92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kedudukan kejaksaan dalam Undang-Undang dikatakan sebagai badan yang
berwenang dalam penegakkan hukum dan keadilan yang menjalankan kekuasaan negara dibidang penuntutan. Namun penempatan posisi Kejaksaan
oleh Undang-Undang masih ambigu, menyebabkan Kejaksaan memiliki tugas ganda double obligation yang kerap menimbulkan keraguan mengenai
objektifitas korsa Adhyaksa dalam mengambil berbagai keputusan penting terkait dengan penanganan perkara yang menyangkut kepentingan
Pemerintahan. Ditambah dengan adanya KPK memunculkan pertentangan terhadap prinpsip een en openbaar. Posisi kejaksaan dalam struktur
ketatanegaraan di Indonesia juga tidak diatur dalam Undang-Undang 1945, menimbulkan anggapan negara tidak menjamin kedudukan Kejaksaan dalam
menjalankan fungsi penegakkan hukum di Indonesia terutama dalam fungsi penuntutan. Faktor penyebabnya adalah kedudukan kejaksaan Agung RI
sebagai badan negara staatorgan dalam UUD 1945 pada dasarnya meneruskan apa yang telah ada diatur di dalam Indische Staatregeling.
Landasan hukum tersebut menimbulkan persepsi bahwa Kejaksaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengadilan menjadi dasar mengapa Kejaksaan
tidak disebutkan secara eksplisit dalam Undang Undang Dasar. 2.
Setelah diperbandingkan dengan negara Inggris dan Wales dan juga Perancis terdapat persamaan dan perbedaan sebagai berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
93
93
Persamaan: a.
Kejaksaan masuk dalam domein ruang lingkup kekuasaan Eksekutif. b.
Kejaksaan memiliki fungsi penuntutan, sebagai penasehat hukum bagi instansi pemerintahan lainnya.
c. Jaksa AgungPenuntut Umum yang merupakan pimpinan Lembaga
Kejaksaan sama-sama mempertanggungjawabkan kinerjanya selama menjabat kepada Menteri Kehakiman ataupun Kepala Pemerintahan.
Perbedaan: 1.
Pada negara-negara dengan sistem hukum Anglo-saxon kejaksaanpenuntut umum biasanya diatur dalam Konstitusi dan undang-
undang organik negaranya sedangkan di Indonesia dan Perancis hanya diatur dalam undang-undang organik dan peraturan perundang-undangan
lainnya. 2.
Pada negara Inggris dan Wales, fungsi penuntutan dipisahkan dari lembaga kejaksaan dan dijalankan oleh lembaga independen non-
departemen, sementara Kejaksaan di Indonesia dan Perancis fungsi penuntutannya dijalankan oleh Lembaga Kejaksaan itu sendiri. Namun
Perancis menjamin Independensi lembaganya dalam UUD. 3.
Negara-negara dengan sistem hukum anglo-saxon memiliki Attorney General sebagai pucuk pimpinan, dan Indonesia adalah Jaksa Agung.
Berbeda dengan Kejaksaan Perancis semua Jaksa Penuntut Umum tetap menjadi pimpinan para jaksa di wilayahnya masing-masing dan
Universitas Sumatera Utara
94
94
bertanggungjawab langsung kepada Menteri Kehakiman atas kinerja kejaksaan pada wilayah yuridiksinya masing-masing.
3. Posisi ideal Kejaksaan RI terwujud apabila kejaksaan Independen secara kelembagaan dan fungsional melalui amandemen atau menggantikannya
dengan undang-undang baru serta memasukkan penguatan atas jaminan independensi Kejaksaan secara kelembagaan dan fungsi penegakkan hukum
sebagai salah satu agenda penting dalam wacana amandemen UUD agar institusi Kejaksaan lebih “mumpuni” onafhandelijk dalam penegakkan
hukum dan tidak terkesan sebagai alat penguasa. Kemudian secara kewenangan prinsip een en ondelbaar sepenuhnya dijalankan oleh Kejaksaan
B. Saran