5.2 Pengaruh Permainan Monogi tentang Pola Makan Seimbang
terhadap Sikap Siswa SDN 060902 Kota Medan
Pendidikan kesehatan promosi kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individumasyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-
masalah kesehatan yang dihadapi. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan
bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan dan sikap
setiap individu. Berdasarkan hasil pre-test sebelum dilakukan permainan Monogi
didapatkan hasil bahwa sikap responden terbanyak berada dalam kategori baik sebanyak 23 orang 65,7 dan masih ada responden yang berada dalam kategori
tidak baik sebanyak 12 orang 34,3. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat sikap responden tentang pola makan seimbang sebelum diberikan permainan Monogi
masih banyak berada dalam kategori tidak baik. Pada jawaban dari pertanyaan kuesioner pre-test diketahui bahwa anak sekolah kurang mengetahui tentang pola
makan seimbang. Sementara itu setelah dilakuan post-test didapatkan hasil bahwa sikap
responden terbanyak sesudah diberikan permainan Monogi adalah pada kaegori baik sebanyak 33 orang 94,3 dan hanya 2 orang 5,7 dalam kategori tidak
baik. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden sesudah diberikan permainan Monogi pada umumnya mengalami peningkatan menjadi kategori baik. Hal ini
dapat dilihat dari pernyataan banyak dijawab sangat setuju adalah “anak harus mengkonsumsi beragam makanan agar tubuh mendapatkan semua zat gizi yang
Universitas Sumatera Utara
dip erlukan”, responden terbanyak menyatakan setuju pada pernyataan “anak harus
makan dengan pola makan seimbang”, sedangkan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada pernyataan “mie saja sudah cukup sebagai pengganti makan siang”
dan “setiap anak boleh jajan sembarangan”. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh positif permainan Monogi tentang pola makan seimbang terhadap sikap
anak sekolah. Oleh karena itu, permainan Monogi dapat digunakan oleh pihak Puskesmas bekerja sama dengan pihak sekolah sebagai media edukasi gizi tentang
pola makan seimbang kepada siswa sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ella 2011 tentang pengaruh
penggunaan Monopoli sebagai media chemo-edutainment terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan koloid di kelas XI IPA MAN 2 Model Pekanbaru yang
menunjukkan bahwa penggunaan Monopoli sebagai media chemo-edutainment dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan koloid di kelas XI
IPA MAN 2 Model Pekanbaru dengan pengaruh peningkatan sebesar 16,7. Hasil penelitian Mutia 2013 mengenai penerapan media permainan
Monopoli geografi dalam meningkatkan hasil belajar IPS Geografi siswa kelas VII SMPN 3 Banda Aceh disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
number head together dengan menerapkan media permainan Monopoli dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan respon positif dari siswa.
Perubahan sikap sebagaimana pada teori perubahan perilaku, pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, keyakinankepercayaan yang
dilandasi oleh kebutuhan dan manfaat yang dirasakan, adanya pengetahuan tersebut seperti pada pembahasan serupa pengetahuan sebelumnya juga
Universitas Sumatera Utara
didapatkan dari hasil penginderaan, yang salah satunya didapatkan pada pendidikan atau proses belajar. Notoatmojo,2010
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap yang dimiliki seseorang tidak terlepas
dari kepercayaan dan pengetahuan yang mereka miliki, sehingga dengan minimnya pengetahuan anak sekolah dasar tentang pola makan seimbang
membuat terdapat anak sekolah dasar yang memiliki sikap buruk dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari.
Menurut WHO dalam Notoatmodjo 2010, salah satu strategi untuk perubahan perilaku adalah pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan
sehingga timbul kesadaran dan pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut.
Menurut Azwar 2007 bahwa apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi tanggapan dan penghayatan kita terhadap
stimulus sosial. Seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan. Tanggapan
dan penghayatan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Apakah tanggapan dan penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif
mendekati suatu hal atau negatif menjauhi suatu hal akan tergantung pada berbagai faktor yang salah satunya keyakinan dan kepercayaan yang diberikan
oleh media tentang pentingnya kegiatan yang dianjurkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN