Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Kesimpulan

31 Jadi, jumlah sampel adalah 96 orang. Namun demikian, responden yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.

3.6 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan metode kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya Sugiyono, 2011: 162. Hasil dari kuesioner tersebut bersumber dari responden penelitian, yaitu pekerja wanita yang sudah menikah di Kota Lhokseumawe. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara mengambil data yang sudah ada. Dalam penelitian ini data diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Kota Lhokseumawe dan BPS Provinsi Aceh, serta studi pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 32 1. Studi Kepustakaan Library Research Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai literatur guna memperoleh peralatan dasar teori-teori seperti buku-buku, jurnal-jurnal, artikel maupun laporan penelitian ilmiah terdahulu, serta bacaan lain yang relevan dengan masalah yang diteliti. 2. Studi Lapangan Field Research Studi Lapangan, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dengan salah satu caranya adalah melalui penyebaran kuesioner angket di Kota Lhokseumawe.

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono, 2011.

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antara beberapa variabel bebas, yaitu; Pendapatan X 1 , Tingkat pendidikan X 2 , Jam kerja X 3 , Usia kawin pertama X 4 , dan Pemakaian alat kontrasepsi X 5 dengan variabel terikatnya, yaitu Fertilitas Y. Persamaan regersi linier berganda yang digunakan adalah: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Keterangan: Y = Fertilitas Universitas Sumatera Utara 33 a = Konstanta b 1 = Koefisien regresi Pendapatan b 2 = Koefisien regresi Tingkat pendidikan b 3 = Koefisien regresi Jam kerja b 4 = Koefisien regresi Usia kawin pertama b 5 = Koefisien regresi Pemakaian alat kontrasepsi X 1 = Pendapatan X 2 = Tingkat pendidikan X 3 = Jam kerja X 4 = Usia kawin pertama X 5 = Pemakaian alat kontrasepsi e = Standard error variabel pengganggu

3.8.3 Uji Statistik

1. Uji F Uji Bersama Uji F digunakan untuk melihat secara bersama-sama bagaimana pengaruh dari variabel bebas pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi terhadap variabel terikat fertilitas. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka digunakan statistik F uji F, dengan kriteria sebagai berikut: - Jika F hitung F tabel , maka H diterima atau H a ditolak. - Jika F hitung F tabel , maka H ditolak atau H a diterima. Atau - Jika Probabilitas F hitung 0,05 maka H o diterima atau H a ditolak. Universitas Sumatera Utara 34 - Jika Probabilitas F hitung 0,05 maka H o ditolak atau H a diterima. 2. Uji t Uji Parsial Uji t bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi terhadap variabel terikat fertilitas. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka digunakan statistik t uji t, dengan kriteria sebagai berikut: - Jika t hitung t tabel , maka H diterima atau H a ditolak. - Jika t hitung t tabel , maka H ditolak atau H a diterima. Atau - Jika Probabilitas t hitung 0,05 maka H o diterima atau H a ditolak. - Jika Probabilitas t hitung 0,05 maka H o ditolak atau H a diterima. 3. Uji Koefisien Determinasi Berganda R 2 Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilainya adalah 0-1. Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan sangat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu maka model semakin baik Situmorang, 2008:112.

3.8.4 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi Universitas Sumatera Utara 35 Ibid:96. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel Tolerance value dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut: - VIF 5 , maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. - VIF 5 , maka tidak terdapat multikolinieritas. - Tolerance 0,1 , maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. - Tolerance 0,1 , maka tidak terdapat multikolinieritas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residu atau dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan apabila varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas jika : a Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d Penyebaran titik-titik data tidak berpola. 3. Uji Normalitas Universitas Sumatera Utara 36 Tujuan dari uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau melenceng ke kanan Ibid:55. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan Uji Kolmogorv-Smirnov, dengan menggunakan tingkat signifikan 5 maka jika nilai Asymp.Sig 2-tailed di atas nilai signifikan 5, artinya variabel residual berdistribusi normal. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Kota Lhokseumawe

Universitas Sumatera Utara 37 Kota Lhokseumawe adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Aceh. Kota Lhokseumawe terletak di antara 4 o - 5 o Lintang Utara dan 96 o – 97 o Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 13 meter di atas permukaan laut. Kota Lhokseumawe memiliki luas yaitu 181,06 Km 2 yang sebagian besar lahan digunakan untuk pemukiman penduduk. Kota Lhokseumawe dibagi menjadi 4 kecamatan, 9 kemukiman, 68 gampong, dan 259 dusun. Adapun batas-batas wilayah Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut. - Sebelah Utara : Selat Malaka - Sebelah Selatan : Kecamatan Kuta Makmur Aceh Utara - Sebelah Timur : Kecamatan Syamtalira Bayu Aceh Utara - Sebelah Barat : Kecamatan Dewantara Aceh Utara Iklim di Kota Lhokseumawe adalah tropis dengan suhu rata-rata tahunan adalah 27.3 o C. Curah hujan di Kota Lhokseumawe tergolong signifikan sepanjang tahun dengan rata-rata 1531 mm.

4.1.2 Gambaran Umum Responden di Kota Lhokseumawe

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 orang responden penelitian, diperoleh hasil jawaban responden mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian terhadap variabel-variabel yang diamati, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat yaitu fertilitas, dan variabel bebas terdiri dari pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi. a. Pendapatan Universitas Sumatera Utara 38 Pendapatan merupakan jumlah pemasukan dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh responden. Jumlah pemasukan yang diterima responden tersebut dinyatakan dalam satuan rupiah Rp per bulan. Gambaran umum pendapatan responden di Kota Lhokseumawe dapat ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.1 Pendapatan Responden di Kota Lhokseumawe NO. PENDAPATAN RPbulan JUMLAH Orang PERSENTASE 1 Rp 500.000 - Rp 2.000.000 35 35 2 Rp 2.100.000 - Rp 4.000.000 42 42 3 Rp 4.100.000 - Rp 6.000.000 13 13 4 Rp 6.100.000- Rp Rp 8.000.000 10 10 TOTAL 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diatas, diketahui besarnya pendapatan responden per bulan antara Rp 500.000 - Rp 2.000.000 adalah sebanyak 35 orang atau dengan persentase 35. Dalam rentang Rp 2.100.000 – Rp 4.000.000 sebanyak 42 orang atau 42. Sedangkan rentang Rp 4.100.000 – Rp 6.000.000 sebanyak 13 orang atau 13. Dan pada rentang Rp 6.100.000 – Rp 8.000.000 sebanyak 10 orang atau 10. Dari gambaran tersebut, dapat dinyatakan bahwa secara umum pendapatan pekerja wanita di Kota Lhokseumawe cukup tinggi. Dari pendapatan yang diperoleh dari responden disesuaikan dengan jenis - jenis pekerjaannya, yang telah dikelompokkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Jenis Pekerjaan Responden di Kota Lhokseumawe NO. JENIS PEKERJAAN JUMLAH Orang PERSENTASE 1 PNS 42 42 2 Karyawan Swasta 14 14 Universitas Sumatera Utara 39 3 Perawat 13 13 4 Bidan 11 11 5 Pedagang 9 9 6 Wiraswasta 7 7 7 Guru 2 2 8 Penjahit 2 2 TOTAL 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah Dari tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai PNS dengan 42, lalu karyawan swasta dengan 14, perawat dengan 13, bidan dengan 11, pedagang dengan 9, wiraswasta dengan 7, serta guru dan penjahit dengan masing-masing 2. b. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal berjenjang yang pernah diikuti oleh responden, yaitu SD, SMP, SMA, dan Akademi Perguruan Tinggi dan dinyatakan berdasarkan pendidikan formal terakhir responden. Data tentang pendidikan responden di Kota Lhokseumawe dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Pendidikan Responden di Kota Lhokseumawe NO. PENDIDIKAN JUMLAH Orang PERSENTASE 1 SD sederajat 1 1 2 SMP sederajat 2 2 3 SMA sederajat 31 31 4 Akademi Perguruan Tinggi 66 66 TOTAL 100 100 Universitas Sumatera Utara 40 Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah Berdasarakan data pada tabel 4.3 dapat dilihat, tingkat pendidikan responden sebagian besar ialah Akademi Perguruan Tinggi yaitu sebesar 66, diikuti dengan tingkat pendidikan SMA sederajat sebesar 31, lalu tingkat pendidikan SMP sederajat sebesar 2, dan tingkat pendidikan SD sederajat hanya 1. Berarti secara umum, tingkat pendidikan pekerja wanita di Kota Lhokseumawe tergolong tinggi. c. Jam Kerja Jam kerja adalah lamanya waktu responden untuk bekerja, diukur dengan total waktu yang digunakan oleh responden untuk memperoleh pendapatan dalam satuan jamhari. Jam kerja akan menentukan tinggi rendahnya fertilitas, karena semakin lama seseorang bekerja maka keputusan untuk memiliki anak akan semakin berkurang. Adapun gambaran tentang jam kerja responden di Kota Lhokseumawe dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Jam Kerja Responden di Kota Lhokseumawe NO. JAM KERJA Jamhari JUMLAH Orang PERSENTASE 1 4 – 7 32 32 2 8 – 11 63 63 3 ≥ 12 5 5 TOTAL 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah Universitas Sumatera Utara 41 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 diketahui bahwa jam kerja tertinggi responden di Kota Lhokseumawe terdapat pada jam kerja antara 8 – 11 jam per hari atau sebanyak 63 responden. Lalu jam kerja antara 4 – 7 jam per hari sebanyak 32 responden. Dan pada jam kerja ≥12 jam per hari sebanyak 5 responden. Dari gambaran tersebut, dapat dinyatakan bahwa secara umum pekerja wanita di Kota Lhokseumawe bekerja antara 8 – 11 jam per hari. d. Usia Kawin Pertama Usia kawin pertama menunjukkan usia pertama kali responden menikah dan dinyatakan dalam satuan tahun. Gambaran umum usia kawin pertama responden di Kota Lhokseumawe dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Usia Kawin Pertama Responden di Kota Lhokseumawe NO. USIA KAWIN PERTAMA Tahun JUMLAH Orang PERSENTASE 1 17 – 20 21 21 2 21 – 24 41 41 3 25 – 28 34 34 4 ≥ 29 4 4 TOTAL 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat, bahwa terdapat 21 responden dengan usia kawin pertama yaitu 17 – 20 tahun. Lalu, terdapat 41 responden dengan usia kawin pertama, yaitu 21 – 24 tahun. Selanjutnya terdapat 34 responden dengan usia kawin pertama, yaitu 25 – 28 tahun. Dan terdapat 4 responden dengan usia kawin pertama, yaitu ≥29 tahun. Dari gambaran tersebut, dapat dinyatakan bahwa secara umum usia kawin pertama pekerja wanita di Kota Lhokseumawe tergolong relatif muda. e. Pemakaian Alat Kontrasepsi Universitas Sumatera Utara 42 Pemakaian alat kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan dan diukur berdasarkan status responden apakah sedang memakai alat kontrasepsi atau tidak pakai. Adapun gambaran umum pemakaian alat kontrasepsi responden di Kota Lhokseumawe sebagai berikut. Tabel 4.6 Pemakaian Alat Kontrasepsi Responden di Kota Lhokseumawe NO. PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI JUMLAH Orang PERSENTASE 1 Pakai 48 48 2 Tidak Pakai 52 52 TOTAL 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah Berdasarkan data pada tabel 4.6 diatas, diketahui responden yang memakai alat kontrasepsi adalah sebanyak 48 orang, sedangkan responden yang tidak memakai alat kontrasepsi adalah sebanyak 52 orang. Secara umum dapat dikatakan, bahwa pemakaian alat kontrasepsi pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe adalah relatif berimbang antara pakai dan tidak pakai . f. Fertilitas Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari responden menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup, dan diukur dengan jumlah bayi yang lahir hidup dengan ukurannya adalah jiwa. Data tentang fertilitas atau jumlah anak responden di Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut. Tabel 4.7 Fertilitas Responden di Kota Lhokseumawe NO. FERTILITAS Jiwa JUMLAH Orang PERSENTASE 1 1 10 10 2 2 24 24 Universitas Sumatera Utara 43 3 3 17 17 4 4 49 49 TOTAL 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Data diolah Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat, bahwa terdapat 10 responden yang memiliki 1 orang anak, 24 responden yang memiliki 2 orang anak, 17 responden yang memiliki 3 orang anak, dan 49 responden yang memiliki 4 orang anak. Secara umum dapat dikatakan bahwa fertilitas pekerja wanita di Kota Lhokseumawe cukup tinggi.

4.2 Hasil Analisis Data Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif

Metode ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul atau menampilkan deskripsi statistik dari variabel numerik dengan rata-rata mean, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum. Hasil dari estimasi data penelitian menggunakan data primer dengan 100 responden dan 6 variabel, yaitu pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja ,usia kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi, dan fertilitas. Data diolah dengan menggunakan software SPSS 21. Hasil estimasi tersebut secara ringkas dapat dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pendapatan 100 500000 7500000 3150000.00 1904937.762 Tingkat pendidikan 100 1 4 3.62 .582 Jam kerja 100 5 12 8.08 1.704 Usia kawin pertama 100 17 29 23.16 3.107 Universitas Sumatera Utara 44 Pemakaian alat kontrasepsi 100 1 2 1.48 .502 Fertilitas 100 1 4 3.05 1.067 Sumber : Lampiran III Data diolah Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh pada tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Pendapatan adalah jumlah pemasukan dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh responden. Berdasarkan tabel 4.8, data penelitian mempunyai nilai bervariasi yang ditunjukkan dari nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi yang cukup tinggi. Pendapatan sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe mempunyai hasil minimum yaitu Rp 500.000 per bulan dan nilai maksimum sebesar Rp 7.500.000 per bulan, dengan rata-rata pendapatan Rp 3.150.000 per bulan, serta standar deviasi sebesar Rp 1.904.937 per bulan. 2. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal berjenjang yang pernah diikuti oleh responden, yaitu SD, SMP, SMA maupun AkademiPerguruan Tinggi. Berdasarkan data pada tabel 4.8, sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe memiliki tingkat pendidikan minimum adalah SD sederajat dan pendidikan maksimum adalah AkademiPerguruan Tinggi, dengan rata-rata pendidikan adalah SMA sederajat. 3. Jam kerja adalah lamanya waktu responden untuk bekerja. Pekerja wanita biasanya lebih banyak mencurahkan waktunya untuk bekerja daripada meluangkan waktunya di rumah. Berdasarkan tabel 4.8, sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe memiliki jam kerja minimum selama 5 Universitas Sumatera Utara 45 jam per hari dan maksimum selama 12 jam per hari, dengan rata-rata jam kerja selama 8 jam per hari. 4. Usia kawin pertama adalah usia pertama kali responden menikah. Semakin muda seseorang melakukan perkawinan, semakin panjang masa reproduksinya dan semakin banyak pula anak yang dilahirkan. Berdasarkan pada tabel 4.8, sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe memiliki usia kawin pertama minimum adalah 17 tahun dan maksimum 29 tahun, dengan rata-rata usia kawin pertama adalah 23 tahun. 5. Pemakaian alat kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan, juga akan menentukan jumlah anak yang dilahirkan. Berdasarkan tabel 4.8, pemakaian alat kontrasepsi sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe minimum berstatus pakai dan maksimum berstatus tidak pakai, dengan rata-rata berstatus tidak pakai alat kontrasepsi. 6. Fertilitas adalah hasil reproduksi nyata dari responden menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Berdasarkan pada tabel 4.8, fertilitas sebanyak 100 responden di Kota Lhokseumawe memiliki jumlah anak minimum adalah 1 orang anak dan maksimum 4 orang anak, dengan rata- rata anak yang dimilki adalah 3 orang.

4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antara beberapa variabel pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam Universitas Sumatera Utara 46 kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 terhadap tingkat fertilitas Y pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Hasil analisis regresi linier berganda ini diolah dengan menggunakan software SPSS 21. Untuk mengetahui hasil regresi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Koefisien Regresi t hitung Sig. t Keterangan Konstanta 6.673 9.214 0.000 Signifikan Pendapatan -1.90E-07 -4.453 0.000 Signifikan Tingkat pendidikan 0.242 2.054 0.043 Signifikan Jam kerja -0.157 -3.399 0.001 Signifikan Usia kawin pertama -0.070 -2.984 0.004 Signifikan Pemakaian alat kontrasepsi -0.682 -4.719 0.000 Signifikan R 0.818 F hitung 37.959 R square 0.669 Prob. F hitung 0.000 Sumber : Lampiran IV Data diolah Berdasarkan hasil pada tabel 4.9 diperoleh suatu persamaan regresinya, yaitu sebagai berikut. Y = 6,673 –1.90E-07X 1 +0,242X 2 –0,157X 3 –0,070X 4 –0,682X 5 +e Hasil dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Nilai konstanta a adalah 6,673 menunjukkan besarnya tingkat fertilitas pada saat pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 sama dengan nol. Artinya, apabila pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi sama dengan nol, maka fertilitas besarnya 6,673 jiwa. Universitas Sumatera Utara 47 2. Variabel bebas pendapatan X 1 memiliki koefisien regresi b 1 sebesar -1.90E-07 menunjukkan pengaruh pendapatan yang bernilai negatif -. Artinya, apabila pendapatan bertambah 1 rupiah per bulan, maka akan menyebabkan penurunan pada fertilitas sebesar 1.90E-07 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan asumsi pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 dianggap konstan. 3. Variabel bebas tingkat pendidikan X 2 memiliki koefisien regresi b 2 sebesar 0,242 menunjukkan pengaruh tingkat pendidikan yang bernilai positif +. Artinya, apabila tingkat pendidikan naik 1 tahun, maka akan menyebabkan kenaikan pula terhadap fertilitas sebesar 0,242 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan asumsi pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 dianggap konstan. 4. Varibel bebas jam kerja X 3 memiliki koefisien regresi b 3 sebesar -0,157 menunjukkan pengaruh jam kerja yang bernilai negatif -. Artinya, apabila jam kerja bertambah 1 jam per hari, maka akan menyebabkan turunnya fertilitas sebesar 0,157 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan asumsi pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 dianggap konstan. 5. Variabel bebas usia kawin pertama X 4 memiliki koefisien regresi b 4 sebesar -0,070 menunjukkan pengaruh usia kawin pertama yang bernilai Universitas Sumatera Utara 48 negatif -. Artinya, apabila usia kawin pertama bertambah 1 tahun, maka akan menyebabkan penurunan fertilitas sebesar 0,070 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan asumsi pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 dianggap konstan. 6. Variabel bebas pemakaian alat kontrasepsi X 5 memiliki koefisien regresi b 5 sebesar -0,682 menunjukkan pengaruh pemakaian alat kontrasepsi yang bernilai negatif -. Artinya, apabila pemakaian alat kontrasepsi meningkat 1 orang, maka akan menyebabkan terjadinya penurunan fertilitas sebesar 0,682 jiwa di Kota Lhokseumawe, dengan asumsi pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 dianggap konstan.

4.2.3 Uji Statistik

1. Uji F Uji Bersama Untuk melihat adanya pengaruh secara simultan atau secara bersama-sama varibel pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 terhadap fertilitas Y pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe maka digunakan uji statistik yaitu Uji F Uji Bersama. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut. Cara 1 : Jika F hitung F tabel , maka H diterima atau H a ditolak dan jika F hitung F tabel , maka H ditolak atau H a diterima. Atau Cara 2 : Jika Probabilitas Universitas Sumatera Utara 49 F hitung 0,05 maka H o diterima atau H a ditolak atau jika Probabilitas F hitung 0,05 maka H o ditolak atau H a diterima. Dari hasil regresi yang diperoleh F hitung sebesar 37,959 dengan probabilitas F hitung sebesar 0,000. Dengan cara 1 dimana F tabel V 1 =k, V 2 = n-k-1 dengan menggunakan uji satu sisi 5 jadi V 1 =5, V 2 =100-5-1=94 = 2,311. Dimana F hitung adalah 37,959 maka untuk F hitung F tabel yaitu 37,959 2,311 sehingga H ditolak atau H a diterima. Dengan cara 2 didapatkan Probabilitas F hitung adalah 0.000 maka lebih kecil daripada 0,05 sehingga H ditolak atau H a diterima. Dengan kata lain secara bersama-sama variabel pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 berpengaruh nyata terhadap tingkat fertilitas Y pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. 2. Uji t Uji Parsial Uji t Uji parsial dilakukan untuk melihat pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri antara variabel pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 terhadap tingkat fertilitas Y pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Pengambilan keputusan menggunakan dua cara sebagai berikut. Cara 1 : Jika t hitung t tabel , maka H diterima atau H a ditolak atau jika t hitung t tabel maka H ditolak atau H a diterima. Atau Cara 2 : Jika Probabilitas t hitung 0,05 maka H diterima atau H a ditolak atau jika Probabilitas t hitung 0,05 maka H ditolak atau H a diterima. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh hasil sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 50 1. Variabel pendapatan X 1 memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,000, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari level of significance α = 0,05, sehingga H ditolak atau H a diterima. Artinya, secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas pendapatan X 1 terhadap variabel terikat fertilitas Y. 2. Variabel tingkat pendidikan X 2 memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,043, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih keci dari level of significance α = 0,05, sehingga H ditolak atau H a diterima. Jadi artinya bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas tingkat pendidikan X 2 terhadap variabel terikat fertilitas Y. 3. Variabel jam kerja X 3 memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,001, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari level of significance α = 0,05, sehingga H ditolak atau H a diterima. Jadi artinya bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas jam kerja X 3 terhadap variabel terikat fertilitas Y. 4. Variabel usia kawin pertama X 4 memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,004, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari level of significance α = 0,05, sehingga H ditolak atau H a diterima. Jadi artinya bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas usia kawin pertama X 4 terhadap variabel terikat fertilitas Y. 5. Variabel pemakaian alat kontrasepsi X 5 memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,000, nilai ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari level of significance α = 0,05, sehingga H ditolak atau H a diterima. Universitas Sumatera Utara 51 Jadi artinya bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas pemakaian alat kontrasepsi X 5 terhadap variabel terikat fertilitas Y. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini. 0,000 Signifikan 0,043 Signifikan 0,001 Signifikan 0,004 Signifikan 0,000 Signifikan Gambar 4.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 3. Uji Koefisien Determinas Berganda R 2 Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilainya adalah 0 sampai dengan 1, semakin mendekati nol 0 berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu maka model semakin baik Situmorang, 2008:112. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai koefisien R 2 sebesar 0,669 sesuai dengan kriteria pengujian R 2 = 0,669 terletak diantara 0 sampai dengan 1. Dengan demikian Pendapatan X 1 Tingkat Pendidikan X 2 Jam Kerja X 3 Usia Kawin Pertama X 4 Fertilitas Y Pemakaian Alat Kontrasepsi X 5 Universitas Sumatera Utara 52 pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap fertilitas Y. Data tersebut juga menunjukkan bahwa variabel bebas mampu menjelaskan persentase sumbangan terhadap naik turunnya tingkat fertilitas sebesar 66,9, sedangkan sisanya 33,1 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian ini.

4.2.4 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel bebas yang memiliki kemiripan antar variabel bebas dalam suatu model. Kemiripan antar variabel bebas akan mengakibatkan korelasi yang sangat kuat. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel Tolerance value dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut: - VIF 5 , maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. - VIF 5 , maka tidak terdapat multikolinieritas. - Tolerance 0,1 , maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. - Tolerance 0,1 , maka tidak terdapat multikolinieritas. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil pengujian multikolinieritas yang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Colllinearity Statistics Keterangan Tolerance VIF Universitas Sumatera Utara 53 Pendapatan 0.607 1.648 Tidak Multikolinieritas Tingkat pendidikan 0.852 1.174 Tidak Multikolinieritas Jam kerja 0.648 1.544 Tidak Multikolinieritas Usia kawin pertama 0.754 1.326 Tidak Multikolinieritas Pemakaian alat kontrasepsi 0.762 1.312 Tidak Multikolinieritas Sumber : Lampiran V Data diolah Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada tabel 4.10 dapat dilihat, bahwa variabel bebas pendapatan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , jam kerja X 3 , usia kawin pertama X 4 , dan pemakaian alat kontrasepsi X 5 menghasilkan nilai VIF lebih kecil daripada 5 VIF5 atau memiliki nilai tolerance lebih besar daripada 0,1 Tolerance0,1 maka dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinieritas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas jika : a Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d Penyebaran titik-titik data tidak berpola. Gambar 4.2 Universitas Sumatera Utara 54 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Lampiran V Data diolah Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan pola gambar scatterplot pada gambar 4.2 dapat dijelaskan sebagai berikut. a Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d Penyebaran titik-titik data tidak berpola. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi ini. 3. Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memilki distribusi normal. Untuk memastikan Universitas Sumatera Utara 55 apakah data berdistribusi normal maka dilakukan Uji Kolmogorv-Smirnov dengan menggunakan tingkat signifikan 5, maka jika nilai Asymp.Sig 2-tailed di atas nilai signifikan 5 artinya variabel residual berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N 100 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation .61418685 Most Extreme Differences Absolute .074 Positive .044 Negative -.074 Kolmogorov-Smirnov Z .739 Asymp. Sig. 2-tailed .645 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Lampiran V Data diolah Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai Asymp.Sig 2- tailed sebesar 0,645 dan nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Sehingga dapat dinyatakan bahwa model regresi ini berdistribusi normal.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe, baik secara simultan maupun secara parsial. Berdasarkan hasil pengujian secara statistik dapat terlihat jelas bahwa secara simultan melalui Uji F, Universitas Sumatera Utara 56 semua variabel bebas pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi berpengaruh nyata terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Begitu juga secara parsial, melalui Uji t, semua variabel bebas menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Namun seperti yang diketahui, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas tidak hanya pendapatan, tingkat pendidikan, jam kerja, usia kawin pertama, dan pemakaian alat kontrasepsi saja, tetapi masih banyak lagi berbagai faktor lainnya. Ini terbukti dari hasil uji koefisien determinasi berganda R 2 yang menunujukkan, bahwa 66,9 fertilitas dipengaruhi oleh variabel bebas tersebut. Sedangkan sisanya 33,1 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian ini. Penjelasan dari masing-masing pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dijelaskan sebagai berikut.

4.3.1 Pengaruh Pendapatan terhadap Fertilitas

Pendapatan memiliki koefisien regresi b 1 sebesar -1.90E-07 yang menunjukkan pengaruh pendapatan bernilai negatif -. Dengan kata lain, koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menurunkan tingkat fertilitas sebesar 1.90E-07 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Pendapatan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas dimana setiap pendapatan naik 1 rupiah per bulan, maka fertilitas akan menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang Universitas Sumatera Utara 57 menyatakan, bahwa pendapatan berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di mana setiap pendapatan naik maka fertilitas akan turun begitupun sebaliknya. Pendapatan merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi suatu keluarga untuk membuat keputusan dalam menentukan atau merencanakan jumlah anak. Seperti yang dikatakan Hatmadji 2007, apabila ada kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua akan berubah, karena orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik dan ini berarti biayanya naik, sedangkan kegunaannya turun, sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan permintaan terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun. Seperti halnya kasus di Kota Lhokseumawe, responden dengan pendapatan yang tinggi rata-rata memiliki jumlah anak yang relatif sedikit 1-2 orang anak. Mereka mengakui bahwa mereka menginginkan anak dengan kualitas pendidikan yang baik, karena biaya kebutuhan sekolah dan les privat sekarang mahal untuk itu mereka membatasi kelahiran. Hal ini juga tidak terlepas dari salah satu program pemerintah untuk membatasi kelahiran, yaitu program keluarga berencana KB yang diikuti oleh sebagian responden.

4.3.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas

Tingkat pendidikan memiliki koefisien regresi b 2 sebesar 0,242 yang menunjukkan pengaruh tingkat pendidikan bernilai positif +. Dengan kata lain, koefisien regresi yang bernilai positif menunjukkan bahwa peningkatan tingkat Universitas Sumatera Utara 58 pendidikan akan juga meningkatkan tingkat fertilitas sebesar 0,242 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap fertilitas dimana setiap tingkat pendidikan meningkat 1 tahun, maka fertilitas juga akan ikut meningkat, begitupun sebaliknya. Hal ini bertolak belakang dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas, di mana setiap peningkatan tingkat pendidikan maka fertilitas akan turun, begitupun sebaliknya. Tingkat pendidikan wanita dianggap sebagai salah satu variabel yang penting dalam melihat variasi tingkat fertilitas. Karena variabel ini banyak berperan dalam perubahan status, sikap dan pandangan hidup mereka didalam masyarakat. Pendidikan istri merupakan faktor sosial paling penting dalam analisis demografi, misalnya dalam usia kawin pertama, fertilitas dan mortalitas. Selain itu, pendidikan juga memberikan kesempatan yang lebih luas kepada wanita untuk lebih berperan dan ikut serta dalam kegiatan ekonomi. Sehingga faktor tersebut akhirnya mempengaruhi tingkah laku reproduksi wanita, karena diharapkan pendidikan berhubungan negatif dengan fertilitas Saleh M, 2003. Penelitian di Kota Lhokseumawe menunjukkan bahwa tingkat pendidikan maksimum yang dimiliki oleh para responden adalah AkademiPerguruan tinggi dengan persentase 66. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan di Kota Lhokseumawe tergolong tinggi berarti fertilitas pun akan meningkat. Alasan para responden memutuskan memiliki anak yang banyak adalah agar suasana di rumah ramai dan banyaknya penerus keluarga. Namun ada juga yang masih Universitas Sumatera Utara 59 berpendapat bahwa “banyak anak banyak rezeki”. Kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang betolak belakang dengan teori yang ada tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap fertilitas. Seperti yang dikatakan oleh Todaro 1994, semakin tinggi tingkat pendidikan istri atau wanita cenderung untuk merencanakan jumlah anak yang semakin sedikit, karena wanita yang telah mendapatkan pendidikan cenderung memperbaiki kualitas anak dengan cara memperkecil jumlah anak. Sehingga teori diatas terbantahkan oleh kenyataan yang ada bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang berlawanan terhadap tingkat fertilitas di Kota Lhokseumawe. Karena yang terlihat banyak responden yang tamatan SMA sederajat ke atas memiliki anak yang banyak.

4.3.3 Pengaruh Jam Kerja terhadap Fertilitas

Jam kerja memiliki koefisien regresi b 3 sebesar -0,157 yang menunjukkan pengaruh jam kerja bernilai negatif -. Dengan kata lain, koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa bertambahnya jam kerja akan menurunkan tingkat fertilitas sebesar 0,157 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Jam kerja memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas dimana setiap jam kerja bertambah 1 jam per hari, maka fertilitas akan menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa jam kerja berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di mana setiap jam kerja bertambah maka fertilitas akan turun, begitupun sebaliknya. Hatmadji 1971 mengungkapkan bahwa terjadi hubungan negatif antara pekerja wanita dengan fertilitas. Wanita yang bekerja di luar rumah cenderung Universitas Sumatera Utara 60 memiliki anak lebih sedikit, sedangkan wanita yang mengurus rumah tangga mempunyai anak yang lebih banyak. Untuk kasus di Kota Lhokseumawe, jam kerja maksimum responden adalah bekisar antara 8 sampai 11 jam per hari dengan persentase 63. Hal ini menggambarkan bahwa hampir seharian responden menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bekerja dan frekuensi untuk bertemu dengan suami pun berkurang, karena kesibukan kerja menyebabkan para ibu lelah dan waktu untuk beristirahat serta berkumpul bersama keluarga berkurang, karena itu tingkat fertilitas pun akan berkurang.

4.3.4 Pengaruh Usia Kawin Pertama terhadap Fertilitas

Usia kawin pertama memiliki koefisien regresi b 4 sebesar -0,070 yang menunjukkan pengaruh usia kawin pertama bernilai negatif -. Dengan kata lain, koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa jika usia kawin pertama bertambah, maka akan menyebabkan turunnya tingkat fertilitas sebesar 0,070 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Usia kawin pertama memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas dimana setiap usia kawin pertama bertambah 1 tahun maka fertilitas akan menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa usia kawin pertama berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di mana setiap usia kawin pertama yang bertambah maka fertilitas akan turun begitupun sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 61 Usia kawin pertama sangat berkaitan dengan tingkat fertilitas, karena usia kawin pertama menandakan dimulainya masa reproduksi wanita. Oleh karena itu semakin muda wanita mulai aktif secara seksual, maka semakin panjang masa reproduksinya dan semakin besar pula kemungkinan untuk memilki anak yang banyak. Umur kumpul pertama dikelompokkan menjadi ; ≤15 tahun, 16-17 tahun, 18-19 tahun, 20-29 tahun, dan 30+ tahun Israwati, 2009. Dan menurut hasil penelitian di lapangan, responden di Kota Lhokseumawe memiliki usia kawin pertama rata-rata adalah 23 tahun. Usia tersebut tergolong normal untuk wanita yang memulai rumah tangga baru.

4.3.5 Pengaruh Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fetilitas

Pemakaian alat kontrasepsi memiliki koefisien regresi b 5 sebesar -0,682 yang menunjukkan pengaruh pemakaian alat kontrasepsi bernilai negatif -. Dengan kata lain, koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa peningkatan pemakaian alat kontrasepsi akan menyebabkan penurunan tingkat fertilitas sebesar 0,682 jiwa di Kota Lhokseumawe dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan tetap. Pemakaian alat kontrasepsi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas dimana setiap pemakaian alat kontrasepsi meningkat 1 orang, maka fertilitas akan menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa pemakaian alat kontrasepsi berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas, dimana peningkatan pemakaian alat kontrasepsi akan menurunkan fertilitas, begitupun sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 62 Umumnya pasangan suami istri yang belum mendapatkan pekerjaan yang layak dan pendapatan yang cukup untuk membiayai semua kebutuhan anaknya cenderung untuk membatasi jumlah anak dan memperpanjang jarak kelahiran melalui pemakaian alat kontrasepsi. Pemakaian alat kontrasepsi secara langsung dapat mempengaruhi fertilitas. Semakin tinggi persentase wanita yang memakai alat kontrasepsi, semakin rendah tingkat fertilitasnya. Dengan kata lain pemakaian alat kontrasepsi memiliki pengaruh negatif terhadap fertilitas. Berdasarkan hasil penelitian di Kota Lhokseumawe, persentase responden dalam pemakaian alat kontrasepsi adalah sebesar 48, sedangkan persentase responden yang sedang tidak memakai alat kontrasepsi adalah 52. Universitas Sumatera Utara 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan data yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Faktor pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Pendapatan juga merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. 2. Faktor tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. 3. Faktor jam kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. 4. Faktor usia kawin pertama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. 5. Faktor pemakaian alat kontrasepsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat fertilitas pada pekerja wanita di Kota Lhokseumawe. Universitas Sumatera Utara 64

5.2 Saran