: 1. Data demografi, jumlah kepala keluarga serta tingkat kesejahteraan
masyarakat Surakarta yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik BPS kota Surakarta.
2. Perkembangan konversi gas elpiji 3. Teori Perilaku konsumen dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.
Data observasi dan literature ini digunakan sebagai dasar dan referensi untuk membangun kerangka konseptual serta karakterisasi sistem nyata ke dalam
model penelitian.
3.1.2. Menentukan Dasar-Dasar Penelitian
Dasar-dasar penelitian terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian.
3.1.3. Menentukan Model Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana profil dan perilaku masyarakat serta pola dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap
pemakaian gas elpiji. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan sebuah model, mengingat dalam melakukan pembelian suatu barang, seorang konsumen
mengalami tahap tahap tertentu, dimana dalam tahap-tahap tersebut konsumen akan dipengaruhi oleh berbagai rangsangan dan karakteristik konsumen yang akan
mempengaruhi dalam pembeliannya. Model penelitian ini diadopsi dari model Kotler 2008. Gambaran model penelitian ini, sebagai berikut:
commit to user
III-4
Gambar 3.2 Model penelitian
Dalam melakukan keputusan pembelian gas elpiji, konsumen disini konsumen adalah masyarakat mengalami lima tahap proses, dimulai dari
pengenalan masalah atau kebutuhan, pencarian informasi sehubungan dengan kebutuhannya, evaluasi alternatif produk, melakukan keputusan pembelian dan
perilaku setelah pembelian. Dalam melakukan tahap proses keputusan pembelian ini konsumen dipengaruhi oleh berbagai rangsangan yaitu rangsangan pemasaran
yang berupa 4-p, product produk, price harga, place tempat, dan promotion promosi. Rangsangan lain mencakup kekuatan dan peristiwa besar dalam
lingkungan pembeli yaitu ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, dimana di dalamnya
terdapat karakteristik konsumen yaitu budaya, sosial, pribadi dan psikologis gambar 3.3.
commit to user
III-5
Budaya Budaya
Sosial Kelompok referensi
Pribadi Usia
Psikologis Subbudaya
Keluarga Tahap siklus hidup
Motivasi Pekerjaan
Persepsi Situasi Ekonomi
Pembelajaran Pembeli
Kelas sosial Peran dan status
Gaya hidup Kepercayaan
Kepribadian Sikap
Konsep diri
Gambar 3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Sumber: Kotler, 2008
Masukan ini diubah menjadi sekumpulan respon pembeli yang dapat diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan
jumlah pembelian. Selanjutnya dari keputusan pembelian dan karakteristik konsumen dapat diketahui indeks konsumsi atau pengeluaran per orang.
3.1.4. Penyusunan Kuesioner
Kuesioner dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen dalam melakukan pembelian gas elpiji sehingga dapat diketahui indeks konsumsi
pemakaian gas elpiji. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, personal dan psikologikal Kotler, 2008, dimana setiap faktor memiliki
atribut-atribut tersendiri. Selanjutnya peneliti menentukan maksud dan tujuan dibuatnya pertanyaan agar pertanyaan dapat sesuai dengan atribut-atribut
karateristik konsumen yang ingin diteliti. Maksud dan tujuan ini diinterpretasikan dalam bentuk variabel-variabel lebih rinci dengan tujuan mempermudah peneliti
dalam membuat pertanyaan sehingga dapat diketahui bagaimana perilaku masyarakat dalam menggunakan gas elpiji.
Dalam menentukan variabel dan membuat pertanyaan peneliti melakukan studi pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perilaku konsumen
Hirdayanti, 2005 dan Amiruddin, 2009. Adapun penjabaran variabel-variabel tersebut ditunjukkan pada tabel 3.1.
III-6
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
No Set Atribut
Maksud Tujuan
Variabel Skala
Pertanyaan Jawaban
1 Budaya
Keseluruhan kepercayaan- kepercayaan yang dipelajari,
nilai-nilai dan kebiasaan yang disediakan oleh perilaku
konsumen secar langsung dari anggota masyarakat tertentu
Mengetahui perilaku konsumen dalam
pembelian LPG di Surakarta dari sisi
budaya ·
Kepercayaan ·
Nilai ·
Kebiasaan ·
Ordinal likert
Apakah saudarai peduli terhadap krisis minyak
tanah yang sedang terjadi saat ini?
š Sangat peduli š Peduli
š Ragu-ragu š Tidak peduli
š Sangat tidak peduli 2
Subkultur Kelompok budaya yang beda
yang ada sebagai segmen yang dapat dikenal diidentifikasi di
dalam masyarakat yang lebih dalam, lebih kompleks rumit
Mengetahui pengaruh subkultur tehadap
penggunaan LPG di Surakarta
· Kewarganega
raan ·
Nominal 1. Tempat lahir?
š Eks Karasidenan Surakarta š Jawa selain Eks karasidenan Surakarta
š Sumatra š Indonesia tengah
š Indonesia timur
· Agama
· Nominal
2. Agama yang anut? š Islam š Hindu š Kristen
š Budha š Katolik š Kong hucu ·
Suku ·
Nominal 3. Suku atau etnis?
š Jawa š Batak š Minang š Sunda
š Arab š Cina š dll ·
Umur ·
Interval 4. Usia saat ini?
š 17-23 tahun š 41-50 tahun
š 24-30 tahun š 31-40 tahun
· Jenis kelamin
saudarai ·
Nominal 5. Jenis kelamin? š Pria š Wanita
3 Kelas sosial
Sebagai bagian masyarakat yang terdiri dari suatu hierarki
kelas status yang berbeda, sehingga setiap anggota dari
tiap kelas mempunyai status yang hampir sama dan anggota
dari semua kelas lain mempunyai status yang lebih
sedikit Mengetahui sejauh
mana pengaruh kelas sosial terhadap tingkat
konsumsi atau tingkat pembelanjaan LPG di
Surakarta ·
Pekerjaan ·
Nominal 1. Pekerjaan saat ini? š PNS
š Wiraswasta š Pegawai swasta š Tidak bekerja
š PelajarMahasiswa š lain-lain sebutkan
III-7
· Banyaknya
pendapatan ·
Interval 2. Berapa rata-rata
pendapatan selama 1 bulan?
š Rp. 1.000.000 š Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000
š Rp. 2.000.000 – RP. 3.000.000 š Rp. 3.000.000 – RP 4.000.000
š Rp. 4.000.000
· Pendidikan
· Nominal 3. Pendidikan terakhir ?
š Belum tamat SD š Tamat SD
š Tamat SLTP dan sederajat š Tamat SLTA dan sederajat
š Tamat PT akademi ·
Pengeluaran ·
Ordinal 4. Berapa lama saudarai menghabiskan satu
tabung gas LPG yang gunakan?
š 1 minggu š 3 minggu
š 1 minggu š 4 minggu š 2 minggu
berdasarkan jenis LPG yang digunakan
· Interval 5. Sudah berapa lama
saudarai menggunakan gas
elpiji? š 1-3 bulan
š 4-6 bulan š 6 bulan – 1 tahun š 1 tahun
· Rasio
6. Berapa jumlah pengeluaran saudarai
dalam menggunakan gas LPG selama 1
bulan Kg ? …….. tabung 3 Kg
…….. tabung 12 Kg
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Lanjutan
III-8
· Nominal 7. Kegiatan sehari-hari
apa saja yang sering anda lakukan berkaitan
dengan penggunaan gas LPG?
š memasak š water heater
š lain- lain sebutkan
4 Kultur
Rujukan Adalah setiap orang atau
kelompok yang memberikanbertindak sebagai
titik perbandingan sebagai titik acuan individu dalam
pembentukan salah satu yang mum atau khusus nilai-
nilai,sikap, atau perilaku Mengetahui perilaku
konsumen dalam pembelian LPG di
Surakarta dari sisi kultur rujukan
· Orang atau
kelompok yang mempunyai
pengaruh terhadap
perilaku konsumen
pembelian ·
Nominal Apakah ada pihak yang mempengaruhi dalam
menggunakan gas LPG? Berkaitan dengan
pertanyaan diatas, jika ada siapa yang
mempemengaruhi dalam menggunakan gas LPG?
š Ada š Tidak š Keluarga
š
Pemimpin kantornegara
š
Teman š Pemuka masyarakat š Tetangga
š Artis pakar š lain-lain sebutkan
· Kegiatan sosial · Nominal Apakah saudarai sering
mengikuti aktivitas tertentu, jika iya sebutkan?
Apakah kegiatan tersebut memberikan kontribusi
dalam penggunaan gas LPG di rumah saudarai,
berikan persentase terhadap total konsumsi
LPG yang digunakan untuk aktivitas tersebut.
š PKK š Kegiatan sosial
š
Karang taruna š Arisan š Kegiatan keagamaan
š lain-lain sebutkan š tidak signifikan
š 10
š 20 š
30 š 40 š
≤ 50
5 Keluarga
Dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh darah,
perkawinan atau adopsi yang tinggal bersama-sama
Mengetahui pihak- pihak dominan yang
mempengaruhi penggunaan LPG dari
pihak keluarga ·
Pengambil keputusan
· Nominal 1. Siapakah yang
mengambil keputusan dalam membeli gas
LPG di keluarga saudarai dikaitkan
dengan kepala keluarga?
š Ayah š Anak laki-laki
š Ibu š Anak perempuan
š Suami š Istri
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Lanjutan
III-9
· Jumlah anggota
keluarga ·
Ordinal 2. Berapakah jumlah anggota keluarga?
termasuk anda š 2
š 4 š 3
š 5 š dll sebutkan…..
· Posisi dalam
keluarga ·
Nominal 3. Posisi saudarai dirumah jika dikaitkan
dengan kepala keluarga?
š Ayah š Anak laki-laki
š Ibu š Anak perempuan
š Istri ·
Nominal 4. Adakah batasan belanja gas LPG dalam
keluarga saudarai?, jika ada siapa yang
melakukan pembatasan tersebut dikaitkan
dengan kepala keluarga?
š Ayah š Anak laki-laki
š Ibu š Anak perempuan
· Rasio
5. Berhubungan dengan pertanyaan diatas,
berapa jumlah batasan LPG yang anda
gunakan selama 1 bulan Kg?
…….. tabung 3 Kg …….. tabung 12 Kg
6 Peran dan
status sosial Posisi seseorang dalam tiap
kelompok dimana peran akan menentukan status seseorang
dalam kelompok tersebut Mengetahui perilaku
konsumen dalam pembelian LPG di
Surakarta dari sisi peran an status sosial
· Peran dalam
masyarakat ·
Nominal 1. Status sosial saudarai saat
ini dalam
masyarakat sosial
disekitar? š Warga biasa
š Pemuka Agama š Ketua RT
š Pemuka masyarakat š Ketua RW
š lain-lain ·
Peran dalam pekerjaan
Nominal 2. Posisi saudarai dalam pekerjaan?
š Karyawan š Pimpinan š Pemilik š lain-lain
7 Usia dan
tahap daur hidup
Menunjukkan umum responden pada saat dilakukan
penelitian Mengetahui perilaku
konsumen dalam pembelian LPG di
Surakarta dari sisi usia dan tahap daur hidup
· Usia responden · Interval
Seperti pada variabel umur
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Lanjutan
III-10
8 Gaya
hidup Karakteristik pribadi dari
responden yang membedakan antara responden yang satu
dengan yang lain Mengetahui perilaku
konsumen dalam pembelian LPG di
Surakarta dari gaya hidup
· Gaya hidup
bepergian, menabung,
membaca, berbelanja, dll
· Nominal 1. Frekuensi saudarai
melakukan aktivitas masak sendiri di
rumah? š Tidak pernah
š Kadang-kadang 2 hari dalam seminggu š Cukup sering 3hari dalam seminggu
š Sering 5 hari dalam seminggu š setiap hari
9 Kepribadia
n dan konsep diri
Karakteristik psikologis bagian dalam yang
menentukan dan mencerminkan bagaimana
seseorang bereaksi terhadap lingkungannya
Mengetahui perilaku konsumen dalam
pembelian LPG di Surakarta dari
kepribadian dan konsep diri
· Kebiasaan
sehari-hari dalam
menggunkan bahan bakar
· Ordinal 1. Jenis gas elpiji apa
yang digunakan? š 3 Kg
š 12 Kg š 50 Kg Ket: boleh memilih lebih dari satu
· Nominal 2. Dimana saudarai
biasanya membeli gas LPG?
š Agen LPG š Pasar swalayan
š Warung š Dll
10 Motivasi
Daya penggerak dalam individu yang mendorong
mereka ketindakan Mengetahui perilaku
konsumen dalam pembelian LPG di
Surakarta dari motivasi pembelian
· Hierarki
Maslow ·
Nominal Alasan saudarai dalam
membeli gas LPG? š Murah š Higienis
š Ramah lingkungan š Praktis š Mudah didapatkan
š Lain-lain sebutkan
11 Persepsi
Proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan
mneginterpretasikan ransangan kedalam suatu
gambaran yang bermakna dan saling berkaitan menyangkut
tentang dunia Mengetahui perilaku
konsumen dalam pembelian LPG di
Surakarta dari persepsi konsumen
· Stimuli
perusahaan ·
Ordinal likert
1. Harga LPG lebih murah dari pada
minyak tanah š Sangat setuju
š Setuju š Ragu-ragu
š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Lanjutan
III-11
· Ordinal 2. LPG lebih mudah
didapatkan dimana saja
š Sangat setuju š Setuju
š Ragu-ragu š Tidak setuju
š Sangat tidak setuju ·
Ordinal 3. LPG lebih hemat jika dibandingkan
menggunakan minyak tanah
š Sangat setuju š Setuju
š Ragu-ragu š Tidak setuju
š Sangat tidak setuju ·
Ordinal 4. LPG lebih ramah lingkungan dari pada
minyak tanah š Sangat setuju
š Setuju š Ragu-ragu
š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal 5. LPG lebih aman bagi
kesehatan dari pada minyak tanah
š Sangat setuju š Setuju
š Ragu-ragu š Tidak setuju
š Sangat tidak setuju ·
Ordinal 6. LPG lebih praktis mudah digunakan
š Sangat setuju š Setuju
š Ragu-ragu š Tidak setuju
š Sangat tidak setuju ·
Ordinal 7. Memasak dengan kompor LPG lebih
cepat š Sangat setuju
š Setuju š Ragu-ragu
š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Lanjutan
III-12
11 Persepsi
Proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan
mneginterpretasikan ransangan kedalam suatu
gambaran yang bermakna dan saling berkaitan menyangkut
tentang dunia Mengetahui perilaku
konsumen dalam pembelian LPG di
Surakarta dari persepsi konsumen
Stimuli perusahaan
· Ordinal 8. Kompor LPG lebih
mudah dibersihkan š Sangat setuju
š Setuju š Ragu-ragu
š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
· Ordinal 9. Terkadang saudarai
masih merasa takut ketika menggunakan
kompor LPG š Sangat setuju
š Setuju š Ragu-ragu
š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
12 Proses
belajar Proses dimana individu
memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang
pembelian dan konsumsi yang kemudian mereka terapkan
pada perilaku yang saling terkait dimasa depan
Mengetahui perilaku konsumen dalam
pembelian LPG di Surakarta dari proses
belajar Proses
pengetahuan dan pengalaman
· Nominal 1. Bagaimana saudarai
mengetahui tentang program konversi
minyak tanah ke gas LPG?
š Iklan di TV š Penyuluhan dari RWpetugas LPG
š lain-lain sebutkan
Ordinal 2. Materi iklan yang telah
disampaikan oleh pemerintah mudah
dimengerti, diingat, informative, mendidik
dan dapat dipercaya? š Sangat setuju
š Setuju š Ragu-ragu
š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Ordinal 3. Penyuluhan yang
dilakukan sudah jelas dan dapat diterima
dengan baik? š Sangat setuju
š Setuju š Ragu-ragu
š Tidak setuju š Sangat tidak setuju
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Lanjutan
III-13
13 Kepercaya
an dan sikap
kecenderungan yang dipelajari yang menunjukkan
kekonsistenan suatu jalan yang baik atau tidak baik berkenaan
dengan obyek yang ditentukan Mengetahui perilaku
konsumen dalam pembelian LPG di
Surakarta dari kepercayaan dan sikap
konsumen ·
Keyakinan, evaluasi,
keyakinan normatif
pengaruh orang lain
Ordinal likert
Seberapa besar kepercayaan saudarai
terhadap keberlanjutan program konversi
yang telah dilakukan pemerintah?
š Sangat percaya š percaya
š Cukup percaya š Kurang percaya
š Tidak percaya
Tabel 3.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Lanjutan
commit to user
III-14 3.2.
Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data terdiri dari penentukan desain sampling, riset, menyusun dan menyebarkan kuisioner. Adapun penjelasan dari tiap langkah pada
tahap pengumpulan data, sebagai berikut:
3.2.1. Menentukan Desain Sampling dan Riset
1. Responden Responden adalah orang yang berdomisili di wilayah kota Surakarta. Jumlah
reponden diperoleh dari data populasi jumlah kepala keluarga. Penentuan jumlah kepala keluarga sebagai jumlah sampling dikarenakan gas elpiji
merupakan bahan bakar yang bersifat bahan bakar rumah tangga. Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Surakarta tahun 2008,
jumlah populasi kepala keluarga di wilayah Surakarta, sebagai berikut:
Tabel 3.2 Data populasi jumlah kepala keluarga di wilayah Surakarta
Kecamatan KK
Pasar Kliwon 20709
Banjarsari 43196
Serengan 13679
Jebres 30292
Laweyan 25019
Jumlah 132895
Sumber: BPS kota Surakarta, 2008
2. Metode Sampling Responden diambil dari data jumlah kepala keluarga dikecamatan yang ada di
wilayah Surakarta, selanjutnya metode yang digunakan adalah area sampling. Penggunaan area sampling pada penelitian ini bertujuan agar sampel yang
diperoleh dapat mewakili seluruh masyarakat Surakarta. Dimana dari setiap kecamatan, responden diambil dari kelurahan berdasarkan area, yaitu
kelurahan yang berada di daerah urban atau area yang dekat dengan pusat kota dan kelurahan yang berada di pinggiran kota. Ukuran tingkat keurbanan
pada penelitian ini adalah lokasi dari pusat kota Surakarta, selain itu juga mencakup dimensi perkembangan dan kondisi sosial, ekonomi masyarakat,
dan lebih majunya atau kemudahan teknologi dan infrastruktur prasarana dalam sosialisasi program konversi gas elpiji. Selanjutnya pemilihan area
disetiap kelurahan dilakukan secara random. Jumlah responden dilakukan
commit to user
III-15 secara proposional sesuai dengan jumlah populasi di wilayah penelitian.
Metode terakhir yang digunakan adalah purposive sampling dimana responden diambil dengan maksud atau tujuan tertentu atau responden
diambil karena peneliti menganggap bahwa responden tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Pada penelitian ini responden
ditujukan bagi para ibu rumah tangga dan pengguna gas elpiji. Langkah pengambilan responden dapat dilihat pada gambar 3.4.
Data populais jumlah kepala keluarga
Rumus Taro Yamane
Jumlah responden se- Surakarta
Metode area sampling
Pengambilan sampel di kelurahan berdasarkan area sampling
Metode purposive sampling
1 .
2
+ =
d N
N n
Gambar 3.4 Langkah pengambilan responden
3. Ukuran responden Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Taro Yamane.
1 .
2
+ =
d N
N n
Persamaan 3.1
1 05
, .
132895 132895
2
+ =
n
n = 398,8 = 400 orang
commit to user
III-16 Keterangan:
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d = level signifikansi yang diinginkan maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 400 responden dengan
proporsi disetiap kecamatannya, sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jumlah responden di setiap kecamatan di wilayah Surakarta
Kecamatan KK
Jumlah responden Pasar Kliwon
20709 62
Banjarsari 43196
130 Serengan
13679 41
Jebres 30292
91 Laweyan
25019 75
Jumlah 132895
399
Sumber: BPS kota Surakarta, 2008
400 responden ini diperoleh dari 5 kecamatan yang ada disurakarta, selanjutnya pengambilan responden di setiap kecamatan dilakukan
berdasarkan lokasi kelurahan dari pusat kota Surakarta daerah urban dan pinggiran kota. Penentuan wilayah urban dan sub urban di Surakarta
didasarkan pada dua hal, sebagai berikut: 1. Jarak kelurahan dengan pusat kota Surakarta. Daerah yang memiliki
jarak terdekat dengan pusat kota memiliki kemudahan teknologi dan infrastruktur prasarana dalam sosialisasi program konversi gas elpiji,
sehingga penyampaian informasi akan lebih cepat diterima. Penentuan jarak masing-masing kelurahan ke pusat kota dilakukan dengan bantuan
program arcgis. Hasil data dapat dilihat pada lampiran. 2. Tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar responden
yang diperoleh dapat mewakili seluruh lapisan masyarakat yang ada di Surakarta. Data tingkat kesejahteraan masyarakat disetiap kelurahan
diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS, data dapat dilihat pada lampiran.
Hasil penentuan lokasi dan pengambilan responden dapat dilihat pada tabel 3.4.
commit to user
III-17
Tabel 3.4 Jumlah responden di setiap kelurahan di wilayah Surakarta
Kecamatan Kelurahan
Jumlah responden
Jumlah Pasar kliwon
Joyosuran 50
62 Kampung Baru
12 Banjarsari
Kadipiro 119
130 Keprabon
11 Serengan
Joyotakan 25
41 Kemlayan
16 Jebres
Sudiroprajan 8
91 Mojongsongo
83 Laweyan
Karangasem 49
75 Sriwedari
26 Jumlah
399
3.2.2. Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan berdasar hasil desain pengambilan sampel pada tahap sebelumnya. Kuesioner diberikan dengan mengambil sampel
masyarakat Kota Surakarta di setiap wilayah yang telah ditentukan sebelumnya dengan sasaran utama adalah ibu rumah tangga pengguna gas elipiji. Jumlah
kuesioner yang disebar adalah 420 kuesioner, hal ini untuk mengantisipasi jika ada kuesioner yang rusak atau tidak diisi. Hasil dari penyebaran kuesioner
selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar pada tahap pengolahan data.
3.3. Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data terdiri dari dua langkah yaitu pengujian data dan pengolahan data.
3.3.1. Pengujian Data
a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan terhadap instrumen yang dipergunakan dalam mencari
data. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data mengukur juga valid. Dengan menggunakan alat ukur
yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Langkah-langkah pengujian validitas meliputi:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur. 2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang
berjumlah minimal 30 orang.
commit to user
III-18 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total. Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r
product moment. 5. Mengambil kesimpulan.
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrument ukur
di dalam mengukur variabel penelitian. Hasil pengukuran dikatakan dapat dipercaya apabila mampu memberikan hasil ukur yang konsisten reliable.
Dalam hal ini, relatif sama berarti dengan tetap menerima adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran
tersebut. Langkah-langkah pengujian reliabilitas meliputi: 1. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang
berjumlah minimal 30 orang. 2. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
3. Menghitung koefisien Cronbach’s Alpha, nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment, seperti pada uji
validitas. 4. Mengambil kesimpulan.
c. Uji Outlier Uji outlier digunakan untuk mengetahui jika ada nilai ekstrim pada atribut
tertentu. Langkah-langkah pengujian outlier adalah sebagai berikut: 1. Membuat deskrptif dari data penelitian.
2. Melakukan standarisasi. 3. Menentukan outlier.
3.3.2. Pengolahan Data
a. Profil dan Perilaku Konsumen
Prosentase karakteristik profil rsponden dan perilaku konsumen dalam penggunaan ges elpiji dihitung. Formulasi untuk menghitung prosentase
tersebut, sebagai berikut:
100 ´
= N
nl Al
Persamaan 3.2
commit to user
III-19 Dimana :
Al = persentase responden denga ciriperilaku tertentuperilaku
konsumen dalam pembelian. nl
= jumlah responden dengan ciriperilaku tertentu. N
= total jumlah responden. b. Analisis Cluster
Proses analisis cluster dilakukan untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan persamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut, sehingga
objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kedekatan hubungan satu sama lain. Langkah-langkah analisis cluster, sebagai berikut:
1. Merumuskan permasalahan. Dengan cara mendefinisikan variabel-variabel yang digunakan untuk dasar
pengclusteran. 2. Memilih ukuran jarak atau kesamaan
Ukuran jarak menentukan kemiripan atau ketidakmiripan dari objek yang akan diclusterkan.
a. Ukuran korelasi Kesamaan antar objek dapat dilihat dari koefisien korelasi antar
pasangan objek yang diukur dengan beberapa variabel. b. Ukuran jarak
1. Euclidean distance, merupakan ukuran jarak antara dua item X dan Y. DX, Y =
2
å
-
i i
Y X
Persamaan 3.3 2. Squared euclidean distance, merupakan ukuran jarak antara dua item X
dan Y. DX, Y =
2
å
-
i i
Y X
Persamaan 3.4 3. Pearson correlation
Korelasi antara vektor nilai : S X , Y =
1 -
å
N Z
Z
yi xi
Persamaan 3.5 di mana Z
xi
adalah nilai x yang telah distsaudarairkan untuk item ke-i dan N adalah jumlah itemnya.
commit to user
III-20 4.
Chebychev DX , Y = max
i
i i
Y X
-
Persamaan 3.6 5.
Block D X , Y =
∑
i i
Y X
-
Persamaan 3.7 c. Ukuran asosiasi
Ukuran asosiasi dipakai untuk mengukur data berskala nonmetrik nominal atau ordinal.
3. Memilih Prosedur Pengklusteran Pembentukan cluster menggunakan prosedur nonhirarki, karena metode
ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan cluster center sehingga distribusi objek responden sebagai anggota masing-
masing cluster lebih merata. Metode nonhirarki yan digunakan adalah metode K-means clustering yang dikembangan oleh MacQueen.
4. Menetapkan Jumlah Cluster Banyaknya cluster dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan teoritis,
konseptual, dan kepraktisan. Contohnya, kalau tujuan cluster untuk mengidentifikasi segmen pasar, manajemen mungkin menghendaki cluster
dalam jumlah tertentu katakan 3, 4, atau 5 cluster 5. Interpretasi dan Profil Dari Cluster
Meliputi pengkajian mengenai centroids, yaitu rata-rata nilai objek yang terdapat dalam cluster pada setiap variabel.
6. Menaksir Reliabilitas dan Validitas a. Melakukan analisis cluster pada data yang sama dengan menggunakan
jarak yang berbeda dan membandingkan hasil lintas ukuran across measure untuk menetukan stabilitas pemecahan.
b. Gunakan metode pengclusteran yang berbeda dan bandingkan hasilnya. c. Pecah atau bagi data secara acak menjadi 2 bagian.
d. Hilangkan beberapa variabel secara acak. Lakukan pengclusteran yang didasarkan pada sisa variabel kemudian bandingkan hasilnya dengan
hasil pengclusteran dengan data asli yang masih utuh. c. Konsumsi Gas Elpiji
1. Menghitung jumlah konsumsi gas elpiji per keluarga.
commit to user
III-21 2. Menghitung jumlah konsumsi gas elpiji per orang.
3. Menghitung jumlah kebutuhan gas elpiji kota Surakarta.
3.4. Tahap Analisis Dan Interpretasi Hasil
Output pengolahan data dari tiap bagian dianalisis dan diinterpretasikan. Dari hasil analisis dan interpretasi didapatkan informasi yang diharapkan dapat
bermanfaat.
3.5. Kesimpulan Dan Saran
Pada langkah kesimpulan dan saran ditarik kesimpulan dimana kesimpulan ini dibuat berdasarkan analisis pengolahan data dan juga memberikan saran-saran
dimana saran berisi masukan untuk penelitian-penelitian beriutnya agar dapat lebih baik lagi.
commit to user IV-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini membahas tentang proses pengumpulan data berikut data responden serta proses pengolahan data yang terdiri dari pengujian validitas, reliabilitas,
analisis multivariat yang relevan terhadap penelitian yaitu analisis cluster, dan perhitungan indeks konsumsi.
4. 1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang relevan dalam penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan di kota
Surakarta dengan menggunakan teknik area sampling kemudian dilanjutkan dengan teknik purposive sampling.
Untuk menentukan ukuran sampel yang diambil, dihitung berdasarkan rumus Taro Yamane dengan tingkat ketelitian 95 didapat jumlah sebesar 400
responden. Adapun jumlah kuesioner yang disebar, yang dikembalikan, dan yang dapat diolah adalah sebagai berikut:
§ Jumlah kuesioner yang disebar adalah 420 kuesioner. § Jumlah kuesioner yang dikembalikan adalah 406 kuesioner.
§ Jumlah kuesioner tidak lengkap 6 kuesioner. § Jumlah kuesioner yang sah dan dapat digunakan adalah 400 kuesioner.
Data sekunder penelitian didapatkan dari pertamina, BPS dan wawancara langsung dengan masyarakat pengguna gas elpiji. Data-data tersebut adalah
jumlah penjualan gas elpiji di kota Surakarta, jumlah kepala keluarga, tingkat kesejahteraan masyarakat kota Surakarta dan informasi mengenai program
konversi masyarakat, sosialisasi konversi gas elpiji, serta opini terhadap gas elpiji
4. 2 Data Responden
Responden penelitian ini adalah masyarakat di wilayah radius geografis yang telah ditentukan. Responden dipilih karena keberadaan pada waktu dan
tempat dimana riset sedang dilakukan. Akibatnya peluang terpilih sebagai sampel hanya dimiliki oleh anggota populasi yang kebetulan berada di sekitar riset,
sedangkan anggota populasi yang tidak berada disekitar riset tidak memiliki
commit to user IV-2
peluang menjadi sampel. Rekap profil responden selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.1 - 4.8.
1. Tempat lahir
Gambar 4.1 Diagram batang tempat lahir masyarakat pengguna gas elpiji
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tempat lahir responden yang menduduki persentase terbesar adalah eks karasidenan Surakarta.
2. Agama yang dianut
Gambar 4.2
Diagram batang agama yang dianut masyarakat pengguna gas elpiji Agama terbesar yang dianut oleh responden adalah islam, karena agama islam
adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Surakarta. 3. Sukuetnis
Gambar 4.3 Diagram batang sukuetnis yang dianut masyarakat pengguna
gas elpiji Rasetnis responden yang terbesar adalah suku jawa.
commit to user IV-3
4. Usia responden
Gambar 4.4 Diagram batang usia masyarakat pengguna gas elpiji
Dari gambar dapat dilihat responden paling banyak berusia 31-40 tahun, namun secara keseluruhan dapat dikatakan elpiji dipakai oleh semua kalangan
usia. 5. Pekerjaan responden
Gambar 4.5 Diagram batang pekerjaan masyarakat pengguna gas elpiji
Responden tidak bekerja memiliki persentase terbesar, para resonden ini hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah.
6. Pendidikan responden
Gambar 4.6 Diagram batang tingkat pendidikan masyarakat pengguna gas elpiji
Responden 52 adalah tamat SLTAsederajat, 30 tamat PT dan 14 tamat SLTPsederajat.
commit to user IV-4
7. Pendapatan responden
Gambar 4.7 Diagram batang pendapatan masyarakat pengguna gas elpiji
Tingkat pendapatan reponden yang memiliki persentase terbesar adalah Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000.
8. Posisi di rumah
Gambar 4.8
Diagram batang posisi responden di rumah Hampir seluruh responden memiliki posisi di rumah sebagai istri. hal ini
terjadi karena istri yang mengatur pengeluaran rumah tangga.
4. 3 Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi uji validitas dan reliabilitas, analisis cluster, dan indeks konsumsi. Proses pengolahan uji validitas dan reabilitas diolah dengan
bantuan software excel dan analisis cluster dilakukan dengan bantuan program Statistical Package for Social Science SPSS 12.0.
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pertanyaan- pertanyaan dalam kuesioner mampu mengukur pertanyaan yang ingin diukur
mampu mengukur konsepnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan data seluruh responden yaitu sebanyak 400 responden. Pertanyaan yang diuji adalah
pertanyaan bagian III, karena pertanyaan tersebut berskala likert sedang pertanyaan yang lain berskala nominal dan interval.
commit to user IV-5
Uji validitas dimulai dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor totalnya, dengan teknik korelasi product moment pearson
pada persamaan 2.1. Dari perhitungan didapat nilai-nilai lihat pada lampiran. Angka korelasi masing-masing variabel r-hitung dibandingkan dengan
nilai r product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Jika angka korelasi hitung lebih besar dari angka r product moment, maka hipotesa dapat diterima
dan disimpulkan bahwa pernyataan tersebut berkorelasi positif dengan skor set variabelnya.
Tabel 4.1 Rekapituasi perbandingan antara t-hitung dan r product moment
Variabel r -hitung r-tabel Keterangan
X1 0.3174623
0.098
Valid
X2 0.5081593
0.098
Valid
X3 0.5783933
0.098
Valid
X4 0.5008115
0.098
Valid
X5 0.6841041
0.098
Valid
X6 0.5648473
0.098
Valid
X7 0.6793118
0.098
Valid
X8 0.6878166
0.098
Valid
X9 0.4504851
0.098
Valid
X10 0.5733663
0.098
Valid
X11 0.535605
0.098
Valid
X12 0.4598372
0.098
Valid
X13 0.099485
0.098
Valid
Diperoleh hasil bahwa kesemua skor korelasi lebih besar dari skor tabel, maka hipotesa dapat diterima, dan disimpulkan bahwa skor masing-masing atribut
berkorelasi positif dengan skor set variabelnya. Ini berarti data dapat dikatakan telah valid yaitu bahwa atribut-atribut penelitian dalam suatu set variabel dapat
mewakili apa yang ingin diukurnya. Setelah melakukan uji validitas, pengolahan data dilanjutkan pada uji reliabilitas.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrumen ukur di dalam mengukur konsep yang sama. Dengan
kata lain, bila suatu instrumen ukur dipakai dua kali, untuk mengukur konsep yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen
ukur tersebut dianggap reliabel. Adapun hipotesa untuk pengujian reliabilitas
commit to user IV-6
adalah bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan komposit set variabelnya.
Uji reliabilitas dilakukan dengan metode konsistensi inter item, yang dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s Alpha menggunakan
persamaan 2.2. Dari perhitungan didapat rekapitulasi perhitungan uji reliabilitas seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan uji reliabilitas dengan metode
Cronbach’s Alpha
Variabel
∑X ∑X2 ∑X2 n
Varian Butir
X1 1660
7156 2755600 400
0.6675 X2
1236 4168 1527696
400 0.8719
X3 1544
6200 2383936 400
0.6004 X4
1526 6044 2328676
400 0.555775
X5 1632
6868 2663424 400
0.5236 X6
1663 7117 2765569
400 0.50769375
X7 1647
6959 2712609 400
0.44369375 X8
1589 6507 2524921
400 0.48674375
X9 1458
5624 2125764 400
0.773975 X10
1654 7016 2735716
400 0.441775
X11 1733
7609 3003289 400
0.25194375 X12
1668 7044 2782224
400 0.2211
X13 1494
6052 2232036 400
1.179775 7.525875
22.6174 0.722857273
Total varian butir Total varian
Koefisien Cronbach Alpha
Skor-skor tersebut kemudian dibandingkan dengan angka korelasi r product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Dalam hal ini angka korelasi
tabel untuk 400 responden adalah 0.772. Diperoleh hasil bahwa kesemua angka Cronbach’s Alpha lebih besar dari skor tabel, maka hipotesa dapat diterima, serta
disimpulkan bahwa skor masing-masing atribut berkorelasi positif dengan komposit set variabelnya. Ini berarti data dapat dikatakan telah reliabel yaitu
bahwa dapat dikatakan konsisten dalam mengukur jawaban responden.
4.3.3 Uji Outlier
Data outlier dapat terjadi karena kesalahan dalam pemasukan data, kesalahan pada pengambilan sampel atau memang ada data-data ekstrim yang
tidak bisa dihindarkan keberadaannya. Tujuan uji outlier adalah untuk melihat ada tidaknya data ekstrim atau data yang secara nyata berbeda dengan data-data lain.
Langkah-langkah uji outlier, sebagai berikut:
commit to user IV-7
1. Standarisasi data, mengubah nilai dalam bentuk z-score, kemudian menafsirkan nilai z-score tersebut.
2. Deteksi outlier, batas nilai z-score dengan rentang 3 sampai dengan 4. Dari hasil dapat dilihat bahwa tidak ada satu data pun yang mengalami outlier.
Rekapitulasi uji outlier dapat dilihat pada lampiran.
4.3.4 Analisis Cluster
Analisis cluster adalah salah satu teknik multivariate yang tujuan utamanya adalah mengelompokkan klasifikasi objek-objek ke dalam beberapa
grup berdasarkan karakteristik yang dimiliki masing-masing. Objek dapat menyatakan konsumen responden, produk, perusahaan dan entity lainnya.
1. Penentuan Tujuan Analisis
Dalam penelitian ini, analisis cluster dilakukan dengan tujuan untuk mengelompokkan konsumen pengguna gas elpiji di kota Surakarta berdasarkan
demografi. Variabel demografi yang dipakai sebagai dasar pengelompokkan adalah usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga.
2. Penyusunan Desain Riset Analisis
Desain risen analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran kemiripan objek dan penstandarisasian data jika data sangat bervariasi dalam
satuan.
3. Pengujian Asumsi
Analisis cluster tidak termasuk teknik statistik inferensia, di mana parameter analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi.
Analisis cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik; syarat kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting kerena memberikan
pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji.
4. Pembentukan Cluster Partisi
Tahap selanjutnya adalah pembentukan cluster dengan prosedur nonhirarki karena metode ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan
cluster centers sehingga distribusi objek responden sebagai anggota masing- masing cluster lebih merata. Metode nonhirarki yang digunakan adalah metode
K-Means Clustering yang dikembangkan oleh MacQueen Johnson, 1988, yang memiliki algoritma sebagai berikut:
commit to user IV-8
1. Tentukan centroid awal seed point untuk setiap cluster dari k cluster yang dibentuk.
2. Tempatkan satu orang responden ke dalam cluster yang terdekat dengan ukuran jarak euclidian distance. Kemudian menghitung titik centroid baru
untuk cluster yang mendapat tambahan anggota dan cluster yang kehilangan anggota.
3. Ulangi langkah ke-2 hingga tidak terjadi lagi perpindahan responden. Jumlah cluster ditetapkan antara 2 hingga 4 cluster karena apabila jumlah
cluster yang dibentuk terlalu banyak, akan menyulitkan interpretasi segmen- segmen pasar yang terbentuk. Berdasarkan hal tersebut peneliti menetapkan
alternatif jumlah cluster yang digunakan sebanyak 3 cluster.
5. Interpretasi Hasil
Setelah mendapatkan jumlah cluster maka didapat tampilan pertama initial proses clustering data sebelum iterasi, yang dapat dilihat pada
tabel 4.3. Tabel ini berisi penilaian responden pada masing-masing cluster yang telah
ditransformasikan ke distribusi normal baku dengan rataan 0 dan variansi 1. Lebih lanjut diketahui bahwa nilai positif 0 pada tabel mempunyai makna di atas
rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap faktor tertentu adalah cenderung positifbaik. Sedangkan nilai negatif 0 mempunyai
makna di bawah rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap faktor tertentu adalah cenderung negatifburuk.
Tabel 4.3 Initial cluster centers untuk kota Surakarta
Cluster 1
2 3
Zscoreusia -2.31746
2.01931 .93512
Zscoreincome 2.25428
1.37370 -1.26803
Zscore: Jumlah keluarga 1.09801
-2.26326 1.09801
Sedangkan tabel akhir dari proses clustering tampak pada tabel 4.4.
commit to user IV-9
Tabel 4.4 Final cluster Centers kota Surakarta
Cluster 1
2 3
Zscoreusia .20392
-.22321 -.00123
Zscoreincome 1.09383
-.21435 -.75341
Zscore: Jumlah keluarga .52478
-1.27690 .53053
Dari tabel 4.4 dapat didefinisikan, sebagai berikut: 1. Cluster 1
Responden mempunyai usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi.
2. Cluster 2 Responden mempunyai usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di
bawah rata-rata populasi. 3. Cluster 3
Responden mempunyai usia dan pendapatan di bawah rata-rata populasi serta jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi.
Setelah terbentuk cluster, distribusi jumlah objek responden pada masing- masing cluster dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa dari 400 objek, cluster 1 berjumlah 129 objek, cluster 2 berjumlah 117 objek dan cluster 3 berjumlah 154 objek.
Tabel 4.5 Jumlah anggota tiap cluster kota Surakarta
Cluster 1
129.000 2
117.000 3
154.000 Valid
400.000 Missing
.000
Kemudian perlu juga diketahui apakah faktor-faktor yang telah membentuk cluster tersebut mempunyai perbedaan pada tiap cluster. Kolom cluster
menunjukkan besaran between cluster mean dan kolom error menunjukkan besaran within cluster mean, sehingga F dapat dihitung menggunakan persamaan
2.10 Seperti telah disebutkan sebelumnya, semakin besar nilai F pada suatu faktor
dan angka signifikansinya di bawah 0.05, maka semakin besar pula perbedaan faktor tersebut pada cluster-cluster yang terbentuk. Pada tabel 4.6 dapat dilihat
commit to user IV-10
bahwa untuk kota Surakarta, faktor yang memberikan perbedaan pada masing- masing cluster yang terbentuk, berturut-turut dari besar ke kecil adalah faktor usia
5,729, faktor pendapatan 323,022 dan faktor jumlah keluarga 413.734.
Tabel 4.6 Analysis of variance perbedan faktor pada tiap cluster kota Surakarta
Cluster Error
F Sig.
Mean Square df
Mean Square Df
Zscoreusia 5.597
2 .977
397 5.729
.004 Zscoreincome
123.567 2
.383 397
323.022 .000
Zscore: Jumlah keluarga 134.818
2 .326
397 413.734
.000
6. Profiling Cluster
Tahap selanjutnya adalah profiling cluster untuk menjelaskan karakteristik setiap cluster berdasar profil tertentu. Adapun karakteristik yang digunakan
sebagai pembanding diambil dari data demografi dan perilaku pembelian responden yang terdiri dari jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, posisiperan
dalam keluarga, lama menggunakan LPG, jenis LPG yang digunakan, tempat pembelian LPG, kegiatan yang dilakukan dengan LPG, frekuensi memasak di
rumah, pihak yang memberi pengaruh, pengambil keputusan, motivasi dalam membeli LPG dan proses pengenalan konversi LPG. Proses profiling cluster
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari profiling cluster tersebut maka dapat diketahui karakteristik tiap
cluster masyarakat pengguna gas elpiji di kota Surakarta. Setelah diketahui karakteristik tiap cluster maka ciri-ciri masing-masing cluster dapat dilihat pada
tabel 4.7.
IV-11
Tabel 4.7 Karakteristik cluster kota Surakarta
Cluster 1 Cluster 2
Cluster 3 1 Usia
Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi
Di bawah rata-rata populasi 2 Pendapatan
Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi
Di bawah rata-rata populasi 3 Jumlah Keluarga
Di atas rata-rata populasi Di bawah rata-rata populasi
Diatas rata-rata populasi 4 Jumlah Responden
129 orang 117 orang
154 orang 5 Jenis Kelamin
Wanita Wanita
Wanita 6 Pekerjaan
Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga dan wiraswasta Ibu rumah tangga dan wiraswasta
7 Pendidikan Tamat SLTA sedarajat dan Tamat PTsederajat Tamat SLTAsederajat
Tamat SLTP sedarajat dan Tamat SLTAsederajat 8 Posisiperan dalam keluarga
Istri Istri
Istri 9 Lama menggunakan LPG
1 thn 1 thn
6bln- 1 thn dan 1 thn 10 Jenis LPG yang digunakan
12Kg 3 Kg dan 12 Kg
3 Kg 11 Tempat pembelian LPG
Agen LPG Warung
Warung 12 Kegiatan yang dilakukan dengan LPG Memasak dan Water heater
Memasak Memasak
13 Frekuensi memasak dirumah Setiap hari
Setiap hari Setiap hari
14 Pemberi pengaruh Keluarga
Keluarga dan pemerintah Pemerintah
15 Pengambil keputusan Istri
Istri Istri
16 Motivasi pembelian Praktis
Murah dan praktis Murah, mudah didapatkan dan praktis
17 Pengenalan LPG Iklan TV
Iklan TV dan penyuluhan RTRW Iklan TV dan penyuluhan RTRW No
Karakteristik Responden Cluster Kota Surakarta
commit to user IV-12
4.3.5 Konsumsi LPG
Analisis konsumsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola dan tingkat konsumsi energi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji.
A. Pola Konsumsi Berdasarkan teori konsumsi penggunaan gas elpiji dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga dan usia. 1. Pendapatan
Berdasarkan teori konsumsi, konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan maka akan semakin tinggi
tingkat konsumsi suatu produk. a. Tabung 3 kg
Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg berdasarkan pendapatan keluarga.
1 tabung 2 tabung 3 tabung 4 tabung 5 tabung 6 tabung 8.00
Jumlah tabung
10 20
30 40
50
C ou
nt
Pendapatan Rp. 1000.000
Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000
Rp. 2000.000 - Rp. 3000.000
Rp. 3000.000 - Rp. 4000.000
Rp. 4000.000
Gambar 4.9 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan
commit to user IV-13
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg berdasarkan pendapatan keluarga, yaitu:
Gambar 4.10 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan
Dari gambar 4.10 dapat dilihat persentase jumlah konsumsi gas elpiji di setiap interval pendapatan keluarga.
commit to user IV-14
a. Tabung 12 kg Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 12 kg
berdasarkan pendapatan keluarga.
1 tabung 2 tabung
Jumlah tabung dipakai
10 20
30 40
50 60
C o
u n
t
Pendapatan Rp. 1000.000
Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000
Rp. 2000.000 - Rp. 3000.000
Rp. 3000.000 - Rp. 4000.000
Rp. 4000.000
Gambar 4.11
Diagram batang jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg berdasarkan pendapatan keluarga.
commit to user IV-15
Gambar 4.12 Diagram pie jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan tingkat pendapatan
Dari gambar 4.12 dapat dilihat persentase jumlah konsumsi gas elpiji di setiap interval pendapatan keluarga.
2. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah konsumsi rumah
tangga. a. Tabung 3 kg
Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg berdasarkan jumlah anggota keluarga.
commit to user IV-16
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00
Jumlah anggota keluarga
10 20
30 40
50 60
C o
u n
t
Jumlah tabung dipakai
1 tabung 2 tabung
3 tabung 4 tabung
5 tabung 6 tabung
7 tabung
Gambar 4.13 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg berdasarkan jumlah anggota keluarga.
commit to user IV-17
Gambar 4.14 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga
Dari gambar 4.14 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang dikonsumsi untuk setiap keluarga.
b. Tabung 12 kg
1.0 2.0
Jumlah tabung
10 20
30 40
50 60
70
C o
u n
t
Jumlah anggota keluarga
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0
Gambar 4.15 Diagram batang jumlah tabung elpiji 12 Kg yang dihabiskan
per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah anggota keluarga
commit to user IV-18
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg berdasarkan jumlah anggota keluarga.
Gambar 4.16
Diagram pie jumlah tabung elpiji 12 Kg yang dihabiskan per kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan jumlah
anggota keluarga Dari gambar 4.16 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang
dikonsumsi untuk setiap keluarga.
3. Siklus Hidup dan Usia Siklus hidup dan usia juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah konsumsi
rumah tangga. a. Tabung 3 kg
Berikut ini diagram batang dan diagram pie tingkat konsumsi tabung 3 kg berdasarkan usia.
commit to user IV-19
1 tabung 2 tabung 3 tabung 4 tabung 5 tabung 6 tabung 8.00
Jumlah tabung
10 20
30 40
C o
u n
t
Usia 17-23 thn
24-30 thn 31-40 thn
41-50 thn 51-60 thn
Gambar 4.17 Diagram batang jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 3 kg berdasarkan usia.
commit to user IV-20
Gambar 4.18 Diagram pie jumlah tabung 3 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia Dari gambar 4.18 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang
dikonsumsi disetiap interval usia. b. Tabung 12 kg
1 tabung 2 tabung
Jumlah tabung
20 40
60 80
Co un
t
Usia 17-23 thn
24-30 thn 31-40 thn
41-50 thn 51-60 thn
Gambar 4.19 Diagram batang jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia
commit to user IV-21
Berikut ini diagram pie tingkat konsumsi gas elpiji ukuran 12 kg berdasarkan usia.
Gambar 4.20 Diagram pie jumlah tabung 12 kg yang dihabiskan per
kepala keluarga dalam 1 bulan berdasarkan usia Dari gambar 4.20 dapat dilihat persentase jumlah tabung gas elpiji yang
dikonsumsi disetiap interval usia.
commit to user IV-22
B. Tingkat Konsumsi Selanjutnya, dari data penelitian, dapat ditentukan indeks konsumsi energi gas
elpiji per orangan, sebagai berikut: ·
Consumsi
å
=
å
bulan 1
selama elpiji
gas Pemakaian
= S tabung 3 Kg + S tabung 12 Kg = 4641 Kg » 52234455 kcalkg
1 kg LPG = 11255 kcalkg
· Indeks per keluarga =
å å
KK Consumsi
=
400 52234455
= 130586 kcalkg per keluarga dalam 1 bln = 11,6 Kgkeluarga dalam 1 bulan
· Indeks pe orangan =
keluarga anggota
rata -
Rata keluarga
per Indeks
=
4 130586
= 32646,53438 kcalkg per orang dalam 1 bulan = 2,9 » 3Kgorang dalam 1 bulan
· Kebutuhan elpiji di kota Surakarta
=
å
surakarta di
keluarga kepala
x keluarga
kepala Indeks
= 1.541.582 kgbulan
commit to user
V-1
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL