Pengaruh Pendapatan terhadap Fertilitas

56 semua variabel bebas pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi berpengaruh nyata terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Begitu juga secara parsial, melalui Uji t, semua variabel bebas menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Namun seperti yang diketahui, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas tidak hanya pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi saja, tetapi masih banyak lagi berbagai faktor lainnya. Ini terbukti dari hasil uji koefisien determinasi berganda R 2 yang menunujukkan, bahwa 66,9 fertilitas dipengaruhi oleh variabel bebas tersebut. Sedangkan sisanya 33,1 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian ini. Penjelasan dari masing-masing pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dijelaskan sebagai berikut.

4.3.1 Pengaruh Pendapatan terhadap Fertilitas

Pendapatan memiliki koefisien regresi b 1 sebesar -1.90E-07 yang menunjukkan pengaruh pendapatan bernilai negatif -. Dengan kata lain, koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menurunkan tingkat fertilitas sebesar 1.90E-07 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Pendapatan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas dimana setiap pendapatan naik 1 rupiah per bulan, maka fertilitas akan menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang Universitas Sumatera Utara 57 menyatakan, bahwa pendapatan berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di mana setiap pendapatan naik maka fertilitas akan turun begitupun sebaliknya. Pendapatan merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi suatu keluarga untuk membuat keputusan dalam menentukan atau merencanakan jumlah anak. Seperti yang dikatakan Hatmadji 2007, apabila ada kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua akan berubah, karena orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik dan ini berarti biayanya naik, sedangkan kegunaannya turun, sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan permintaan terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun. Seperti halnya kasus di Kota Lhokseumawe, responden dengan pendapatan yang tinggi rata-rata memiliki jumlah anak yang relatif sedikit 1-2 orang anak. Mereka mengakui bahwa mereka menginginkan anak dengan kualitas pendidikan yang baik, karena biaya kebutuhan sekolah dan les privat sekarang mahal untuk itu mereka membatasi kelahiran. Hal ini juga tidak terlepas dari salah satu program pemerintah untuk membatasi kelahiran, yaitu program keluarga berencana KB yang diikuti oleh sebagian responden.

4.3.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas