13
E. Tinjauan Kepustakaan
Penulisan skripsi ini membahas seputar kedudukan Kejaksaan dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Adapun Tinjauan Pustaka yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Jaksa dan Kejaksaan
Dalam Pembahasan mengenai Jaksa, tentu saja pertanyaan umum yang pertama sekali muncul mengenai hal tersebut adalah apa pengertian Jaksa?
Apabila mengacu pada terminologi dalam bahasa asing dapat ditemukan bermacam-macam sebutan atau nomenklatur untuk jaksa. Sebutan jaksa dalam
bahasa Belanda adalah Officier van justitie Perwira Judisial Penuntut Umum, yang dikepalai oleh Kepala Jaksa yang disebut Hoofdofficier van justitie.
35
Jaksa dalam bahasa Perancis adalah Procureur général Penuntut Umum yang
dikepalai oleh kepala Jaksa Umum yaitu Procureur général près la Cour de cassation.
36
Sementara di Austria dan Jerman memiliki sebutan yang serupa terhadap jaksa yaitu Staatsanwalt Penuntut Umum dikepalai oleh
Generalstaatsanwalt.
37
Pengertian Jaksa secara etimologi bahasa menurut konsep pemikiran dari R. Tresna, “bahwa nama Jaksa atau Yaksa
38
35
Openbaar Misnisterie, Organitatie, diakses dari
berasal dari India dan gelar itu di
https:www.om.nlorganisatie, terakhir diakses pada 07 September 2016 pukul 11:26 wib.
36
Robert Vouin, The Role of the Prosecutor in French Criminal Trials, The American Journal of Comparative Law Vol. 18, No. 3 Summer, 1970, pp. 483-497, diakses
dari http:www.jstor.orgstable839340, terakhir diakses pada 07 September 2016 pukul 11:10 wib.
37
Paul Hemetsberger, Public Prosecutor, diakses dari http:www.dict.ccenglish- germanpublic+prosecutor.html, terakhir diakses pada tanggal 06092016 pukul 20:49 wib.
38
Yaksa yak.sa nomina n “makhluk kahyangan yg khusus menjaga kekayaan dan kesuburan n Ark”. lihat buku Departemen Pendidikan Nasional, Op.cit, hlm. 1442
Universitas Sumatera Utara
14
Indonesia diberikan kepada pejabat yang sebelum pengaruh hukum Hindu masuk di Indonesia, sudah biasa melakukan pekerjaan yang sama”.
39
Sementara itu menurut pandangan Dr. Saherodji yang merupakan seorang Cendikiawan Kejaksaan bahwa “Kata jaksa berasal dari bahasa sansekerta
yang berarti Pengawas Super intedant atau pengontrol yaitu pengawas soal-soal kemasyarakatan”.
40
Namun Djoko Prakoso dalam bukunya mengatakan bahwa Jaksa yang diambil alih dari adhyaksa ternyata adalah khas Indonesia, walaupun
penamaannya mengandung kesamaan kini digunakan dalam sistem kepangkatan pada kejaksaan namun fungsi dan kedudukannya berbeda. Menurutnya
“Adhyaksa” adalah terutama hakim, sedangkan jaksa adalah penuntut umum dan tugas-tugas lainnya seperti tercantum dalam Undang-Undang Pokok Kejaksaan
dan lain-lain peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
41
Menurut W.F. Stutterheim: “Pengawas dalam urusan kependetaan, baik agama Budha maupun Syiwa dan mengepalai kuil-kuil yang didirikan di sekitar
istana. Di samping itu juga bertugas sebagai hakim dan sebagai demikian ia berada di bawah perintah serta pengawasan Mahapatih”
Untuk memberikan gambaran yang lebih luas dari arti kata “Adhyaksa’, dapat dilihat beberapa pendapat para sarjana, yaitu:
42
39
Ilham Gunawan, Peran Kejaksaan dalam Menegakkan Hukum dan Stabilitas Politik, Jakarta: Sinar Grafika, 1994, hlm 41-42.
40
Ibid, hlm. 42.
41
Viswandro, Maria Matilda, Bayu Saputra, Mengenal Profesi Penegak Hukum, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2015, hlm. 45.
42
Ibid.
. Sedangkan menurut Geireke dan Roorda: “Adhyaksa sebagai hakim sedangkan dharma adhyaksa
Universitas Sumatera Utara
15
sebagai opperrechter-nya”. ”Adhyaksa” juga dapat dikatakan sebagai ”Rechter Van Instructie Bijde Landraad”, yang kalau dihubungkan dengan jabatan dalam
dunia modern sekarang dapat disejajarkan dengan hakim komisaris”.
43
Pada masa Kerajaan Mataram adhyaksa bertugas menyelesaikan perkara padoe zaken
perkara sipil dan juga perdata zaken perkara kriminal atas perintah raja dan melaksanakan keputusan raja.
44
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI: “Jaksa adalah pejabat di bidang hukum yang bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dalam
proses pengadilan terhadap orang yang diduga melanggar hukum”
45
Sementara dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menjelaskan bahwa “Jaksa
adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.”
46
Kemudian yang dipertegas dalam Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 bahwa Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
47
Kitab undang-undang hukum acara pidana juga menjelaskan jaksa berwenang dalam melaksanakan penuntutan terhadap siapa saja yang didakwa
43
Ibid.hlm 45-46
44
Kelik Pramudya dan Ananto Widiatmoko, Pedoman Etika Profesi Aparat Penegak Hukum :Hakim, Jaksa, Polisi, Notaris Advokat, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010, hlm. 39.
45
Departemen Pendidikan Nasional, Op.cit, hlm. 782
46
Pasal 1 butir 6a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
47
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67.
Universitas Sumatera Utara
16
telah melakukan suatu tindak pidana dalam yuridiksinya
48
dan juga melaksanakan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
49
Dari seluruh pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa sejak dahulu jaksa merupakan suatu jabatan yang mempunyai kewenangan yang
fungsinya sejatinya senantiasa terkait dengan bidang yudikatif, bahkan pada masanya dihubungkan pula dengan bidang keagamaan. Pada saat sekarang ini
Kejaksaan menjalankan kewenangan melaksanakan penuntutan, dimana hal tersebut terkait dengan kekuasaan kehakiman dengan fungsi yang sangat dominan
sebagai penyandang asas dominus litis, pengendalian proses perkara yang menentukan dapat atau tidaknya seseorang dinyatakan sebagai terdakwa dan
diajukan ke Pengadilan berasarkan alat bukti yang sah menurut Undang-undang, dan sebagai excecutive ambtenaar pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan
dalam perkara pidana. Disamping itu terdapat
kewenangan-kewenangan lain yang akan seluruhnya akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.
50
2. Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia