31 Jadi, jumlah sampel adalah 96 orang. Namun demikian, responden yang
ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.
3.6 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan metode kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya Sugiyono, 2011: 162. Hasil dari kuesioner tersebut bersumber dari
responden penelitian, yaitu pekerja wanita yang sudah menikah di Kota Lhokseumawe.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara mengambil data yang sudah ada. Dalam penelitian ini data diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS
Kota Lhokseumawe dan BPS Provinsi Aceh, serta studi pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
32 1.
Studi Kepustakaan Library Research Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai literatur
guna memperoleh peralatan dasar teori-teori seperti buku-buku, jurnal-jurnal, artikel maupun laporan penelitian ilmiah terdahulu, serta bacaan lain yang relevan
dengan masalah yang diteliti. 2.
Studi Lapangan Field Research Studi Lapangan, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti
dengan salah satu caranya adalah melalui penyebaran kuesioner angket di Kota Lhokseumawe.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono, 2011.
3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antara beberapa variabel bebas, yaitu; Pendapatan X
1
, Tingkat pendidikan X
2
, Jam kerja X
3
, Usia kawin pertama X
4
, dan Pemakaian alat kontrasepsi X
5
dengan variabel terikatnya, yaitu Fertilitas Y. Persamaan regersi linier berganda yang digunakan adalah:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ b
5
X
5
+ e
Keterangan: Y
= Fertilitas
Universitas Sumatera Utara
33 a
= Konstanta b
1
= Koefisien regresi Pendapatan
b
2
= Koefisien regresi Tingkat pendidikan b
3
= Koefisien regresi Jam kerja b
4
= Koefisien regresi Usia kawin pertama b
5
= Koefisien regresi Pemakaian alat kontrasepsi X
1
= Pendapatan X
2
= Tingkat pendidikan X
3
= Jam kerja X
4
= Usia kawin pertama X
5
= Pemakaian alat kontrasepsi e
= Standard error variabel pengganggu
3.8.3 Uji Statistik
1. Uji F Uji Bersama
Uji F digunakan untuk melihat secara bersama-sama bagaimana pengaruh dari variabel bebas pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin
pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi terhadap variabel terikat fertilitas. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka
digunakan statistik F uji F, dengan kriteria sebagai berikut: -
Jika F
hitung
F
tabel
, maka H diterima atau H
a
ditolak. -
Jika F
hitung
F
tabel
, maka H ditolak atau H
a
diterima. Atau
- Jika Probabilitas F
hitung
0,05 maka H
o
diterima atau H
a
ditolak.
Universitas Sumatera Utara
34 -
Jika Probabilitas F
hitung
0,05 maka H
o
ditolak atau H
a
diterima. 2.
Uji t Uji Parsial Uji t bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang
positif dan signifikan dari variabel bebas pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi terhadap variabel
terikat fertilitas. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka digunakan statistik t uji t, dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika t
hitung
t
tabel
, maka H diterima atau H
a
ditolak. -
Jika t
hitung
t
tabel
, maka H ditolak atau H
a
diterima. Atau
- Jika Probabilitas t
hitung
0,05 maka H
o
diterima atau H
a
ditolak. -
Jika Probabilitas t
hitung
0,05 maka H
o
ditolak atau H
a
diterima. 3.
Uji Koefisien Determinasi Berganda R
2
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilainya adalah 0-1. Semakin
mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan sangat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu maka model semakin baik
Situmorang, 2008:112.
3.8.4 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi
Universitas Sumatera Utara
35 Ibid:96. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan
dengan melihat toleransi variabel Tolerance value dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut:
- VIF 5 , maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas.
- VIF 5 , maka tidak terdapat multikolinieritas.
- Tolerance
0,1 ,
maka diduga
mempunyai persoalan
multikolinieritas. -
Tolerance 0,1 , maka tidak terdapat multikolinieritas. 2.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residu atau dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan apabila varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas jika :
a Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d
Penyebaran titik-titik data tidak berpola. 3.
Uji Normalitas
Universitas Sumatera Utara
36 Tujuan dari uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau melenceng ke kanan Ibid:55. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis
diagonal berdistribusi normal maka dilakukan Uji Kolmogorv-Smirnov, dengan menggunakan tingkat signifikan 5 maka jika nilai Asymp.Sig 2-tailed di atas
nilai signifikan 5, artinya variabel residual berdistribusi normal.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis Kota Lhokseumawe
Universitas Sumatera Utara
37 Kota Lhokseumawe adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Aceh.
Kota Lhokseumawe terletak di antara 4
o
- 5
o
Lintang Utara dan 96
o
– 97
o
Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 13 meter di atas permukaan laut. Kota
Lhokseumawe memiliki luas yaitu 181,06 Km
2
yang sebagian besar lahan digunakan untuk pemukiman penduduk. Kota Lhokseumawe dibagi menjadi 4
kecamatan, 9 kemukiman, 68 gampong, dan 259 dusun. Adapun batas-batas wilayah Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut.
- Sebelah Utara
: Selat Malaka -
Sebelah Selatan : Kecamatan Kuta Makmur Aceh Utara
- Sebelah Timur
: Kecamatan Syamtalira Bayu Aceh Utara -
Sebelah Barat : Kecamatan Dewantara Aceh Utara
Iklim di Kota Lhokseumawe adalah tropis dengan suhu rata-rata tahunan adalah 27.3
o
C. Curah hujan di Kota Lhokseumawe tergolong signifikan sepanjang tahun dengan rata-rata 1531 mm.
4.1.2 Gambaran Umum Responden di Kota Lhokseumawe
Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 orang responden penelitian, diperoleh hasil jawaban responden mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian terhadap variabel-variabel
yang diamati, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat yaitu fertilitas, dan variabel bebas terdiri dari pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja,
usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi. a.
Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
38 Pendapatan merupakan jumlah pemasukan dari kegiatan pokok yang
dilakukan oleh responden. Jumlah pemasukan yang diterima responden tersebut dinyatakan dalam satuan rupiah Rp per bulan. Gambaran umum pendapatan
responden di Kota Lhokseumawe dapat ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Pendapatan Responden di Kota Lhokseumawe
NO. PENDAPATAN RPbulan
JUMLAH Orang
PERSENTASE
1 Rp 500.000 - Rp 2.000.000
35 35
2 Rp 2.100.000 - Rp 4.000.000
42 42
3 Rp 4.100.000 - Rp 6.000.000
13 13
4 Rp
6.100.000- Rp
Rp 8.000.000
10 10
TOTAL 100
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diatas, diketahui besarnya pendapatan responden per bulan antara Rp 500.000 - Rp 2.000.000 adalah
sebanyak 35 orang atau dengan persentase 35. Dalam rentang Rp 2.100.000 –
Rp 4.000.000 sebanyak 42 orang atau 42. Sedangkan rentang Rp 4.100.000 –
Rp 6.000.000 sebanyak 13 orang atau 13. Dan pada rentang Rp 6.100.000 –
Rp 8.000.000 sebanyak 10 orang atau 10. Dari gambaran tersebut, dapat dinyatakan bahwa secara umum pendapatan pekerja wanita di Kota Lhokseumawe
cukup tinggi. Dari pendapatan yang diperoleh dari responden disesuaikan dengan jenis -
jenis pekerjaannya, yang telah dikelompokkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Jenis Pekerjaan Responden di Kota Lhokseumawe
NO. JENIS PEKERJAAN
JUMLAH Orang
PERSENTASE
1 PNS
42 42
2 Karyawan Swasta
14 14
Universitas Sumatera Utara
39 3
Perawat 13
13 4
Bidan 11
11 5
Pedagang 9
9 6
Wiraswasta 7
7 7
Guru 2
2 8
Penjahit 2
2
TOTAL 100
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah
Dari tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai PNS dengan 42, lalu karyawan swasta dengan 14, perawat
dengan 13, bidan dengan 11, pedagang dengan 9, wiraswasta dengan 7, serta guru dan penjahit dengan masing-masing 2.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal berjenjang yang pernah diikuti oleh responden, yaitu SD, SMP, SMA, dan Akademi
Perguruan Tinggi dan dinyatakan berdasarkan pendidikan formal terakhir responden. Data tentang pendidikan responden di Kota Lhokseumawe dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Pendidikan Responden di Kota Lhokseumawe
NO. PENDIDIKAN
JUMLAH Orang
PERSENTASE
1 SD sederajat
1 1
2 SMP sederajat
2 2
3 SMA sederajat
31 31
4 Akademi
Perguruan Tinggi
66 66
TOTAL 100
100
Universitas Sumatera Utara
40
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah
Berdasarakan data pada tabel 4.3 dapat dilihat, tingkat pendidikan responden sebagian besar ialah Akademi Perguruan Tinggi yaitu sebesar 66,
diikuti dengan tingkat pendidikan SMA sederajat sebesar 31, lalu tingkat pendidikan SMP sederajat sebesar 2, dan tingkat pendidikan SD sederajat hanya
1. Berarti secara umum, tingkat pendidikan pekerja wanita di Kota Lhokseumawe tergolong tinggi.
c. Jam Kerja
Jam kerja adalah lamanya waktu responden untuk bekerja, diukur dengan total waktu yang digunakan oleh responden untuk memperoleh pendapatan dalam
satuan jamhari. Jam kerja akan menentukan tinggi rendahnya fertilitas, karena semakin lama seseorang bekerja maka keputusan untuk memiliki anak akan
semakin berkurang. Adapun gambaran tentang jam kerja responden di Kota Lhokseumawe dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Jam Kerja Responden di Kota Lhokseumawe
NO. JAM KERJA Jamhari
JUMLAH Orang
PERSENTASE
1 4
– 7 32
32 2
8 – 11
63 63
3 ≥ 12
5 5
TOTAL 100
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah
Universitas Sumatera Utara
41 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 diketahui bahwa jam kerja
tertinggi responden di Kota Lhokseumawe terdapat pada jam kerja antara 8 – 11
jam per hari atau sebanyak 63 responden. Lalu jam kerja antara 4 – 7 jam per hari
sebanyak 32 responden. Dan pada jam kerja ≥12 jam per hari sebanyak 5
responden. Dari gambaran tersebut, dapat dinyatakan bahwa secara umum pekerja wanita di Kota Lhokseumawe bekerja antara 8
– 11 jam per hari. d.
Usia Kawin Pertama Usia kawin pertama menunjukkan usia pertama kali responden menikah
dan dinyatakan dalam satuan tahun. Gambaran umum usia kawin pertama responden di Kota Lhokseumawe dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Usia Kawin Pertama Responden di Kota Lhokseumawe
NO. USIA KAWIN PERTAMA
Tahun JUMLAH
Orang PERSENTASE
1 17
– 20 21
21 2
21 – 24
41 41
3 25
– 28 34
34 4
≥ 29 4
4
TOTAL 100
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat, bahwa terdapat 21 responden dengan usia kawin pertama yaitu 17
– 20 tahun. Lalu, terdapat 41 responden dengan usia kawin pertama, yaitu 21
– 24 tahun. Selanjutnya terdapat 34 responden dengan usia kawin pertama, yaitu 25
– 28 tahun. Dan terdapat 4 responden dengan usia kawin pertama, yaitu ≥29 tahun. Dari gambaran tersebut,
dapat dinyatakan bahwa secara umum usia kawin pertama pekerja wanita di Kota Lhokseumawe tergolong relatif muda.
e. Pemakaian Alat Kontrasepsi
Universitas Sumatera Utara
42 Pemakaian alat kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan
untuk mencegah kehamilan dan diukur berdasarkan status responden apakah sedang memakai alat kontrasepsi atau tidak pakai. Adapun gambaran umum
pemakaian alat kontrasepsi responden di Kota Lhokseumawe sebagai berikut.
Tabel 4.6 Pemakaian Alat Kontrasepsi Responden di Kota Lhokseumawe
NO. PEMAKAIAN ALAT
KONTRASEPSI JUMLAH
Orang PERSENTASE
1 Pakai
48 48
2 Tidak Pakai
52 52
TOTAL 100
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.6 diatas, diketahui responden yang memakai alat kontrasepsi adalah sebanyak 48 orang, sedangkan responden yang tidak
memakai alat kontrasepsi adalah sebanyak 52 orang. Secara umum dapat dikatakan, bahwa pemakaian alat kontrasepsi pada pekerja wanita di Kota
Lhokseumawe adalah relatif berimbang antara pakai dan tidak pakai .
f. Fertilitas
Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari responden menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup, dan diukur dengan jumlah bayi yang lahir hidup
dengan ukurannya adalah jiwa. Data tentang fertilitas atau jumlah anak responden di Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Fertilitas Responden di Kota Lhokseumawe
NO. FERTILITAS Jiwa
JUMLAH Orang
PERSENTASE
1 1
10 10
2 2
24 24
Universitas Sumatera Utara
43 3
3 17
17 4
4 49
49
TOTAL 100
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat, bahwa terdapat 10 responden yang memiliki 1 orang anak, 24 responden yang memiliki 2 orang
anak, 17 responden yang memiliki 3 orang anak, dan 49 responden yang memiliki 4 orang anak. Secara umum dapat dikatakan bahwa fertilitas pekerja
wanita di Kota Lhokseumawe cukup tinggi.
4.2 Hasil Analisis Data Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Metode ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara
menggambarkan data yang telah terkumpul atau menampilkan deskripsi statistik dari variabel numerik dengan rata-rata mean, standar deviasi, nilai minimum,
dan nilai maksimum. Hasil dari estimasi data penelitian menggunakan data primer dengan 100 responden dan 6 variabel, yaitu pendapatan, tingkat pendidikan, jam
kerja ,usia kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi, dan fertilitas. Data diolah dengan menggunakan software SPSS 21. Hasil estimasi tersebut secara ringkas
dapat dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 4.8
Statistik Deskriptif Variabel
N Minimum Maximum
Mean Std.
Deviation
Pendapatan 100
500000 7500000
3150000.00 1904937.762
Tingkat pendidikan
100 1
4 3.62
.582 Jam kerja
100 5
12 8.08
1.704 Usia
kawin pertama
100 17
29 23.16
3.107
Universitas Sumatera Utara
44 Pemakaian alat
kontrasepsi 100
1 2
1.48 .502
Fertilitas 100
1 4
3.05 1.067
Sumber : Lampiran III Data diolah
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh pada tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pendapatan adalah jumlah pemasukan dari kegiatan pokok yang dilakukan
oleh responden. Berdasarkan tabel 4.8, data penelitian mempunyai nilai bervariasi yang ditunjukkan dari nilai minimum, nilai maksimum, mean,
dan standar deviasi yang cukup tinggi. Pendapatan sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe mempunyai hasil minimum yaitu
Rp 500.000 per bulan dan nilai maksimum sebesar Rp 7.500.000 per bulan, dengan rata-rata pendapatan Rp 3.150.000 per bulan, serta standar
deviasi sebesar Rp 1.904.937 per bulan. 2.
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal berjenjang yang pernah diikuti oleh responden, yaitu SD, SMP, SMA maupun AkademiPerguruan
Tinggi. Berdasarkan data pada tabel 4.8, sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe memiliki tingkat pendidikan minimum adalah SD sederajat
dan pendidikan maksimum adalah AkademiPerguruan Tinggi, dengan rata-rata pendidikan adalah SMA sederajat.
3. Jam kerja adalah lamanya waktu responden untuk bekerja. Pekerja wanita
biasanya lebih banyak mencurahkan waktunya untuk bekerja daripada meluangkan waktunya di rumah. Berdasarkan tabel 4.8, sebanyak 100
responden di Kota Lhokseumawe memiliki jam kerja minimum selama 5
Universitas Sumatera Utara
45 jam per hari dan maksimum selama 12 jam per hari, dengan rata-rata jam
kerja selama 8 jam per hari. 4.
Usia kawin pertama adalah usia pertama kali responden menikah. Semakin muda seseorang melakukan perkawinan, semakin panjang masa
reproduksinya dan semakin banyak pula anak yang dilahirkan. Berdasarkan pada tabel 4.8, sebanyak 100 responden di Kota
Lhokseumawe memiliki usia kawin pertama minimum adalah 17 tahun dan maksimum 29 tahun, dengan rata-rata usia kawin pertama adalah 23
tahun. 5.
Pemakaian alat kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan, juga akan menentukan jumlah anak yang
dilahirkan. Berdasarkan tabel 4.8, pemakaian alat kontrasepsi sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe minimum berstatus pakai dan
maksimum berstatus tidak pakai, dengan rata-rata berstatus tidak pakai alat kontrasepsi.
6. Fertilitas adalah hasil reproduksi nyata dari responden menyangkut
banyaknya bayi yang lahir hidup. Berdasarkan pada tabel 4.8, fertilitas sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe memiliki jumlah anak
minimum adalah 1 orang anak dan maksimum 4 orang anak, dengan rata- rata anak yang dimilki adalah 3 orang.
4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antara beberapa variabel pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam
Universitas Sumatera Utara
46 kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
terhadap tingkat fertilitas Y pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Hasil analisis
regresi linier berganda ini diolah dengan menggunakan software SPSS 21. Untuk mengetahui hasil regresi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Koefisien
Regresi t
hitung Sig. t
Keterangan
Konstanta 6.673
9.214 0.000
Signifikan Pendapatan
-1.90E-07 -4.453
0.000 Signifikan
Tingkat pendidikan 0.242
2.054 0.043
Signifikan Jam kerja
-0.157 -3.399
0.001 Signifikan
Usia kawin pertama -0.070
-2.984 0.004
Signifikan Pemakaian
alat kontrasepsi
-0.682 -4.719
0.000 Signifikan
R 0.818
F
hitung
37.959 R square
0.669 Prob. F
hitung
0.000
Sumber : Lampiran IV Data diolah
Berdasarkan hasil pada tabel 4.9 diperoleh suatu persamaan regresinya,
yaitu sebagai berikut. Y = 6,673
–1.90E-07X
1
+0,242X
2
–0,157X
3
–0,070X
4
–0,682X
5
+e Hasil dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Nilai konstanta a adalah 6,673 menunjukkan besarnya tingkat fertilitas
pada saat pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
sama dengan nol. Artinya, apabila pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin
pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi sama dengan nol, maka fertilitas besarnya 6,673 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
47 2.
Variabel bebas pendapatan X
1
memiliki koefisien regresi b
1
sebesar -1.90E-07 menunjukkan pengaruh pendapatan yang bernilai negatif -.
Artinya, apabila pendapatan bertambah 1 rupiah per bulan, maka akan menyebabkan penurunan pada fertilitas sebesar 1.90E-07 jiwa di Kota
Lhokseumawe, dengan asumsi pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
dianggap konstan. 3.
Variabel bebas tingkat pendidikan X
2
memiliki koefisien regresi b
2
sebesar 0,242 menunjukkan pengaruh tingkat pendidikan yang bernilai positif +. Artinya, apabila tingkat pendidikan naik 1 tahun, maka akan
menyebabkan kenaikan pula terhadap fertilitas sebesar 0,242 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan asumsi pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
dianggap konstan. 4.
Varibel bebas jam kerja X
3
memiliki koefisien regresi b
3
sebesar -0,157 menunjukkan pengaruh jam kerja yang bernilai negatif -. Artinya,
apabila jam kerja bertambah 1 jam per hari, maka akan menyebabkan turunnya fertilitas sebesar 0,157 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan
asumsi pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
dianggap konstan.
5. Variabel bebas usia kawin pertama X
4
memiliki koefisien regresi b
4
sebesar -0,070 menunjukkan pengaruh usia kawin pertama yang bernilai
Universitas Sumatera Utara
48 negatif -. Artinya, apabila usia kawin pertama bertambah 1 tahun, maka
akan menyebabkan penurunan fertilitas sebesar 0,070 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan asumsi pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
dianggap konstan. 6.
Variabel bebas pemakaian alat kontrasepsi X
5
memiliki koefisien regresi b
5
sebesar -0,682 menunjukkan pengaruh pemakaian alat kontrasepsi yang bernilai negatif -. Artinya, apabila pemakaian alat kontrasepsi
meningkat 1 orang, maka akan menyebabkan terjadinya penurunan fertilitas sebesar 0,682 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan asumsi
pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
dianggap konstan.
4.2.3 Uji Statistik
1. Uji F Uji Bersama
Untuk melihat adanya pengaruh secara simultan atau secara bersama-sama varibel pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
terhadap fertilitas Y pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe maka digunakan uji statistik yaitu Uji F
Uji Bersama. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut.
Cara 1 : Jika F
hitung
F
tabel
, maka H diterima atau H
a
ditolak dan jika F
hitung
F
tabel
, maka H ditolak atau H
a
diterima. Atau Cara 2 : Jika Probabilitas
Universitas Sumatera Utara
49 F
hitung
0,05 maka H
o
diterima atau H
a
ditolak atau jika Probabilitas F
hitung
0,05 maka H
o
ditolak atau H
a
diterima. Dari hasil regresi yang diperoleh F
hitung
sebesar 37,959 dengan probabilitas F
hitung
sebesar 0,000. Dengan cara 1 dimana F
tabel
V
1
=k, V
2
= n-k-1 dengan menggunakan uji satu sisi 5 jadi V
1
=5, V
2
=100-5-1=94 = 2,311. Dimana F
hitung
adalah 37,959 maka untuk F
hitung
F
tabel
yaitu 37,959 2,311 sehingga H ditolak atau H
a
diterima. Dengan cara 2 didapatkan Probabilitas F
hitung
adalah 0.000 maka lebih kecil daripada 0,05 sehingga H
ditolak atau H
a
diterima. Dengan kata lain secara bersama-sama variabel pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
berpengaruh nyata terhadap tingkat fertilitas Y pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe.
2. Uji t Uji Parsial
Uji t Uji parsial dilakukan untuk melihat pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri antara variabel pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
terhadap tingkat fertilitas Y pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Pengambilan keputusan menggunakan dua cara sebagai berikut.
Cara 1 : Jika t
hitung
t
tabel
, maka H diterima atau H
a
ditolak atau jika t
hitung
t
tabel
maka H ditolak atau H
a
diterima. Atau Cara 2 : Jika Probabilitas t
hitung
0,05 maka H diterima atau H
a
ditolak atau jika Probabilitas t
hitung
0,05 maka H
ditolak atau H
a
diterima. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh hasil sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
50 1.
Variabel pendapatan X
1
memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,000, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari level of
significance α = 0,05, sehingga H
ditolak atau H
a
diterima. Artinya, secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
pendapatan X
1
terhadap variabel terikat fertilitas Y. 2.
Variabel tingkat pendidikan X
2
memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,043, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih keci dari level
of significance α = 0,05, sehingga H
ditolak atau H
a
diterima. Jadi artinya bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas tingkat pendidikan X
2
terhadap variabel terikat fertilitas Y. 3.
Variabel jam kerja X
3
memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,001, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari level of significance
α = 0,05, sehingga H ditolak atau H
a
diterima. Jadi artinya bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas jam kerja X
3
terhadap variabel terikat fertilitas Y. 4.
Variabel usia kawin pertama X
4
memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,004, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari
level of significance α = 0,05, sehingga H
ditolak atau H
a
diterima. Jadi artinya bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas usia kawin pertama X
4
terhadap variabel terikat fertilitas Y. 5.
Variabel pemakaian alat kontrasepsi X
5
memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,000, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil
dari level of significance α = 0,05, sehingga H
ditolak atau H
a
diterima.
Universitas Sumatera Utara
51 Jadi artinya bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas pemakaian alat kontrasepsi X
5
terhadap variabel terikat fertilitas Y.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.
0,000 Signifikan
0,043 Signifikan
0,001 Signifikan
0,004 Signifikan
0,000 Signifikan Gambar 4.1
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
3. Uji Koefisien Determinas Berganda R
2
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilainya adalah
0 sampai dengan 1, semakin mendekati nol 0 berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati
satu maka model semakin baik Situmorang, 2008:112. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai koefisien R
2
sebesar 0,669 sesuai dengan kriteria pengujian R
2
= 0,669 terletak diantara 0 sampai dengan 1. Dengan demikian Pendapatan
X
1
Tingkat Pendidikan X
2
Jam Kerja X
3
Usia Kawin Pertama X
4
Fertilitas Y
Pemakaian Alat Kontrasepsi X
5
Universitas Sumatera Utara
52 pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap fertilitas Y. Data tersebut juga menunjukkan bahwa variabel bebas
mampu menjelaskan persentase sumbangan terhadap naik turunnya tingkat fertilitas sebesar 66,9, sedangkan sisanya 33,1 dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain di luar model penelitian ini.
4.2.4 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel bebas yang memiliki kemiripan antar variabel bebas dalam suatu model.
Kemiripan antar variabel bebas akan mengakibatkan korelasi yang sangat kuat. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan
melihat toleransi variabel Tolerance value dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut:
- VIF 5 , maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas.
- VIF 5 , maka tidak terdapat multikolinieritas.
- Tolerance
0,1 ,
maka diduga
mempunyai persoalan
multikolinieritas. -
Tolerance 0,1 , maka tidak terdapat multikolinieritas. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil pengujian multikolinieritas yang
dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinieritas Variabel
Colllinearity Statistics Keterangan
Tolerance VIF
Universitas Sumatera Utara
53 Pendapatan
0.607 1.648
Tidak Multikolinieritas
Tingkat pendidikan 0.852
1.174 Tidak
Multikolinieritas Jam kerja
0.648 1.544
Tidak Multikolinieritas
Usia kawin pertama 0.754
1.326 Tidak
Multikolinieritas Pemakaian
alat kontrasepsi
0.762 1.312
Tidak Multikolinieritas
Sumber : Lampiran V Data diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada tabel 4.10 dapat dilihat, bahwa variabel bebas pendapatan X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jam kerja X
3
, usia kawin pertama X
4
, dan pemakaian alat kontrasepsi X
5
menghasilkan nilai VIF lebih kecil daripada 5 VIF5 atau memiliki nilai tolerance lebih besar daripada 0,1
Tolerance0,1 maka dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinieritas. 2.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada
suatu model dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas jika :
a Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d
Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
Gambar 4.2
Universitas Sumatera Utara
54
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Lampiran V Data diolah
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan pola gambar scatterplot pada gambar 4.2 dapat dijelaskan sebagai berikut.
a Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d
Penyebaran titik-titik data tidak berpola. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi ini. 3.
Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memilki distribusi normal. Untuk memastikan
Universitas Sumatera Utara
55 apakah data berdistribusi normal maka dilakukan Uji Kolmogorv-Smirnov dengan
menggunakan tingkat signifikan 5, maka jika nilai Asymp.Sig 2-tailed di atas nilai signifikan 5 artinya variabel residual berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 100
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation
.61418685 Most
Extreme Differences
Absolute .074
Positive .044
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .739
Asymp. Sig. 2-tailed .645
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Lampiran V Data diolah
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai Asymp.Sig 2- tailed sebesar 0,645 dan nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikan 0,05.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa model regresi ini berdistribusi normal.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan
pemakaian alat kontrasepsi terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe, baik secara simultan maupun secara parsial. Berdasarkan hasil
pengujian secara statistik dapat terlihat jelas bahwa secara simultan melalui Uji F,
Universitas Sumatera Utara
56 semua variabel bebas pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin
pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi berpengaruh nyata terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Begitu juga secara parsial,
melalui Uji t, semua variabel bebas menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Namun seperti yang diketahui, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas tidak hanya pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin
pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi saja, tetapi masih banyak lagi berbagai faktor lainnya. Ini terbukti dari hasil uji koefisien determinasi berganda R
2
yang menunujukkan, bahwa 66,9 fertilitas dipengaruhi oleh variabel bebas tersebut.
Sedangkan sisanya 33,1 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian ini. Penjelasan dari masing-masing pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat dijelaskan sebagai berikut.
4.3.1 Pengaruh Pendapatan terhadap Fertilitas
Pendapatan memiliki koefisien regresi b
1
sebesar -1.90E-07 yang menunjukkan pengaruh pendapatan bernilai negatif -. Dengan kata lain,
koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menurunkan tingkat fertilitas sebesar 1.90E-07 jiwa di Kota
Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Pendapatan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
fertilitas dimana setiap pendapatan naik 1 rupiah per bulan, maka fertilitas akan menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang
Universitas Sumatera Utara
57 menyatakan, bahwa pendapatan berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di
mana setiap pendapatan naik maka fertilitas akan turun begitupun sebaliknya. Pendapatan merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi
suatu keluarga untuk membuat keputusan dalam menentukan atau merencanakan jumlah anak. Seperti yang dikatakan Hatmadji 2007, apabila ada kenaikan
pendapatan maka aspirasi orang tua akan berubah, karena orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik dan ini berarti biayanya naik, sedangkan
kegunaannya turun, sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar
daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan permintaan terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.
Seperti halnya kasus di Kota Lhokseumawe, responden dengan pendapatan yang tinggi rata-rata memiliki jumlah anak yang relatif sedikit 1-2 orang anak.
Mereka mengakui bahwa mereka menginginkan anak dengan kualitas pendidikan yang baik, karena biaya kebutuhan sekolah dan les privat sekarang mahal untuk
itu mereka membatasi kelahiran. Hal ini juga tidak terlepas dari salah satu program pemerintah untuk membatasi kelahiran, yaitu program keluarga
berencana KB yang diikuti oleh sebagian responden.
4.3.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas
Tingkat pendidikan memiliki koefisien regresi b
2
sebesar 0,242 yang menunjukkan pengaruh tingkat pendidikan bernilai positif +. Dengan kata lain,
koefisien regresi yang bernilai positif menunjukkan bahwa peningkatan tingkat
Universitas Sumatera Utara
58 pendidikan akan juga meningkatkan tingkat fertilitas sebesar 0,242 jiwa di Kota
Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
fertilitas dimana setiap tingkat pendidikan meningkat 1 tahun, maka fertilitas juga akan ikut meningkat, begitupun sebaliknya. Hal ini bertolak belakang dengan
hipotesis awal yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas, di mana setiap peningkatan tingkat pendidikan maka
fertilitas akan turun, begitupun sebaliknya. Tingkat pendidikan wanita dianggap sebagai salah satu variabel yang
penting dalam melihat variasi tingkat fertilitas. Karena variabel ini banyak berperan dalam perubahan status, sikap dan pandangan hidup mereka didalam
masyarakat. Pendidikan istri merupakan faktor sosial paling penting dalam analisis demografi, misalnya dalam usia kawin pertama, fertilitas dan mortalitas.
Selain itu, pendidikan juga memberikan kesempatan yang lebih luas kepada wanita untuk lebih berperan dan ikut serta dalam kegiatan ekonomi. Sehingga
faktor tersebut akhirnya mempengaruhi tingkah laku reproduksi wanita, karena diharapkan pendidikan berhubungan negatif dengan fertilitas Saleh M, 2003.
Penelitian di Kota Lhokseumawe menunjukkan bahwa tingkat pendidikan maksimum yang dimiliki oleh para responden adalah AkademiPerguruan tinggi
dengan persentase 66. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan di Kota Lhokseumawe tergolong tinggi berarti fertilitas pun akan meningkat. Alasan
para responden memutuskan memiliki anak yang banyak adalah agar suasana di rumah ramai dan banyaknya penerus keluarga. Namun ada juga yang masih
Universitas Sumatera Utara
59 berpendapat bahwa “banyak anak banyak rezeki”. Kenyataan di lapangan
menunjukkan hal yang betolak belakang dengan teori yang ada tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap fertilitas. Seperti yang dikatakan oleh Todaro 1994,
semakin tinggi tingkat pendidikan istri atau wanita cenderung untuk merencanakan jumlah anak yang semakin sedikit, karena wanita yang telah
mendapatkan pendidikan cenderung memperbaiki kualitas anak dengan cara memperkecil jumlah anak. Sehingga teori diatas terbantahkan oleh kenyataan
yang ada bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang berlawanan terhadap tingkat fertilitas di Kota Lhokseumawe. Karena yang terlihat banyak
responden yang tamatan SMA sederajat ke atas memiliki anak yang banyak.
4.3.3 Pengaruh Jam Kerja terhadap Fertilitas
Jam kerja memiliki koefisien regresi b
3
sebesar -0,157 yang menunjukkan pengaruh jam kerja bernilai negatif -. Dengan kata lain, koefisien
regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa bertambahnya jam kerja akan menurunkan tingkat fertilitas sebesar 0,157 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan
asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Jam kerja memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas
dimana setiap jam kerja bertambah 1 jam per hari, maka fertilitas akan menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan
bahwa jam kerja berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di mana setiap jam kerja bertambah maka fertilitas akan turun, begitupun sebaliknya.
Hatmadji 1971 mengungkapkan bahwa terjadi hubungan negatif antara pekerja wanita dengan fertilitas. Wanita yang bekerja di luar rumah cenderung
Universitas Sumatera Utara
60 memiliki anak lebih sedikit, sedangkan wanita yang mengurus rumah tangga
mempunyai anak yang lebih banyak. Untuk kasus di Kota Lhokseumawe, jam kerja maksimum responden
adalah bekisar antara 8 sampai 11 jam per hari dengan persentase 63. Hal ini menggambarkan bahwa hampir seharian responden menghabiskan waktunya di
luar rumah untuk bekerja dan frekuensi untuk bertemu dengan suami pun berkurang, karena kesibukan kerja menyebabkan para ibu lelah dan waktu untuk
beristirahat serta berkumpul bersama keluarga berkurang, karena itu tingkat fertilitas pun akan berkurang.
4.3.4 Pengaruh Usia Kawin Pertama terhadap Fertilitas
Usia kawin pertama memiliki koefisien regresi b
4
sebesar -0,070 yang menunjukkan pengaruh usia kawin pertama bernilai negatif -. Dengan kata lain,
koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa jika usia kawin pertama bertambah, maka akan menyebabkan turunnya tingkat fertilitas sebesar
0,070 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap.
Usia kawin pertama memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas dimana setiap usia kawin pertama bertambah 1 tahun maka fertilitas akan
menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa usia kawin pertama berpengaruh negatif terhadap tingkat
fertilitas di mana setiap usia kawin pertama yang bertambah maka fertilitas akan turun begitupun sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
61 Usia kawin pertama sangat berkaitan dengan tingkat fertilitas, karena usia
kawin pertama menandakan dimulainya masa reproduksi wanita. Oleh karena itu semakin muda wanita mulai aktif secara seksual, maka semakin panjang masa
reproduksinya dan semakin besar pula kemungkinan untuk memilki anak yang banyak. Umur kumpul pertama dikelompokkan menjadi ; ≤15 tahun, 16-17 tahun,
18-19 tahun, 20-29 tahun, dan 30+ tahun Israwati, 2009. Dan menurut hasil penelitian di lapangan, responden di Kota Lhokseumawe memiliki usia kawin
pertama rata-rata adalah 23 tahun. Usia tersebut tergolong normal untuk wanita yang memulai rumah tangga baru.
4.3.5 Pengaruh Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fetilitas
Pemakaian alat kontrasepsi memiliki koefisien regresi b
5
sebesar -0,682 yang menunjukkan pengaruh pemakaian alat kontrasepsi bernilai negatif -.
Dengan kata lain, koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa peningkatan pemakaian alat kontrasepsi akan menyebabkan penurunan tingkat
fertilitas sebesar 0,682 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap.
Pemakaian alat kontrasepsi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas dimana setiap pemakaian alat kontrasepsi meningkat 1 orang,
maka fertilitas akan menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa pemakaian alat kontrasepsi berpengaruh
negatif terhadap tingkat fertilitas, dimana peningkatan pemakaian alat kontrasepsi akan menurunkan fertilitas, begitupun sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
62 Umumnya pasangan suami istri yang belum mendapatkan pekerjaan yang
layak dan pendapatan yang cukup untuk membiayai semua kebutuhan anaknya cenderung untuk membatasi jumlah anak dan memperpanjang jarak kelahiran
melalui pemakaian alat kontrasepsi. Pemakaian alat kontrasepsi secara langsung dapat mempengaruhi fertilitas. Semakin tinggi persentase wanita yang memakai
alat kontrasepsi, semakin rendah tingkat fertilitasnya. Dengan kata lain pemakaian alat kontrasepsi memiliki pengaruh negatif terhadap fertilitas.
Berdasarkan hasil penelitian di Kota Lhokseumawe, persentase responden dalam pemakaian alat kontrasepsi adalah sebesar 48, sedangkan persentase
responden yang sedang tidak memakai alat kontrasepsi adalah 52.
Universitas Sumatera Utara
63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan data yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai jawaban atas permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1.
Faktor pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Pendapatan juga
merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe.
2. Faktor tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. 3.
Faktor jam kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe.
4. Faktor usia kawin pertama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. 5.
Faktor pemakaian alat kontrasepsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe.
Universitas Sumatera Utara
64
5.2 Saran