BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karet Alam
Karet alam dikenal bermula ketika Christoper Colombus menemukannya pada tahun 1493. Kegunaanya mulai dikenal manusia ketika Goodyear dan Hancock
menemukan proses vulkanisasi dalam tahun 1840. Terdapat lebih dari 2000 species tumbuhan yang menghasilkan lateks yang mengandung poliisoprena,
tetapi hanya Hevea Brasiliensis saja yang bernilai komersil. Hevea Brasiliensis berasal dari Lembah Amazon di Amerika Selatan, lalu diperkenalkan ke Asia
Tenggara dalam tahun 1877. Kebutuhan karet meningkat sejak tahun 1900-an karena penggunaan ban pneumatic pada kenderaan bermotor.
Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis, sehingga produksinya tidak dapat memenuhi karet dunia. Hal ini mendorong negara-negara
Barat untuk melakukan serangkaian penelitian dan produksi karet sintetik. Surya.I.2006. Tanaman karet Hevea brasiliensis bukan merupakan tanaman
asli Indonesia melainkan berasal dari hutan lembah sungai Amazon, Brazil. Pada tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
Belanda. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 15-25 m. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Pada bagian ini banyak mengandung getah yang dinamakan lateks. Potongan melintang batang
pohon karet dari arah luar ke dalam adalah lapisan kulit keras, kulit lunak,
Universitas Sumatera Utara
kambium serta kayu. Pembuluh lateks terletak diantara lapisan kulit lunak dan kambium, berbentuk tabung dengan dinding kenyal.
Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil-Amerika Selatan.
Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazone dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam
berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakan api dan bola untuk permaianan. Setelah de la condamine mengirim bahan elastis yang aneh
atau “caoutchuc” dari Peru ke Prancis pada tahun 1736, maka saat itu orang Eropa mulai menaruh perhatian terhadap karet perhatian terhadap karet meningkat
setelah Priestly, seorang ahli fisikakimia pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari grafit, sehingga orang inggris
menjuluki karet sebagai rubber. Percobaan penggunaan karet dikembangkan terus menerus. Penemuan yang sangat menentukan tumbuhan karet adalah
ditemukannya cara vulkanisasi vulcanization process oleh seorang ahli kimia Amerika, Charles Goodyear pada tahun 1839. Pada proses vulkanisasi ini karet
dicampur dengan belerang pada derajat suhu tertentu, sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dalam penggunaan bahan karet murni.
Setyamidjaja.1993
2.2 Komposisi Karet