Ribbed Smoked Sheet TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan klon tanaman remaja dan dewasa , disamping menggunakan ciri-ciri morfologi tanaman, juga dapat dibantu dengan ciri – ciri yang terdapat paad bijinya. Ciri – ciri biji karet yang perlu diperhatikan adalah : 1. Bentu biji : bentuk menanjang dilihat dari atas, samping dan bawah ; bentuk melintang dilihat dari depan dan belakang 2. Ukuran biji : besar, kecil dan sedang. Untuk ukuran biji yang kita pakai sebagai patokan ialah biji GT1 adalah “kecil”, dan biji LCB1320 adalah “besar” 3. Warna biji : putih, putih kecokelatan, cokelat muda, dan sebagainya 4. Warna dan bentuk mozaik dari biji : cokelat, cokelat tua, cokelat kehitaman, dan sebagainya. Mozaiknya ada yang sambung menyambung dan juga terputus – putus. Ciri – ciri pada biji karet ini sangat sukar ditentukan. Oleh Karena itu pengenalan biji dari klon karet lebih banyak dilakukan dengan cara mengingat- ingat apa yang dilihat. Dengan cara ini lebih mudah membedakan, klon yang satu dengan lainnya, yaitu dengan melihat biji dari pohon yang akan di teliti.Setyamidjaja,1993

2.4 Ribbed Smoked Sheet

Ribbed Smoked Sheet RSS adalah adalah produk yang berasal dari lateks tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara mekanis dan kimiawi dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard The Green Book dan konsisten Tim Standardisasi Pengolahan Karet, 1997. Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks segar menjadi lembaran- Universitas Sumatera Utara lembaran sit melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan. Pemanfaatan karet RSS umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban radial serta beberapa komponen peralatan mesin industri. Tahap awal dalam pengolahan RSS adalah penerimaan lateks kebun. Lateks yang berasal dari mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air. Air yang digunakan harus air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks 6o, serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03. Tujuan pengenceran ini adalah untuk menyeragamkan KKK sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap serta memudahkan penyaringan kotoran Suwarti,1989. Pengenceran dapat dilakukan hingga KKK mencapai kadar 12-15. Tahap berikutnya ialah pembekuan lateks yang dilakukan dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan. Biasanya digunakan larutan asam formatasam semut atau asam asetatasam cuka dengan konsentrasi 1-2 ke dalam lateks yang telah distandarkan KKK-nya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku, yaitu pada pH antara 4.5-4.7 Zuhra,2006. Penambahan diikuti dengan pengadukan agar asam tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengaduk yang digunakan adalah plat alumunium yang berlubang-lubang dengan ukuran 14 lebar bak. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah Universitas Sumatera Utara terjadinya busa. Bila timbul ke permukaan akibat pengadukan maka harus dibuang sampai bersih untuk menghindari gelembung udara pada koagulum. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan merubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuankoagulum dengan kekuatan yang dikehendaki. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam. Langkah berikutnya adalah penggilingan yang dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif. Di bagian atas mesin gilingan dilengkapi dengan saluran air bersih yang disemprotkan untuk pencucian lembaran sit selama penggilingan. Di bawah gilingan terakhir terdapat bak air pencuci lembaran untuk membersihkan sisa asam. Air dalam bak ini diusahakan mengalir karena lembaran gilingan masih banyak mengandung serum dan asam yang harus dicuci. Setelah melewati gilingan terakhir, lembaran 11 kemudian digantung dalam lori untuk ditiriskan selama 1-2 jam. Penirisan dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari. Setelah ditiriskan, lembaran sit diangkut ke dalam kamar asap. Tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sit, memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan. Pada hari pertama dibutuhkan asap yang lebih banyak untuk pembentukan warna. Untuk memperbanyak asap dapat digunakan jenis kayu bakar umumnya menggunakan kayu karet yang masih basah. Pada hari kedua lembaran sit harus dibalik untuk melepaskan lembaran yang lengket terhadap gantar dan juga agar Universitas Sumatera Utara sisi lain lembaran sit bisa terkena asap sehingga pengasapan merata. Mulai hari ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah panas guna memperoleh tingkat kematangan yang tepat. Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987 The Green book. Hasil sit yang telah disortasi dan digolongkan ke dalam beberapa kelas mutu, kemudian ditimbang seberat 113 kg. Sit dilipat dan ditata ke dalam peti berukuran 48 × 48 × 48 cm untuk memudahkan proses pengepresan membentuk ukuran persegi yang disebut juga dengan bandela atau bal. Bandela kemudian dibungkus dengan lembaran sit lalu di labor menggunakan talk. Pelaburan dilakukan untuk mencegah serangan jamur atau kapang serta menghindari pelekatan pada masing-masing bandela yang bersentuhan. Perhitungan untuk penjualan produk dikenal dengan istilah lot, dengan jumlah 1 lot setara dengan 18 bandela.

2.5 Asap Cair